Park Richard uring-uringan. Sudah berhari-hari laki-laki itu merasa gelisah sambil menatapi ponselnya. Lebih spesifik, menatap ruang obrolan yang sangat dia nantikan balasannya. Keberadaan Jerry sejak satu jam lalu di kantornya pun tak dihiraukan. Dengan segenap tekad, dia memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada perempuan yang selalu mengintervensi ruang ingatan di kepalanya. Berbasa-basi menanyakan kondisi perempuan itu. Namun, tidaka da satu pun notifikasi yang masuk ke ponselnya, berasal dari seorang Tri Vanessa Asmawarman. “Lo kenapa, sih?” tanya Jerry. Bosan karena terus-terusan diabaikan sang sahabat. Park Richard mendelik. “Tidak perlu berteriak.” “Siapa suruh lo nyuekin gue? Gue udah sejam, ya, di sini. Dipikir kagak bosen, apa?” “Tidak ada yang meminta kamu ke sini.”