Find Me, Love 4

1780 Kata
"Aku berharap bisa memutar balik waktu. Aku ingin menemukanmu lebih cepat dan lebih lama mengenalmu." ~Kai~ ******** “Hmmm ... kebiasaan lama yang tidak berubah,” ucap seseorang di belakang Kai yang sontak membuat Kai membalikkan badan dan tersenyum lebar melihat siapa yang menyapanya.  “Nenek !” ucap Kai sambil tersenyum, diletakannya gunting tanaman dan berjalan cepat menuju sumber suara, dan segera memeluk wanita paruh baya yang masih menyimpan guratan kecantikan masa mudanya itu. “Mengapa tidak mengabariku jika Nenek akan datang ?” tanya Kai setelah melepaskan pelukannya. “Kamu tahu Kakek dengan sangat baik, mana mungkin ia akan mengabari kedatangan kami,” ucap Nenek lalu menunjuk ke arah Kakek yang saat ini berjalan ke arah mereka dengan senyum lebar. Kakek tidak sendiri, ada seorang gadis cantik juga ikut berjalan bersamanya. Tentu saja Kai sangat tahu bagaimana Kakek, yang tiba-tiba akan datang tanpa pemberitahuan dan pergi juga tanpa pemberitahuan. Dan gadis cantik yang berjalan di samping Kakek adalah Davira, sepupunya yang selalu saja membuntuti kemanapun Nenek pergi. Apalagi ke Indonesia, ia akan selalu kegirangan karena akan bertemu Adrian yang paling di sayanginya. “Nenek sangat merindukanmu,” ucap Nenek sambil mencium kening cucu laki-laki kesayangannya itu. Cucu yang dibesarkannya dengan penuh limpahan kasih sehingga tidak merasa kekurangan walau besar tanpa seorah Ayah. Laki-laki tidak bertanggung jawab yang meninggalkan Ibunya di saat mengandung dirinya. “Aku lebih merindukan Nenek,” ucap Kai sambil tersenyum manis. “uhuk ... uhuk.” Suara batuk Kakek membuat Kai segera menghambur memeluk Laki-laki paruh baya yang telah mengambil semua tanggung jawab sebagai Ayah dalam membesarkannya. Setelah itu, ia memeluk sayang sepupu cantik yang memiliki wajah bule, Davira yang seperti adik kandung baginya. “Ayo masuklah, aku akan membuatkan sarapan pagi menjelang siang untuk Kalian,” Ucap Kai sambil tertawa yang dibalas anggukan Kakek, Nenek dan juga Davira. Kai merangkul pundak dua orang yang menjadi alasannya untuk tidak pernah mencari keberadaan Ayahnya. Karena Nenek sangat membenci laki-laki yang menjadi penyebab putrinya sempat terpuruk cukup lama. Setelah membersihkan diri, Kai mulai sibuk berkutat di dapur dibantu Davira atau lebih tepatnya malah mengganggunya dengan banyak pertanyaan. Ia tidak memiliki pembantu yang tinggal bersamanya, karena hanya dirinya seorang yang tinggal di rumah. Semuanya bisa ia lakukan sendiri, apalagi ia juga jarang makan di rumah. Untuk masalah kebersihan rumah dan juga pakaiannya, ia menyewa pembantu khusus yang datang dan pergi setiap harinya. Setelah beres, Kai segere memanggil dua orang terkasihnya untuk segera makan. “Sayang ... pulanglah bersama Nenek dan juga Kakek. Lalu segera tentukan pasangan hidupmu. Nenek berharap, sebelum menutup mata, Nenek masih sempat menggendong anakmu,”ucap Nenek yang membuat Kai segera menggenggam erat tangan Neneknya. “Nenek ngomong apaan sih, Nenek akan selalu bersamaku,” ucap Kai yang dibalas senyum manis. “Umur Kakek juga tidak ada yang tahu bukan.” Tambah Kakek yang membuat Kai makin sedih. Mereka lalu makan sambil sesekali Davira mencandai Kai yang selalu gagal dalam hal percintaan, hingga tidak terasa siang menjelang. Kakek harus segera pergi dan tentu saja Kai tidak akan pernah bertanya kemana, sedangkan Nenek dan Davira akan tinggal hingga Kakek menjemput mereka kembali. Setelah menyiapkan tempat istirahat untuk Nenek dan juga Davira, Kai berpamitan pada Nenek karena Devan tiba-tiba meneleponnya. Mau tidak mau ia harus segera menemui sepupunya itu karena pasti yang akan di bahas adalah masalah pekerjaan, dan jika Devan sudah menelepon maka itu adalah hal yang sangat penting. “Aku ikut ya.” Devira buru-buru menyambar tas dan berlari mengikuti Kai. “Hati-hati di jalan,” teriak Nenek sebelum mereka menghilang di balik pintu. Perjalanan ke kantor terasa ramai, karena Davira yang terus saja mengoceh seperti biasanya. Gadis cantik dengan wajah bule dan mata hijau itu tiada berhenti bercerita yang membuat Kai berulang kali tertawa terbahak-bahak. Kakek dan nenek mempunyai empat orang anak.  Yang dua kembar laki-laki dan tinggal berbeda negara karena tugas. Lalu Mommy Kai dan yang terakhir adalah Mommynya Davira. Tidak terasa mereka telah tiba di kantor, setelah memarkir mobil, Devira segera turun mengikuti langkah Kai. Digenggamnya tangan Kai seperti seorang kekasih menggenggam tangan kekasihnya. Saat berjalan menuju ruangan Devan, rupanya Nadine baru saja keluar dari ruangan Devan bersama Sinta dan berjalan berpapasan dengan Kai yang tersenyum manis padanya. Bukannya membalas senyum Kai, Nadine malah membuang muka dan sedikit melirik pada genggaman tangan Davira pada tangan Kai. Kai dan Davira masuk ke ruangan Devan. Begitu melihat Devan, Davira segera memeluk sepupunya itu dengan gembira. Devan mengusap sayang rambut Davira. Karena tidak mempunyai adik perempuan, ia jadi menyayangi Davira. Tapi Davira lebih dekat dengan Adrian dibandingkan Devan. Devan dan Kai mulai mengobrol,  terkait kontrak dan perjanjian bisnis yang akan dibuat oleh perusahaan. Sedangkan Davira asyik dengan ponselnya, sambil menanti dua orang yang terkenal dingin dan berubah menjadi tom dan jerry di luar pekerjaan itu berbicara. Saat sedang asyik mengobrol, pintu kembali terbuka menampilkan Nadine yang masuk membawa beberapa berkas yang tadi diminta oleh Devan lewat panggilan telepon. Nadine duduk di samping Kai yang tersenyum menatapnya. Entah mengapa Nadine terlihat makin menggemaskan di mata Kai. Nadine melirik ke arah Davira yang sedang asyik dengan ponselnya dan juga sekotak makanan di pangkuannya. Gadis cantik itu tampak asyik dan tidak terusik sedikitpun. “Dasar playboy cap udang,” batin Nadine kesal sambil melirik Kai, sedangkan yang dilirik malah fokus membaca berkas yang baru dibawakan olehnya. Devan mulai berbicara kembali, dan Kai mendengarkan dengan seksama, serta memberikan masukan dan juga nasehat hukum yang sesuai untuk perjanjian yang akan di buat. Tidak berapa lama pintu kembali terbuka, menampilkan Sinta yang masuk bersama Office Girl membawakan minuman dan juga makanan kecil. Nadine yang lebih banyak diam dan mencatat segera mengangsurkan catatan pada Sinta, sedangkan ia sendiri terlihat mengambil pie buah dan mulai memakannya. Satu biji lalu mengambil lagi dan lagi, setelah itu ia merasa malu karena Davira memperhatikannya. Masih tertinggal dua lagi. Tampak Davira mengambil satu buah, ada rasa tidak rela saat Davira mengambilnya dan Kai menangkap perubahan wajah Nadine. Segera Kai mengambil pie buah terakhir saat Devan sibuk meneliti berkas di tangannya dan Nadine tampak kesal akan apa yang dilakukan Kai. Tapi alih-alih memakannya, Kai malah memberikannya pada Nadine, yang malah jual mahal dengan membuang muka. Tentu saja Kai tersenyum akan tingkah Nadine yang makin menggemaskan di matanya. Devan yang sedang membaca berkas tidak terlalu memperhatikan interaksi yang terjadi antara Kai dan Nadine. Setelah selesai, Nadine segera berpamitan dan keluar bersama Sinta. Sedangkan Kai masih berbicara sebentar pada Devan setelah itu ia juga berpamitan untuk pulang, karena tidak enak meninggalkan Nenek terlalu lama. Kai melewati ruangan Nadine dengan Davira yang menggandeng lengannya. Tampak Nadine menatapnya dari balik kaca, tapi begitu Kai melihatnya, segera ia membuang muka. Kai menyuruh Davira menunggu di mobil karena ia ada urusan sedikit. Davira menganggukkan kepala dan segera berlalu meninggalkan Kai yang masuk ke ruangan Nadine. “Ngapain kamu kesini ? wanitamu akan mencari kalau terlalu lama disini. Dan aku tidak mau dituduh sebagai pelakor,” ucap Nadine ketus seperti biasanya, yang hanya dibalas senyuman oleh Kai. “Wanita yang mana ?” tanya Kai yang tidak dibalas oleh Nadine yang malah membuang muka. “Kamu cemburu ?” tanya Kai menggoda Nadine yang kali ini dibalas pelototan. “Idih ... tidak ada di dalam kamusku harus cemburu padamu,” ucap Nadine yang malah membuat Kai tertawa kecil. Menghadapi wanita hamil harus punya stok sabar yang berlebih, Kai menasehati hatinya. “Apa harus selalu bersikap galak seperti itu jika melihatku ? apa aku terlalu menyebalkan ?” tanya Kai beruntun sambil melangkah mendekati Nadine yang segera berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mundur. “Jangan maju lagi, berhenti disitu !” pekik Nadine yang tidak menyurutkan langkah Kai. Jarak mereka sangat dekat. Kai memajukan wajahnya seperti hendak mencium Nadine yang refleks memundurkan kepalanya. “Aku akan melamarmu setelah Papamu kembali. Jika kamu menolak maka aku akan membongkar keadaanmu saat ini,” ucap Kai sambil tersenyum yang di balas tatapan tajam Nadine. “Kamu enggak bisa melakukan itu ! aku tidak akan pernah mau menikah denganmu dan juga tidak menginginkan tanggung jawabmu ! jangan jadikan anak ini sebagai senjatamu !” pekik tertahan Nadine pada Kai. “Selain itu, jika kamu membongkar keadaanku, sama saja dengan kamu membunuh dirimu sendiri. Karirmu akan hancur.” Nadine berbalik mengancam Kai yang tersenyum manis. “Aku tidak perduli, yang aku perdulikan saat ini hanya dirimu dan anaku,” ucap Kai yang membuat Nadine makin kesal. Laki-laki di hadapannya benar-benar keras kepala. “Tapi aku tidak mau hidup dengan pria pengangguran dan miskin jika karirmu hancur !” Nadine mulai lagi mengintimidasi Kai yang kali ini lebih memajukan wajahnya sehingga membuat Nadine harus memegang meja di belakangnya jika tidak ingin jatuh. Nafas Kai terasa sekali di kulitnya. “Haha ....” Kai tertawa kecil menanggapi perkataan Nadine.. “Jika aku jatuh miskin, aku masih tetap akan bertanggung jawab untuk hidupmu, dan satu hal, kamu tidak akan bisa lari dariku. Kemanapun kamu pergi akau akan mencarimu, karena kamu membawa darah dagingku,” ucap Kai penuh penekanan sambil mengusap lembut pipi Nadine lalu mencium keningnya. Setelah itu ia segera keluar dari ruangan Nadine. Setelah Kai pergi Nadine segera duduk sambil membuang nafas. “huff ... benar-benar keras kepala,” gumam Nadine terlihat gusar. Kai selalu saja memperlakukannya lembut walau ia selalu kasar. Padahal ia berharap Kai tidak akan tahan dengan sikapnya dan segera pergi. Malam kembali menyapa. Tampak Nadine sedang duduk sendiri di sebuah Cafe setelah pulang kantor sambil menikmati suara lembut penyanyi yang mengcover lagu you are the reason milik Calum Scott. Tiba-tiba netranya membola melihat siapa yang datang. Tampak wanita yang pernah menemuinya, Ruby, kekasih kai. Nadine beringsut agar Ruby tidak melihatnya. Ia malas jika harus bertemu wanita rubah itu. Setelah beberapa saat, ia kembali kaget karena kali ini tampak Kai masuk ke dalam cafe dan menghampiri Ruby. Tampak Ruby memeluk dan mencium pipi Kai yang terlihat tidak membalas perlakuan Ruby. Nadine memegang kuat gelasnya. “Hmmm ... benar-benar playboy kelas kakap,” gumam Nadine pelan lalu meletakan gelasnya di atas meja lalu mengambil tas nya dan melangkah keluar. Tampak Kai kaget melihat Nadine yang keluar dari Cafe. Ia tidak menyangka jika Nadine juga ada di situ. Ia hendak mengejar Nadine,  tapi Ruby dengan cepat menarik tangannya. “kalau kamu pergi, aku akan bunuh diri di sini atau aku akan menyakitinya !” ancam Ruby yang membuat Kai hanya menatap pintu dimana Nadine keluar tanpa bisa mengejarnya. “Nadine ...,” gumam Kai pelan sambil menatap tajam ke arah Ruby dengan pandangan penuh kemarahan. “Jika kamu menyentuhnya, maka aku tidak akan segan-segan untuk menghabisimu !” ucapan Kai terdengar sangat menyakitkan bagi Ruby. Sepertinya ia benar-benar kehilangan Kai. Tapi itu tidak akan pernah terjadi. Kai miliknya selamanya. Jika Kai pergi atau membagi hatinya maka ia tidak akan tinggal diam.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN