Bagian 32

798 Kata

“Langsung aja, ya?” ujar Mada begitu p****t Mario mendarat di tempat duduk yang berseberangan dengannya. Mario menarik napas, mengembuskannya, lalu mengangguk. Entah bagaimana, dirinya merasa was-was. Khawatir jika sesuatu yang akan disampaikan Mada bersifat kurang baik. Dia menyiapkan mentalnya dengan membuang napas pelan-pelan. “Jadi ... tadi, abang ketemu sama Seruni.” Mada menjeda, menatap sang adik dengan tatapan yang agak marah. “Sendirian, ngurus gedung. Kamu sibuk banget, sampai nggak bisa temanin dia?” Kan, ujar Mario dalam hati. Hal yang disampaikan sang kakak berhubungan dengan sesuatu yang membuat dirinya merasa sangat bersalah. “Kerjaan Mario banyak banget.” “Seruni juga bukan pengangguran, kalau perlu abang ingatkan. Dia bisa meluangkan waktu untuk mengurus acara pent

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN