Betisnya terasa sangat sakit. Saat ada kesempatan, perempuan itu melepasnya. Tidak peduli jika lantai pabrik ini kotor akibat dilalui banyak orang. Dia hanya ingin menyelamatkan kaki dari rasa sakit yang tak terperi. Leher dan bahu pun tak luput dari rasa sakit. Kaku, karena terus-terusan menunduk untuk mengecek kesesuaian price tag dengan kode yang ada di pakaian. Waktu istirahat masih lama. Perempuan itu melirik ke arah jam dinding yang ditempel di dekat bagiannya. Masih dua jam lagi. Dahinya mengerut. Dicek jam tangannya, benar saja. Berbeda lima belas menit. Jam di perusahaan ini disetel lebih cepat. Entah untuk apa tujuannya, yang pasti dia akan meminta Dirga untuk membenahi satu hal ini nanti. “Kerja, Neng! Jangan ngelamun!” Suara lantang seseorang yang dia tidak tahu namanya