BAB 1 -MATI DENGAN CARA KONYOL-

1180 Kata
Zaman semakin maju, maka cara masyarakat memanfaatkan sumber daya juga semakin beragam. Kecepatan teknologi, informasi, dan komunikasi membuat semuanya begitu praktis, belum lagi semua transaksi bisa dilakukan secara online. Hidup sempurna bagi para pemalas yang tak ingin keluar rumah, hal paling menguntungkan bagi manusia-manusia anti sosial. Itulah yang terjadi kepada seorang wanita, ia tidak pernah meninggalkan kamar sewaannya, semua kegiatan ia lakukan dari dalam sana, dan kehidupan menjalin pertemanan juga demikian. Wanita itu adalah Ame Yuriga, nama depannya berarti hujan dalam bahasa Jepang, sedangkan nama belakangnya diambil dari nama salah satu pantai di Jepang, pantai Yurigahama. Ame bukanlah orang jepang, ia hanya tinggal di negara itu untuk bekerja sebagai seorang Animator, dan juga seorang Desainer Game Online. Bukan rahasia umum jika Ame memang menyukai segala sesuatu tentang Jepang, dan itu juga karena kedua orang tuanya sangat menyukai negara tersebut, lalu yang lebih gila … dulunya ayah dan ibunya bekerja sebagai Seiyu. Selain itu … ada beberapa hal yang membuat Ame bisa begitu terobsesi pada Jepang hingga memutuskan untuk tinggal di sana walau kedua orang tuanya memilih untuk pensiun sebagai Seiyu dan kembali ke negara asal mereka. Ame sangat menyukai pria tampan, apalagi jika pria-pria itu berdandan layaknya karakter game, komik, atau juga anime. Ia begitu terobsesi memiliki suami seperti itu, dan berharap semuanya akan terwujud. Ame saat ini baru saja selesai dengan rancangan karakter untuk game terbaru bagi perusahaan tempatnya bekerja. Ia menggeliat, lalu membuka e-mail masuk dari teman lamanya. [- E-mail : Yuki Apa kau tak ingin keluar dan mencari makanan? Paling tidak habiskan waktumu di luar rumah, melihat pemandangan di musim semi, dan menikmati matahari. -] Ame seketika merinding, membayangkan dirinya melangkah satu senti saja dari kamar apartemen saja sudah begitu buruk. Ame segera mengabaikan pesan itu, ia kemudian meraih ponselnya, dan menelepon Yuki. Wanita itu beranjak dari depan komputernya, ia menuju ke arah ranjang, dan segera merebahkan dirinya pada tempat tidur. Panggilan sudah tersambung, dan Ame menunggu Yuki menjawabnya. “Apa kau akan terus mengurung diri? Kau akan mati jika terus seperti itu.” Ame menjauhkan ponsel dari telinganya, sudah cukup mendengar suara nyaring temannya itu. “Kenapa kau hanya diam, ayo keluar makan walau hanya sebentar saja.” “Aku tak ingin keluar, tak ada pria tampan seperti pria-pria pujaanku.” Terdengar embusan napas kasar, dan dalam detik berikutnya Ame bersiap menjauhkan ponsel dari telinganya. “Ame … apa kau tak ingin bertemu dengan Cosplayers tampan pujaanmu? Hari ini Sakuya dan Touga akan mengadakan jumpa fans.” Ame yang mendengar itu langsung bersemangat, ia kemudian mendekatkan ponsel ke telinganya lagi. “Katakan, di mana dia, maksudnya di mana mereka?” “Kita akan keluar untuk menemuinya. Bagaimana?” “Aku akan menemuimu, katakan di mana kita akan makan siang!” “Baiklah, aku akan mengirimkan alamatnya melalui pesan.” “Aku menunggumu,” ujar Ame. Sambungan telepon segera saja terputus, dan Ame segera bersiap. Ia tak sabar bertemu dengan Cosplayers pujaannya itu. Sakuya … satu nama yang terus dan terus tergores dalam hatinya, dan semakin lama semakin dalam. Ia sangat menyukai Sakuya, juga beberapa Cosplayers tampan lainnya. Walau Cosplayers itu kadang berjenis kelamin sama dengannya, tetapi itu bukan hal yang penting bagi Ame. Ia menyukai wajah tampan mereka, bukan kelamin mereka. Ame akhirnya sudah siap, walau hanya menghabiskan waktu sepuluh menit, tetapi baginya yang sudah tak sabar untuk bertemu para pujaan itu sudah waktu yang sangat lama. Wanita itu segera saja membuka pesan yang masuk ke dalam ponselnya, dan ia langsung saja membacanya. Lokasi janjinya dan Yuki sudah dikirim, bahkan ada peringatan jika harus datang dengan cepat ke sana. “Jika saja aku bisa, aku juga ingin langsung ada di sana,” gumam Ame. Ame segera keluar dari kamarnya, ia kemudian menuju pintu keluar dari bilik apartemennya, dan langsung membuka pintu dengan semangat menggebu-gebu. Ame memasang senyumannya, kemudian menutup pintu bilik apartemennya. Setelah selesai Ame langsung saja menuju ke arah lift, ia terlihat begitu santai, dan karena hal itu pula sampai tak sadar jika ada dua orang di belakangnya. Ame yang sudah sampai di depan lift segera masuk kala pintunya terbuka, dan dua orang yang mengikuti Ame juga melakukan hal yang sama. Ketika pintu lift sudah tertutup, Ame memerhatikan dua orang yang ada di hadapannya. “Apa kau yakin kita langsung mengenakan pakaian seperti ini?” “Tentu, akan sangat merepotkan jika harus bersiap-siap di lokasi.” Ame mengedipkan matanya beberapa kali, ia kemudian merasakan jantungnya berdetak begitu cepat, cepat, dan sangat cepat. Ame langsung saja terjatuh, ia terkena serangan jantung mendadak. Wanita itu melihat keduanya begitu panik, dan saat mereka memerhatikan dirinya, Ame semakin merasa jantungnya bermasalah. Akhirnya lift berhenti pada lantai dasar, dan saat pintu terbuka, keduanya langsung membawa Ame keluar. “Cepat, kita harus membawanya.” “Bagaimana dengan jumpa fans?” “Kita bisa mengatakan alasan terlambat. Nyawanya jauh lebih penting.” “Baiklah, gunakan mobilku. Tak akan ada waktu jika menunggu ambulce.” Ame semakin lemah, dan perlahan matanya tertutup. Ia tak sadarkan diri, dan jiwanya perlahan meninggalkan raga, lalu terjatuh pada ruangan dengan cahaya remang. “Ame Yuriga, wanita dewasa berumur dua puluh delapan tahun, mati karena serangan jantung.” Ame mencari orang yang berbicara itu. “Perbuatan baik minim, dosa minim, tubuh dengan porsi yang minim, wajah pas-pasan, hidupnya sangat realistis.” Ame yang mendengar suara itu kemudian menatap, ia melihat seorang pria dengan rambut panjang, dan juga pakaian hitam sedang duduk sambil menikmati teh hangat. “Kau memalukan, kenapa tidak mati dengan cara yang berkelas? Kau mengalami serangan jantung hanya karena kaget melihat dua Cosplayers, dan parahnya mereka semua aslinya seorang wanita sama sepertimu.” “Siapa kau?” tanya Ame. “Aku Dewa, dan karena kau mati dengan umur yang sangat muda, maka aku akan memberikan pilihan kepadamu. Aku bingung harus mengirimmu ke mana, karena tidak ada tempat bagi seseorang yang sangat realistis ketika mati. Ah ... Apa kau ingin kembali hidup di dunia yang berbeda, atau tinggal bersamaku di sini sepanjang waktu. Mana pilihanmu?” “Maksudnya aku akan masuk ke dunia lain?” “Kau pintar, tetapi kau bisa mati dengan cara memalukan. Mengenaskan sekali,” komentar pria itu. “Berhenti mengejekku!” “Bagaimana jika aku tak ingin berhenti?’ Ame yang mendengar ucapan itu membuang muka, ia kemudian memikirkan kejadian saat nyawanya sudah tak bisa diselamatkan. Benar … ia mati hanya karena terlalu senang, kaget, dan terpesona kepada dua Cosplayers kesukaannya. “Mana yang kau pilih?” tanya pria itu lagi. “Aku masih belum menikmati wajah pria-pria tampan, dan oleh sebab itu aku akan memilih dikirim ke dunia lain.” Pria itu bertepuk tangan, kelihatannya ia sangat senang. “Cepat lakukan, aku sudah tak tahan melihat wajahmu yang menyebalkan.” “Sebelum itu kau harus memilih.” Pria itu kemudian membawakan dua kotak kepada Ame, ia tersenyum penuh arti. “Kotak ini akan membawamu pada takdir yang baru, dan apa pun yang terjadi padamu di dunia baru itu, kau harus menerimanya.” Ame yang tak ingin berlama-lama segera meraih kotak pada tangan kanan pria tersebut, dan saat itu pula ia dianggap sudah menentukan pilihan dan nasibnya. “Cepat, aku tak ingin berlama-lama denganmu.” “Apa kau pikir ini seperti cerita fantasi yang sering kau nikmati?” “Anggap saja seperti itu. Cepat, aku tak ingin bicara denganmu lagi.” “Baiklah,” ujar pria tersebut. Ia segera memindahkan Ame ke tempat yang sudah Ame pilih, dan saat Ame sudah tak ada lagi di hadapannya, ia tertawa. “Dia memang bernasib sial, hahahaha … aku akan menikmati jalannya dari sini.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN