“Gara-gara Nabila mancing ni, terpaksa gue harus buru Iyan,” gumamku sambil berlari menuju ke ruang kerja Zayyan. Begitu melihat pintu tertutup rapat lekas aku menurunkan kecepatan lari hingga berdiri tepat di depan pintu. “Duh, gimana ini. Sumpah gue malu banget,” gumamku lagi ketika hentak membuka pintu selalu saja ku urungkan. Jujur saja aku masih punya harga diri. “Turunin harga diri di depan suami nggak apa-apa dong?” Aku memotivasi diriku sendiri. Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan pelan dari mulut, terus saja kulakukan sampai aku berani untuk membuka pintu. “Iyan,” panggilku pelan sambil mengedarkan pandangan ke dalam ruang kerja. Tersenyum lega melihat Zayyan tengah duduk di kursi sambil menatap lembaran kertas di atas meja. Aku menutup pintu pelan lalu menghampiriny
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari