"Enak saja kau bilang, dari dulu aku ini terlahir sebagai seorang yang kaya jadi tidak mungkin aku jadi tukang ketring," Sanggah rino.
"Kalau begitu kau mungkin sangat ingin menjadi tukng ketring dan mengantarkan pesanan menggunakan rantang makanan," Ejek Rosi. Kali ini Rino benar-benar tidak terima dengan ejekan Rosi.
"Apa kau bilang...". geramnya.
"Cukup,"Potong Fransis melerai pertengkaran mulut mereka, mereka berduapun mengalihkan perhatiannya pada Fransis yang sudah menyela perdebatan mereka, terlihat Fransis hanya menatap datar kedua orang itu.
"Aku tidak ingin lagi mendengar keributan dirumahku,"Putus Fransis. kedua pemuda itupun hanya mengkeret mendengat keputusan Fransis yang seolah tidak bisa dibantah lagi. Sonia hanya tersenyum lembut melihat dua orang itu langsung berhenti bicara dan langsung memasang wajah yang melas pada Fransis. setelah memastikan tidak ada yang bicara lagi Fransis menglihkan perhatiannya pada Rosi kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil rantang makanan itu.
"Sampaikan terimkasi pada ibumu," Ucap Fransis. Rosi pun hanya tersenyum dan mengangguk, sedangkan Rino, dia berusaha untuk mengambil perhatian Fransis lagi.
"Eheheheheh..., Frans, apa tidak bisa kalau bicara menggunakan nada sedikit lembut begitu, masak kau selalu membentak dan datar tidak ada yang lain apa,"Ucap Rino. Dan Fransis hanya menatap Rino dengan pandangan'terimaksi kau sangat berarti untukku'. Pandangan Fransis membuat rino tertegun seolah mengerti Rino pun tersenyum membalas pandangan Fransis.
"Aku mengerti, Frans ," ucap Rino. Kemudian Fransis mengalihkan perhatiannya pada calon istrinya yang bediri disampingnya.
"Apa kau terburu-buru?," Tanya Fransis pada Sonia. Sonia pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak kak, ini masih pukul 6 pagi,kelas mulai pukul 7," Jawabnya menjelaskan.
"Hn, baiklah kita makan bersama," Ajak Fransis. Sonia pun mengangguk, kemudian Fransis berbalik, dia bejalan menuju ruang makan diikuti Sonia dan Rosi, sementara itu Rino masih berdiri sambil memandangi punggung Fransis dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Frans, aku mencintaimu dan aku berjanji akan menyembuhkanmu," Janjinya dalam hati. Kemudian Rino beranjak dari tempatnya dan pergi menyusul Fransis bersama Rosi dan Sonia yang sudah lebih dulu pergi keruang makan, kemudian dia duduk dikursi sebelah kiri Fransis, Rino terus memperhatikan wajah Fransis dari samping.
"Kau harus terus hidup,Frans," Gumamnya. Fransis langsung menoleh kearah Rino.
"Aku mengerti," Jawab Fransis walau dia sendiri tidak yakin. Setelah itu Fransis fokus pada makanan yang ada didepannya, mereka pun menikmati hidangan yang mereka santap dengan khitmat tanpa ada pertengkaran mulut antara Rino dan Rosi.
"Aku selesai," Ucap Fransis setelah mengakhiri sarapannya kemudian dia menoleh kearah Rino yang sepertinya hampir selesai dengn sarapannya.
"Kau mau langsung kerumah sakit atau pulang kerumahmu dulu," Tanyanya. Rino pun menyeselesaikan suapan terkhirnya.
"Aku lngsung saja, kau tidak ikut?," Tanyanya balik. Sepertinya Rino ingin Fransis dirawat di rumah sakit,mengingat penyakit Fransis yang semakin parah dan kondisi tubuh Fransis yang semakin melemah. Rino benar –benar menghawatirkan Fransis dia tidak ingin terjadi sesuatu pada pemuda itu.
"Tidak, aku langsung kekantor," Jawab Fransis. Rino mendesah kecewa tapi dia sangat paham dengan sifat Fransis yang sungguh sangat keras kepala.
"Tapi, kak, Fransis, antarkan aku kesekolah dulu,ya?"pinta Sonia manja. kemudian Fransis mengalihkan perhatiannya pada Sonia sepertinya gadis itupun sudah menyelesaikan sarapannya, Fransis tersenyum melihat Sonia yang belepotan, lalu Fransis mengusap sisa makan dibibir Sonia dengan ibu jarinya dengan lembut hal itu membuat uadara disekitar Rino terasa panas walau ac dirumah Fransis sudah dinyalakan.
"Hn,"Jawab Fransis.
"Lalu aku bagaimna?" Tanya Rosi mintak perhatian, dalam hati dia ingin menampar wajah adiknya yang berniat meninggalkannya sendiri dan memilih berduaan dengan pria yang dicintai. Bukannya mereka tadi berangkat bersama pulangpun juga harus bersama.
"Kak, Rosi, berangkat kerja saja," Kata Sonia seenaknya tak perduli pada Rosi yang terlihat merengut tak suka.
"Kita berangkat bersama," Putus Fransis sebelum ada pertengkaran lagi antara Sonia dan Rosi.
"Tapi kak, Fransis," protes Sonia. Tak taukah kalau Sonia hanya ingin berduaan dengan pria yang sangat dicintainya.
"Tak apa," Kata Fransis. Sonia hanya bisa pasrah dengan keputusan calon suaminya itu, dalam hati Rosi bersorak dan tersenyum penuh kemenangan pada Sonia dan Sonia justru sebaliknya dia menatap tajam pada Rosi.
"Kita berangkat sekarang," Ucap Fransis. Kemudian dia bangkit dari tempat duduknya dan Sonia pun juga ikut bangkit dan mengikuti Fransis kini giliran Rosi yang bangkit sebelum dia menyusul Fransis dan Sonia dia terlebih dulu memperhatikan Rino yang masih menatap Fransis seakan dia ingin menggantikan posisi Sonia yang berada disisi Fransis dan bisa dicintainya.
"Yakinlah, dokter Rino, suatu saat hatimu akan bisa mencintai seorang gadis dan bisa mengubah perasaanmu pada tuan muda Fransis," ucap Rosi. Rosi berharap ucapannya barusan bisa memberi kekuatan pada dokter Rino agar tidak selalu mengharap sesuatu yang terlihat sulit terjangkau. Rino pun mengalihkan perhatiannya pada Rosi lalu tersenyum.
"Terimakasih, aku akan mencobanya," Ucap Rino. Kemudian dia bangkit dari tempat duduknya.
"Aku pergi dulu," Pamitnya pada Rosi.
"Aku juga mau pergi dokter Rino atasanku tidak menyukai suatu kekurangan apapun dalam perkerjaanku termasuk kurang tepat waktu," Ucap Rosi membayangkan saat Fransis memergoki seorang karyawan yang kebetulan terlambat beberapa menit dan tanpa ampun saat itu juga langung dipecat. Rino tersenyum mendengar candaan rosi mengenai pria yang sangat dicintainya.
"Begitu dong dokter Rino harus tersenyum selalu, aku duluan dokter Rino," Pamit Rosi yang kemudian pergi meninggalakan Rino. Rino pun tersenyum sendiri kemudian melangkahkan kakinya.