"Tentu saja, aku tidak mungkin telanjang disini," jawab Fransis gerah. Sonia menjadi heran bukannya tadi suaminya sangat romatis tapi kenapa ekarang jadi terlihat gerah begitu menanggapi pertanyaannya dirinya sonia tidak mengerti.
"Dasar m***m!"Hardik Fransis. Sonia semakin bingung keheranan, mengapa sekarang suaminya mengatainya 'm***m'. Mereka adalah suami istri jadi wajar bukan bila mereka ingin bercinta di malam pertama, jadi tidak bolehkan dikatan m***m.
"Heh, bodoh. Ngapain diam saja?! pakek acara heran begitu, sadar Sonia! lihatlah makanan sudah tersaji." Sonia semakin heran dan bingung, apakah saat mau bercinta harus makan dulu? Batin sonia.
"Heh bangun! kau kira ini dimana?! pakek acara tiduran di lantai seperti itu." Sonia semakin bingung kenapa sekarang dia dibentak-bentak memangnya ini dimana? Sonia melirik sampingnya terlihat warna putih mengkilat bahkan Sonia juga merasakan benda keras dibawahnya, Sonia mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu Sonia memperhatikan sekelilingnya terlihat banyak kaki kursi dan kaki meja yang terlihat juga kaki manusia.
"Kenapa banyak kaki disini?" Batin Sonia semakin bingung. Sonia mengarahkan pandangannya kedepan yang terliht bukan wajah tampan suaminya melainkan wajah jutek yang tak asing diingatnnya dan sepertinya nyawa Sonia sudah mulai terkumpul semua hingga diapun langsung berteriak dan bangun dari posisi tidurnya.
"Kenapa?! masih kecil pikiranny sudah m***m. Duduk!" Omelnya. Sonia hanya menunduk dan menuruti perintahnya dari pada kenak omelan pria yang memakai kostum pelayan yang tak lain dalah Rosi. Rosi memang bekerja didua tempat siang di perusahaan Lonenlia dan malam di restorant. Sonia mendudukkan dirinya disamping Fransis, dalam hati Sonia merutuki kebodohannya, bagaimana mungkin dia bisa menghayal bercinta malam pengantin disaat dirinya bersama keluarganya berada di restoran. Alhasil sekarang dia menjadi bahan tawaan para pengunjung restoran, apalagi pelayan yang menurutnya kurang ajar dan sialan. Sonia meraskan sebuah sentuhan lembut di puncak kepalnya, Sonia hanya melirik, takutnya hanya hayalannya saja. Sonia melihat suaminya tersenyum dengan lembut padanya.
"Jangan menghayal lagi, ada saatnya kita bercinta." Ucapnya lembut. Hati Sonia merasa kedamaian saat melihat senyuman lembut dari suaminya, namun tiba-tiba senyum itu berubah jadi seringai jahil dan membuat Sonia menunduk malu, dia tidak berani menatap wajah suaminya.
Acara makan malam di restoran itupun berjalan lancar, setelah membayar semuanya Fransis pun pergi menyusul istri dan keluarga yang kini sudah berada dalam mobil limo hitam itu. Avisina sebagai supir pribadi Fransis pun membukakkan pintu untuk Sang majikan kemudian menutupnya kembali begitu memastikan Sang majikan sudah berada duduk dengan nyaman dalam mobil setelah itu, Avisina menempati kursi kemudi dan melajukan mobilnya. Suasana dalam mobil itu menjadi hening, Sonia bahkan tidak berani menoleh kearah suaminya hingga tiba di kediaman keluarga Sonia. Sebelum turun Ezra memberi nasehat kepada putrinya.
"Sonia, sekarang kau sudah menikah. Itu artinya kau sudah dewasa dan kau punya tanggaung jawab sebagai seorang istri, ibu hanya berpesan jadilah istri yang baik untuk suamimu," Ucap Ezra lembut.
"Iya ibu, Sonia akan berusaha jadi istri yang baik," Jawab Sonia. Kemudian Ezra mengalihkan perhatiannya pada Fransis yang duduk di sebelah Sonia.
"Nak Fransis. Ibu titip Sonia ya, jaga dia baik-baik. Tolong jangan menyakiti jiwa raganya bila ada sikap Sonia yang membuat nak Fransis marah dan sangat marah, nak Fransis bisa memulangkan Sonia pada ibu," Ucap Ezra memberi pesan.
"Hn, tentu," Jawab Fransis singkat. Setelah memberi pesan pada putri dan menantunya, Ezra dan suaminyapun turun dari mobil, setelah itu dengan perlahan roda mobil itu menggelinding dan Ezra hanya bisa melambaikan tangan dengan senyum terpatri di wajahnya.
Sebuah mobil limosin hitam berhenti di depan mision Lonenlis rumah yang besar dan mewah bagai istana itu kini akan menjadi tempat tinggal baru untuk Sonia. Setelah pintu mobil dibuka Sonia dan Fransis turun dari mobil itu, Sonia begitu terpukau melihat kemegahan dan kemewahan rumah barunya, rumah yang dulu ditempati oleh suaminya itu sudah sangat megah dan sekarang rumah yang ini 5 x lipat besarnya, Sonia jadi berfikir berapakah rumah yang dimiliki oleh suaminya itu? Sonia memperhatikan ukiran pintu luarnya yang benar- benar indah pegangan untuk membukanya itu terbuat dari berlian, tanpa sadar Sonia melangkahkan kakinya mendekati pintu itu tangannya terulur untuk merabanya, Sonia benar -benar mengagumi keindahan dan kemewahan pintu itu.
"Dari pada kau membelai pintu itu, bukankah lebih baik kau membelai suamimu ini," Bisik fransis tepat di telinga Sonia.
"Heh.." Sonia memekik mendengar bisikan suaminya yang terdengar sexi. Sonia bahkan dapat merasakan hembusan nafas suaminya saat berbisik, jantung Sonia berdegup dengan kencang dan tubuhnya mendadak panas dingin dia merasakan kedua tangan suaminya memagang bahunya lalu membalikkan badannya hingga mereka berhadapan, namun tubuh Fransis yang menjulang tinggi membuat Sonia tidak bisa memandang wajah suaminya kecuali jika dia mendongak atau suaminya yang menunduk. Fransis meraih pinggang istrinya lalu mendekatkan kearahnya dan dia memeluk tubuh mungil istrinya. Rasanya Sonia mau pingsan saat dia merasakan jantungnya berdegup semakin kencang dan Sonia sedikit ketakutan, bagaimana kalau dia terkena penyakit jantung. Namun Sonia tidak bisa memungkiri bahwa rasa nyaman dan tidak ingin lepas dari dekapan Sang suami, tapi ketakutan Sonia membuatnya memutuskan untuk bertanya pada Sang suami.
"K-kakak kok aneh ya?" Ucap Sonia ragu. tubuhnya bergetar karena ketakutan, merasakan ada yang tidak beres pada istrinya membuat Fransis menyerngit bingung.
"Aneh kenapa?" Tanya Fransis balik. Sonia kebingungan harus memulai darimana .
"Bagaimna ya? begini, aku mau bertanya." Ucap Sonia yang terlihat bingung sendiri.
"Hn.." gumam Fransis dengan nada bertanya.
"Hari ini aku kenapa ya?" Tanya Sonia bingung. Fransis jadi merasakan keraguan sekaligus kebingungan pada diri Sang istri dia pun perlahan melepaskan pelukannya pada Sonia. Fransis menatap Sonia dengan pandang bertanya seolah dia ingin Sonia menjelaskan secara lengkap. Mengerti maksud tatapan suaminya, Sonia pun memberanikan diri untuk mengatakan yang sesungguhnya tentang ketakutannya.
"Aku tidak pernah merasakan seperti ini." Sonia mulai bercerita, dia berbicara sambil menunduk. Sonia merasa gugup, dia takut bagaimana kalau dia benar-benar mengidap penyakit jantung dan Fransis meninggalknnya. Fransis hanya menunggu dengan sabar apa yang akan dikatan oleh istrinya, dia bisa melihat kegugupan sekaligus ketakutan yang terpancar jelas dari wajah sang istri. Fransis menangkup wajah istrinya dan membawanya untuk menatapnya saat berbicara, kini Sonia bisa melihat dengan jelas wajah suaminya, jantung Sonia seolah mau melompat saat Fransis mendekatkan wajahnya mengeliminasi jarak diantar mereka dan mengecup singkat bibir Sonia membuat Sonia membeku seketika, setelah itu Fransis kembali menjauhkan wajahnya dari istrinya.
"Tidak perlu bingung, kau hanya gugup ," Ucap Fransis yang seolah mampu membaca apa yang sedang dipikirkan oleh Sonia.
"He...." Sonia hanya memekik mendengar jawaban tanpa pertanyaan dari suaminya, setelah itu dia mengerjap - ngerjapkan matanya, dalam hati dia berfikir' benarkah dia hanya gugup bukan karena sakit jantung?'.
"Tapi, kak," ucap Sonia ingin memprotes, namun terpotong oleh Fransis yang kembali menarik tubuhnya dalam pelukannya, setelah itu Fransis mengelus lembut punggung Sonia agar Sonia sedikit tenang.
"dwetak jantun mu tidak beraturan, terkadang mau berhenti terkadang terasa mau melompat," Ucap Fransis terus berkata tentang apa yang difikirkan Sonia. Wajah Sonia semakin memerah karena malu ternyata dia salah duga dan sedikit merasa lega juga karena itu berarti dirinya sehat tidak sakit dan suaminya tidak akan meninggalkannya, kemudian Fransis melepaskan pelukannya dan memandang wajah istrinya.
"Sudah baikan?" Tanya Fransis memastikan, tangan Fransis bergerak membelai rambut Sonia sementara swonia hanya mengangguk lalu mereka pun saling bertatapan dengan penuh kasih.
Sempurna
"Suamiku benar-benar sempurna," Puji Sonia tanpa sadar. Sonia baru saja menyadari kalau barusaja dia lagi-lagi memuji mahluk ciptaan tuhan yang ada didepannya. Sonia merutuki kebodohannya yang selalu bagai orang kesambet dan selalu memuji suaminya, dia memalingkan wajahnya yang sudah terasa panas karena malu. Sonia tersentak saat dia merasakan tangannya digenggam dengan lembut, kemudian dia mengalihkan perhatiannya melihat tangannya dan ternyata suaminyalah yang menggenggam tangannya dengan lembut.
"Kita masuk." Fransis mengajak Sonia masuk kedalam istana barunya, dia terus menuntun istrinya agar mengikutinya dan Sonia hanya menuruti Fransis tanpa adanya perlawanan, dalam hati, Sonia merasa bersukur pada yang kuasa karena telah membuat hidupnya yang penuh dengan hinaan kini menjadi seorang ratu untuk seorang raja yang sangat tampan. Sonia sangat senang dan bahagia, Sonia merasakan tubuhnya lemah kepalanya pusing kakinya lelah untuk terus melangkah, Sonia melirik Fransis yang seolah tak mersakan lelah sedikitpun mungkin ini efek karena istana tak sesempit gubuk.
"Apa kak Fransis tidak lelah? aku saja merasa kakiku seperti mau lepas," Batin Sonia menggerutu Sonia mengedarkan pandangannya meneliti setiap sudut ruangan.
'sangat besar lebih besar 10x lipat dari lapangan sepak bola'. Pikirnya. Kemudian dia memperhatikan tangga yang menyilaukan matanya, pegangan tangga itu terbuat dari lapisan emas murni tangganya juga lebar di atasnya dilapisi karpet permadani warna merah mirip seperti tangga istana yang sering dia lihat di tv namun untuk mencapai tangga itu masih membutuhkan waktu lagi karena jaraknya masih jauh dan setelah sampai dibawah anak tangga pertama Sonia sudah tidak sanggup berjalan lagi kakinya berteriak ingin istirahat dan dengan terpaksa Sonia pun menghentikan langkahnya.
"Kak fransis, Sonia sudah sangat lelah berjalan terus, rumah ini terlalu besar untukku. Belum lagi tangganya sangat tinggi untuk sampai keatas kenapa tidak memakai ruangan yang ada tombolnya dan tinggal pencet lalu sampai keatas". Ucap sonia. Ruangan yang dimaksud Sonia itu adalah lif' hal yang wajar bagi sonia mengingat rumahnya sederhana sekarang harus menempati rumah sebesar ini belum lagi memang kondisi fisik sonia yang kurang fit krena aktifitas yang sangat padat dan Sonia belum sempat untuk mengistirahatkan dirinya, sepulang sekolah Sonia harus bersiap untuk acara pernikahannya hingga sekarang dia benar-benar lelah.