Beberapa saat berada dalam ruangan tersebut, Vanessa akhirnya keluar dengan raut penuh kemarahan. Menyebabkan rasa penasaran menyeruak dalam diri seorang Dirgantara Abimana. Pasalnya, jika sang pujaan hati sudah menampakkan ekspresi seperti itu, permasalahannya pasti cukup kompleks. Atau benar-benar membuatnya marah. Akan terapi, seberapa besar pun rasa ingin tahu itu bercokol, dia tidak bisa dengan serta-merta menghampiri dan menenangkannya. Gencatan senjata yang dilancarakan Vanessa membuat laki-laki itu lebih berhati-hati dalam mengambil langkah. Harapannya, interaksi mereka sebagai rekan kerja bisa membawa kembali perasaan yang dulu pernah ada. “Permisi, Pak. Mau bersih-bersih.” Ucapan seorang perempuan paruh baya membuyarkan lamunan Dirga tentang seorang Tri Vanessa Asmawarman. “