Zefanya duduk di sudut ranjang setelah selesai dengan semua pekerjaannya. Pikirannya kosong, menatap lurus pada dinding berwarna cream kamarnya. Sejenak tadi, dia merasa begitu yakin menerima Raka. Merasa bahwa hal itu adalah keputusan paling tepat yang bisa dia ambil. Namun kini, dirinya kembali disergap kegamangan. Apakah benar ini adalah keputusan paling tepat? Apakah benar, semuanya akan baik-baik saja jika dia bersama Raka? Bagaimana jika sebaliknya? Bagaimana jika Raka akan membencinya seperti apa yang Nathan lakukan setelah mengetahui ia menjual diri? Dering ponsel di atas bantal membuat Zefanya terhenyak kaget. Lekas saja ia tersadar dari lamunannya dan menoleh pada sumber suara. Zefanya tidak lekas mengangkat panggilan tersebut begitu melihat nama kontak yang tertera. Ia menima