Pagi ini setelah mandi dan bersiap, aku segera ke kamar Kiki untuk mengajak nya berangkat kuliah bersama.
Ini hari pertama kami ospek, dan pukul 06.00 tepat, kami yang berstatus sebagai MABA alias mahasiswa baru diharuskan sudah ada di kampus.
"Ki! Bangun!" teriak ku sambil menggedor gedor pintu kamar nya.
Tak lama dia keluar masih dengan rambut acak - acakan.
"Buset dah. Ni anak. Jam berapa nih? Bisa telat kita!" gerutu ku sebal .
"5 menit lagi, Tha. Santai aja, wait me, Beb," ujarnya santai sambil berlalu masuk ke kamar mandi.
Dia pikir itu kampus punya bapaknya kali ya. Waduh, bakal kena hukuman kalau sampai kami terlambat nanti. Karena tak kunjung keluar, aku kembali meneriakkan namanya. Hingga akhirnya dia muncul dan segera menarik tanganku. "Yuk, berangkat."
Dasar ni anak.
"Eh.. Cepet banget? Kamu mandi gak sih?" tanyaku heran sambil menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Cuci muka doang, Tha," ucapnya santai.
"Ih... Jorok!" hardik ku sambil menjauh dari nya.
"Ah.. Lebay deh. Wangi gini kok," katanya sambil mendengus ke ketiak dan bajunya.
"Najis," ucapku sebal dan berjalan lebih cepat dari Kiki.
Kiki itu joroknya keterlaluan deh. Ah, sebel banget aku.
Dia malah berlari mengejar ku sambil berteriak histeris. Berisik sekali, sumpah. Tapi ya dia lah satu satu nya sahabatku sejak dulu sekali, jadi aku pun sudah hafal polah tingkahnya.
Sampai di gerbang kampus, ternyata kami memang benar benar terlambat. Kami pun masuk dengan langkah ragu ragu sambil tengak tengok kanan kiri.
"Heh! Kalian! Sini!" bentak seseorang yg berdiri tak jauh dari kami.
Aku dan kiki saling pandang lalu menatap senior kami itu. Sudah sangat jelas sekali, kalau dia adalah senior kami. Karena dia makai jas almamater dan sikapnya sok galak khas banget senior saat sedang melakukan aksi perpeloncoan pada adik tingkat nya.
Kami berdua mendekat. Dengan wajah menunduk berpura pura takut, karena aku dan Kiki ini sama sama bandel. Hal seperti ini tidak akan membuat kami gentar.
"Iya, kak," sahut Kiki masih dengan memasang tampang sok mengiba. Padahal aslinya dia sesekali melirik ku dengan tatapan licik.
"Kenapa telat?!"
"Kesiangan kak," ucap Kiki.
"iyalah kesiangan.. Namanya juga telat!" senior itu masih terus berbicara dengan nada tinggi.
"Maaf ya kak.. Kami terlambat. Kami siap menerima hukuman," kataku yg sudah malas terlalu lama di bentak bentak seperti ini.
Pasti kan ujung ujung nya kami akan dihukum? Jadi nggak usah pakai lama deh ngomelnya. Pikirku.
"Ya udah . kalian berdua lari keliling lapangan basket 100x!! " ucapnya dengan nada tegas
Aku dan Kiki melotot padanya
"Apa, kak? 100x? Gak salah? Ya gak kuat lah, kak. Yg lain aja deh hukuman nya," bujuk Kiki.
"Nggak bisa!! Saya bilang 100x ya harus 100x!!''
Ini orang nyebelin nya minta ampun deh.
"Nggak bisa lah ya, kak. Ini namanya p********n!! Kami gak mau!! " Kiki terus ngeyel dan alhasil kami menjadi tontonan beberapa orang di sini.
Entah bagaimana awalnya, Kiki didorong kasar oleh nya hingga terjatuh.
"Aduh!" erang kiki dengan wajah yg menahan amarah dan sakit.
Aku mengatupkan rahang ku dan mencoba tidak terpancing amarah juga.
"Payah! Gitu aja jatuh!" ucap senior tadi.
Kali ini aku benar benar tidak bisa menahan lagi emosiku .
Ku tarik tangan nya dan segera ku layangkan tinju ke wajahnya .
Buuuggg!!
Dia sontak menatapku penuh kebencian, sorot matanya tajam bagai elang yg siap menerkam mangsanya.
"Kenapa? Gak terima?!" tantangku .
"b******k!" Dia meludah lalu berjalan mendekat padaku.
Sebelum dia melakukan gerakan tiba tiba, aku tendang lagi perutnya. Kali ini dia malah mundur sambil meringis kesakitan.
Tak lama beberapa teman nya mendekat .
"Nggak papa, To?" tanya salah satu dari mereka.
Senior tadi hanya menggeleng namun masih terus menatapku tajam
"Ada apa ini ?" Datang lagi senior lain, dan makin banyak juga senior yg mendekati kami.
Ku bantu Kiki berdiri tanpa memperdulikan mereka yg datang .
"Nggak apa-apa, Ki?"
"Santai, " jawabnya santai.
"Hwu, dasar!" Kami cekikikan berdua.
"Maaf, dek. Kalian gak papa kan?'' tanya senior yg baru saja datang.
"Nggak apa-apa, " jawabku dingin, hanya melirik sinis ke senior yg menyebalkan tadi.
"Maaf ya. Dia emang seperti itu orang nya. Ya sudah, kalian masuk ke kelompok kalian aja," suruh nya sopan.
Aku dan Kiki masuk ke kelompok yg sudah di tentukan. Namun, kami terpisah, tidak dalam satu kelompok.
Dalam kelompokku ada 10 orang, dan aku bersyukur kalau ada Danu juga di sini.
"Bray... Udah lama?" tanya ku santai sambil menyenggol nya sedikit.
"Buset deh. Adeknya Arden, songong banget ya. Udah telat, ribut sama senior pula. Ckckck." Aku hanya tertawa sambil melirik Danu
Saat mendengar penyuluhan dari senior, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Banyak sekali pemandangan yg kurang menyenangkan. Ada beberapa orang yg di bayangi bayangan hitam di belakang nya, aku tidak begitu paham, apa itu .
Ada juga beberapa wanita yg berwajah sangat cantik, jika dilihat dengan mata biasa. Tapi jika kubuka mata batin, wajah mereka sangat tidak enak dilihat. Wajahnya hitam, terlihat tua, dan tidak segar
Apakah ini salah satu pelet yg sering digunakan orang orang?
Saat aku melihat ke seorang wanita yg ada di kelompok sebelah ku, tiba tiba muncul sesosok wanita, penampilan nya seperti kuntilanak.
Dia mendekat padaku dan menatapku seperti tidak suka, dan aneh nya wanita itu, juga melihatku dengan tatapan sebal. Mungkin jin ini juga bersama wanita ini.
Duh, ngapain sih pakai bawa makhluk ginian ke kampus.
Bukan nya belajar yg bener. eh, malah banyak banget yg aneh aneh di sini.
Ah, aku pusing.
Akhirnya ku tundukan kepala, untuk menghindari tatapan mengerikan makhluk ini.
Hanya saja dia malah makin mendekat dan terus menggangguku .
Dia meniup niup wajahku. ih.. Nafasnya berbau busuk sekali. Aku bahkan sampai mual.
Tak lama dia cekikikan dengan tawa melengking tajam.
"Pergi!!!" aku menjerit sambil menutup kedua telinga.
Aku benar benar sudah muak.
"Tha. Aretha... Kenapa ?" tanya Danu bingung.
"Pergi!!" terus saja aku berteriak mengusirnya, seolah panggilan Danu tidak terdengar sama sekali. Padahal aku mendengarnya, dan tau dia sedang berusaha menenangkan ku. Tapi gangguan itu, terus saja membuatku tidak bisa fokus pada hal yang nyata
Anehnya, aku malah tidak memikirkan untuk membaca doa doa, dan malah terus berteriak seperti orang gila.
Aku terus menunduk sambil menutup mata dan telinga.
Ku dengar beberapa orang bisik bisik dan seperti nya mereka mulai menjauh dari ku, hanya Danu saja yg terus berusaha menyadarkan ku.
"Tha! Kumat ya? Jangan teriak teriak napa sih! Bikin malu aja deh. duh, Arden mana lagi," kata Danu makin panik melihatku tak terkendali.
"Kenapa dia?" tanya sebuah suara yang tak jauh dari kami.
"Tau nih, kak. Kumat kayaknya."
"Kumat gimana?"
"Paling dia liat setan nih."
"Hah??"
Kurasakan tangan hangat menutup mataku, dan membisikkan lantunan ayat suci alquran di telingaku .
Aku merasa lebih nyaman, dan tenang, bahkan sosok wanita tadi mulai menjauhi ku
"Hei.. Kamu nggak papa ?" tanya nya .
Kuberanikan membuka mataku ,dan saat ku lihat, ternyata dia senior yg baik tadi
"Mm.. Gak papa, kak," ucapku gemetaran sambil memperhatikan sekeliling.
"Udah, nggak papa. Dia gak bakal berani ndeket kok," ucap nya lembut .
Aku melongo dibuat nya .
"Dia? Kakak... Bisa liat juga ?" tanyaku ragu.
Dia tidak menjawab hanya tersenyum padaku. Di buka nya botol air mineral yg dia bawa, lalu dia membacakan doa doa.
"Minum dulu. Jangan lupa baca bismilah."
Ku ambil air tadi dan ku minum pelan pelan, memang ajaib, karena aku menjadi jauh lebih tenang, bahkan emosi ku meredam.
"Makasih, kak." Aku kembalikan lagi air itu padanya
"Iya, sama sama. Ya udah, lanjutin lagi kegiatan nya." dia lalu pergi meninggalkan ku.
Kegiatan pun dilanjutkan kembali .
Penyuluhan kali ini membahas antara lain tentang penjelasan jurusan yang akan kami masuki, sistem kampus, unit kegiatan kampus, pengenalan staff kampus, tata tertib kampus, serta penyuluhan penyuluhan yg lain .
Aku dan Danu mengambil jurusan yg sama.
Hingga jam istirahat pun datang.
Kami dibolehkan istirahat terlebih dahulu selama satu jam. Yang ku pergunakan untuk salat dhuhur terlebih dahulu.
Aku dan Danu berjalan bersama ke mushola
"Radit gak keliatan, Tha?" tanya Danu sambil celingukan .
"Hm... Iya. Masih kegiatan mungkin," jawab ku santai
Tiba tiba ada beberapa orang yg mencegat kami, sehingga kami menghentikan langkah, dan waspada
"Elu kenal, Tha? " bisik Danu.
"Enggak," jawabku santai.
"Gak beres nih, Tha. Pasti mau cari ribut nih orang."
"Iyalah, Dan. Masa iya mau ngajakin makan? Ngimpi !!" jawabku sinis.
Senior yg menyebalkan tadi pagi muncul dan mendekat padaku.
"Jangan pernah merasa menang ya!'' ucapnya sambil menunjukku dengan ekspresi menyebalkan.
Sepertinya dia sangat dendam padaku.
"Menang? Menang apaan ya kak ?" tanyaku heran.
"Gak usah pura-pura b**o!! Berani berani nya kamu mukul saya tadi !! Bikin saya malu di depan umum !!" bentak nya.
Danu kembali mendekat dan berbisik ," Tuh kan. Elu sih!"
"Habisnya dia ngeselin. Masa nyuruh aku sama Kiki lari 100x habis itu, Kiki didorong sampai jatuh. ya aku hajar aja," kataku lantang seolah menantangnya
"Kurang ajar !! Malah ngelunjak ya!!" ucap senior tadi sambil berjalan mendekat.
Danu maju dan berdiri di depanku. Sikap kesetiakawan nya memang sangat tinggi.
Sedangkan aku ?
Aku justru mundur. Karena aku melihat sosok hitam muncul tiba tiba dari belakang tubuhnya.
Ku baca tawudz dengan menggumam. Danu terus menahan senior tadi .
Bahkan mereka hampir saja beradu jotos.
Aku yakin, Danu akan kalah. Karena senior tadi licik, dia memiliki jin pendamping.
"Danu !!! Biar aja !!" teriakku .
"Nggak papa," katanya yakin .
Kupanggil Arkana dalam hati .
Tak lama Arkana muncul lalu masuk ke tubuh Danu.
Setidaknya sekarang seimbang.
" wooii!!!" suara Radit terdengar jelas . Dia datang dengan kak Arden dan Dedi .
"Ada apaan,.Dan?" tanya Radit.
"Tuh orang !!" kata Danu sambil menunjuk senior di depan nya ," mau macem macem sama Aretha ."
Radit menoleh dan menatap tajam ke kakak senior itu .
"Berani nya sama cewek!! Banci!! Sini !! Lawan gue !!" teriak Radit .
Kak Arden mendekat lalu menahan radit .
"Udah, Dit," bujuk kak Arden lalu melihatku dan mengisyaratkan ku untuk menarik Radit menjauh.
Aku membawa Radit pergi, walau awalnya dia menolak, namun akhirnya dia menurut saja padaku.
"Udah, Dit. Biar kak Arden aja ya.. Yuk kita ke sana dulu."
"Ada masalah apa ya ,kak?" tanya kak Arden sopan.
"Dia!!! Bikin gara gara sama saya !! Orang telat kok di kasih hukuman malah saya yg dipukul !!" ucapnya kesal.
Kak Arden terdiam sejenak .
"maaf, kak. Adik saya bukan orang yg suka memukul tanpa alasan, jadi mungkin ada kesalah pahaman ."
"Salah paham apanya!!" dia masih tidak terima .
"Heh!! Nyolot mulu ya!!" Radit terpancing emosi lagi, namun ku tahan agar tidak mendekat lagi.
Memang jika dekat dengan orang itu, seolah olah seperti tidak bisa menahan amarah. Hawanya panas dan aura nya gelap sekali.
"Anto!!!" teriak seseorang dari kejauhan.
Eh, dia kan kakak senior yg tadi memberiku air minum .
Ah, dia lagi, dia lagi .
"Eh.. Ramdan .." Dia terlihat salah tingkah. Akhirnya aku tau nama nama mereka.
"Cari ribut lagi ??!!" hardik kak Ramdan.
" eng.. Enggak kok. mereka duluan ." elak nya.
" eh bohong, kak. Dia duluan tuh. Masa Aretha tadi mau di pukul !!" bela Danu.
Kak Ramdan geleng geleng kepala. Lalu menatap tajam kak Anto
Kak Ramdan menunjuk kak anto sambil menggumam sesuatu
Setelah itu kak ramdan seperti mengusir sesuatu dengan mengibaskan tangan nya.
Tak lama, kak anto lemas. Bahkan sampai di bopong menuju ruang kesehatan.
"Maaf, ya." kata kak Ramdan pada kami.
"Gak papa kak," sahutku .
"Sayang ... Yuk salat dulu, " ajak Radit lalu langsung menarik ku menjauh .
Kenapa sih ? Ni anak. Aneh banget, batinku .
Kami salat dhuhur berjamaah di mushola. Setelah itu ke kantin sebentar, untuk mengisi cacing cacing yg sudah berdemo sejak tadi.
Kegiatan pun dilanjutkan hingga sore hari. Saat sudah pukul 16.00, Kak Ramdan mengakhiri sesi penyuluhan.
Kak Ramdan? Iya .. Kak Ramdan . aku juga tidak tau, kenapa senior pembimbing kelompok ku diganti kak Ramdan. Padahal tadi pagi kak Juna .
Baru aku tau kalau kak Ramdan adalah ketua dewan mahasiswa, dan sepertinya banyak sekali kaum hawa yg jatuh hati padanya.
Mungkin itu adalah salah 1 alasan, Radit bersikap seperti tadi.
"Kami pamit, kak," kataku saat melewatinya bersama Danu .
"Iya, Reta. Hati hati di jalan ya."
Aku hanya menanggapinya dengan senyuman. Entah kenapa, tatapan matanya lain padaku . Apa hanya perasaanku saja ya?
Aku dan Danu berjalan sampai gerbang. Di sana sudah ada Radit, Kak Arden dan Dedi juga. Yg sudah pasti mereka sedang menunggu kami .
"Loh.. Kiki mana?" tanyaku setelah sudah dekat dengan mereka.
"Udah balik duluan sama Doni."
"Ya udah, balik yuk," ajakku ke mereka .
Karena kampus memang dekat dengan tempat kost kami, kami sengaja berjalan kaki. Hitung hitung olahraga.
"Eh makan dulu yuk," ajak Dedi
"Setuju .. Aku juga laper, " sahut Radit semangat
Akhirnya kami mampir ke sebuah warung makan.
"Eh.. Den. Adek lu.. Kumat tadi tuh," celetuk Danu .
"Hah? Kumat ?"
"Hooh.. Abis liat apaan gak tau. Bikin heboh aja," gerutu Danu .
"Eum... kampus emang lebih ramai dari waktu kita SMU dulu, jadi kita harus siap, dek," kata kak Arden .
Sepertinya kak Arden juga sudah banyak melihat makhluk makhluk itu.
"Kamu lihat apa sayang? " tanya Radit lembut.
"Udah. Gak penting kok.. Makan aja yuk. Aku lapar," kataku merajuk ke Radit.
"Iya deh iya, makan yg banyak ya sayang," kata Radit lalu membelai kepalaku lembut.
=======