bab 1

811 Kata
hai, perkenalkan namaku riana. aku seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang sibuk menyusun skripsi. dan sebentar lagi, jika tak ada halangan aku akan di wisuda. aku sudah menyusun rencana selepas wisuda nanti, aku ingin bekerja. ingin meniti karir. tidak ada didalam list rencana ku itu untuk menikah cepat, tapi keadaan berkata lain, semuanya bermula kala sore itu. saat semua keluarga sedang berkumpul. sekedar untuk minum teh bareng, memang keluargaku termasuk keluarga yg hangat. kami sering berkumpul dan bercanda bersama. " riri " ayahku memulai percakapan. " gimana skripsi mu, sudah selesai bukan" tanya ayah. " sedikit lagi yah " aku menjawab. " dosen riri super killer yah, jadi revisi terus" jawabku sambil menggerutu. ayah hanya tertawa menanggapi ocehanku. selanjutnya aku mulai menceritakan tentang dosen pembimbingku yang super rese itu. ada aja kesalahan ku dimatanya. menurutnya masih banyak yang harus direvisi. selanjutnya ayah tampak serius berbicara kepadaku. " nak ada hal yang mau ayah dan ibu bicarakan padamu " kata ayah. ibuku diam saja, dia tak bergeming menatapku. juga adik lelakiku. dia tampak begitu serius memperhatikan kami. " ayah kenapa sih jadi serius sekali sih" aku berusaha bergurau sambil nyengir. ayah menatapku kemudian menatap adikku dan juga ibuku " jadi begini nak, sebenernya dua puluh tahun lalu ayah dan temen ayah, lebih tepatnya sahabat ayah waktu sekolah " ayah menghela nafas sebelum melanjutkan kata katanya, kami menyepakati sesuatu. yakni perjodohan anak kita, kelak jika anak kami sudah dewasa" ucap ayah. aku melongo menatap ayah dan ibu secara bergantian. aku nggak mengerti kemana arah pembicaraan ayah . " maksudnya apa yah, riri nggak ngerti" kataku. " begini nak, ayah sekarang menjadi merasa punya hutang janji pada temen ayah ini, namanya om faisal. karena anak faisal hanya satu orang saja dan anaknya seorang laki laki, jadi kamu lah nak yang akan menjalani janji kami ini" jelas ayahku. ayah menghela nafas berat ,beliau nampak serius . " ayah nggak lagi bercanda kan " ujarku meyakinkan. aku masih shock, aku belum ada rencana apapun. atau tak sebersit pun terlintas diotak ku untuk menikah dalam waktu dekat ini. tapi karena aku nggak mau mengecewakan ayahku, aku sedikit memberi solusi kepada beliau, toh akupun jomblo, bisa jadi lelaki yg dijodohkan denganku ini sesuai dengan kriteriaku. " ayah, riri nggak janji tapi bolehkan kami berkenalan dulu sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih serius " aku menatap ayah sendu. " baik nak boleh, nanti akan ayah atur jadwal pertemuan kalian. dia pemuda yang sangat baik, santun dan wajahnya sangat tampan " ayah memuji calon jodohku dengan bersemangat. selanjutnya kami melanjutkan obrolan kami lagi. menceritakan tentang persahabatan ayahku dan om faisal ,awal mula ayah dan ibu bertemu dan tentang masa muda mereka. semua tampak sumringah. hanya aku yang tampak gelisah. aku sedang harap harap cemas, takut jika lelaki yang dijodohkan denganku itu ternyata diluar expektasiku atau malah jika dia benar benar tampan seperti yang ayah bilang tadi, aku takut dia yang malah menolakku. mau ditaruh dimana mukaku ini. tentu aku malu jika seperti itu. aku tak sabar menunggu hari esok. malam ini aku tidur dengan gelisah. akhirnya aku tertidur dijam satu malam walaupun tidurku tidak nyenyak. ... tok tok tok terdengar suara pintu kamarku diketok. ku menggeliat ," ahhh siapa sih pagi pagi udah bangunin aja, gak tau apa kalau semaleman aku bergadang gak bisa tidur" aku menggerutu sambil menatap jam di dinding kamar ku. aku terjengkit kaget, astaga ini udah jam sembilan pagi. pantas saja ibuku ngoceh ngoceh diluar kamar membangunkanku. seumur umur baru kali ini aku bangun sesiang ini. " riri apa kamu belum bangun juga." ibuku lanjut mengoceh lagi. " iya bu riri mandi dulu " ucap ku dari dalam kamar. " inget ya kamu kan ada janji dengan anak om faisal jam sepuluh nanti " ucap ibu. aku melongoooo, aku bahkan hampir saja melupakanya. bagaimana bisa coba. gegara masalah itu kan semaleman aku jadi gak bisa tidur. aastagaaaaa aku langsung ngibrit lari ke kamar mandi. kuguyurkan ke sekujur tubuhnya, sekenanya. entah bersih atau tidak yang penting air itu bisa membuang bau badan ku dan sisa air liur ku dimuka. aku menyapukan sabun dan mengguyur nya kembali secepat kilat. hanya dibagian menggosok gigi aku tak mau sembarangan. karena aku tak mau ada sisa kuman atau makanan yang menempel digigi ku yang rapih ini. setelah itu segera aku keluar dari kamar mandi. aku tak punya banyak waktu lagi aku harus bergegas berangkat menemui lelaki yang akan dijodohkan denganku. entah bagaimana rupanya sesungguhnya, tapi sebisa mungkin aku tak mau meninggalkan kesan buruk pada pertemuan kami yang pertama kali ini. walau aku tak pandai bersolek tapi setidaknya aku harus tampil segar. tak terlihat mengantuk, karena semalaman tak bisa tidur. itu juga sesungguhnya karena dia kan. karena memikir nya, aku jadi bangun kesiangan seperti ini. untungnya aku orangnya simpel, nggak menye menye. bagiku penampilan seseorang bukan diukur dari keglamoran riasan atau apa yang dia pakai. tetapi lebih kepada keserasian dan kebersihan pemakainya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN