~Untuk apa menurutkan rindu, jika buah yang dipetik tetaplah luka~
********
Malam panjang mengantar rasa sepi yang makin mencekam. Di kedua sisi yang berbeda dua insan duduk termenung memikirkan perjalanan yang penuh terjal membentang.
Kai menarik nafas panjang, menatap langit lalu menghisap rokoknya dalam, menghembuskan gumpalan putih seperti ingin membuang beban yang terlalu kuat menghimpitnya.
Ia lalu mengambil ponsel membuka galery. Kedua netranya terpaku pada foto Nadine yang sedang tersenyum teramat manis tanpa dibuat-buat. Foto yang ia ambil diam-diam saat Nadine sedang membaca n****+ di rumahnya beberapa waktu lalu.
“Baby ... aku merindukanmu, sangat merindukanmu.” Gumam Kai pelan sambil tersenyum getir hingga tidak menyadari air mata yang dengan lancang kembali jatuh. Ia
