Vanessa mendelik. Nila terkekeh. “Udah dibilang, Mbak. Orang itu mah harus jadi yang paling benar terus. Yang paling pamer, deh, pokoknya. Udah terkenal sepabrik, kok.” Tri Vanessa Asmawarman meggeleng. Lalu, kembali menyantap makanan hasil kreasi Bu Euis yang terasa sangat lezat meskipun sangat sederhana. Nasi goreng telur. Keributan masih berlanjut, padahal waktu istirihat hanya tersisa beberapa menit. Nila mengajak Vanessa untuk bergegas masuk ke dalam ruang produksi. Katanya, lebih baik stand by daripada harus mendapatkan teriakan dari superior yang belakangan baru diketahui oleh Vanessa, bernama Linda. Dia pun setuju. Memang lebih baik masuk duluan saja, daripada harus menyaksikan keributan yang disebabkan oleh hal teramat sepele itu. Dirinya benar-benar tak habis pikir, kena