Barang Bukti

1769 Kata
Nayra sudah kembali ke rumah Devan. Nayra tetap menjalankan perannya sebagai istri walau Nayra masih sakit hati atas perbuatan Devan. “Nay,” ucap Devan memanggil Nayra yang tengah merapikan tempat tidur. Hari ini adalah hari minggu yang digunakan Nayra untuk beristirahat di rumah. “Iya pak. Ada apa pak?” tanya Nayra dengan formal kepada Devan. “Bisa kesini sebentar,” perintah Devan menyalakan laptop yang berada di atas meja. Nayra menghampiri Devan yang tengah duduk disofa. Nayra duduk berseberangan dengan Devan. Nayra masih enggan berada didekat Devan. Walau Nayra tidur satu ranjang tapi Nayra menaruh guling sebagai pembatas bahkan jika malah hari Nayra terbangun dari tidurnya Nayra lebih memilih tidur di sofa. “Coba lihat ini sebentar Nay,” pinta Devan memutar laptop ke arah Nayra. Nayra memperhatikan apa yang ada dilaptop yang tadi ditujukan oleh Devan. Apa yang dilihat oleh Nayra merupakan rekaman cctv bukti Devan dijebak oleh Alena. Nayra masih memperhatikan laptop dengan serius. Sesekali Nayra menghembuskan nafas pelan. Nayra memutar laptop kearah Devan setelah selasai melihat apa yang diperlihatkan Devan. “Aku minta maaf untuk semua kesalahan aku selama tiga bulan pernikahan kita. Memang dari awal aku tidak setuju dengan perjodohan ini. Aku pikir dengan terus menyakiti kamu maka kamu akan menyerah. Tapi ternyata aku salah. Setiap hari bersama kamu merubah hari aku. Tapi karena ego dan gengsi aku yang tinggi aku menepis semua perasaan yang mulai hadir. Walau kita menikah terpaksa tapi aku tidak pernah berpikir untuk bermain wanita diluar,” tukas Devan menjelaskan panjang lebar ke Nayra. Nayra mencerna setiap kata yang diucapkan Devan. “Malam itu saat aku masih mengerjakan sesuatu di kantor Alena mengajak ketemu disalah satu cafe. Aku memesan minuman lalu ke toilet. Setelah dari toilet aku kembali duduk dan minum minunan yang aku pesan. Setelah itu aku merasa mengantuk kemudian tidak sadarkan diri. Aku tersadar berada di apartemen dan Alena ada disamping aku. Ketika kamu datang aku baru sadar Nay,” terang Devan melanjutkan penjelasannya. Nayra tak bergeming mendengar penjelasan Devan. Video yang Nayra lihat di laptop memang menunjukan bukti kuat Devan tidak bersalah namun hati Nayra terlanjur sakit melihat apa yang menjadi miliknya disentuh orang lain. Nayra masih tak berucap sepatah kata pun. Tatapan mata Nayra kosong. Devan menghela nafas kasar melihat sikap Nayra. Tak ada reaksi apa pun dari Nayra padahal Devan sudah menunjukan bukti kuat yang membuktikan kalau Devan dijebak. Devan menatap Nayra yang masih menatapa kosong kesatu arah. “ Nay.. Aku tahu ini sulit untuk kamu maafkan. Aku juga tahu dan sadar kamu pasti akan sulit memaafkan aku dan semua salah aku selama ini sama kamu. Aku memang bodoh Nay. Aku tahu aku sangat dalam menyakiti hati kamu. Aku siap menerima hukuman dari kamu Nay. Apa pun hukuman itu Nay,” ucap Devan yang menyadarkan Nayra dari lamunannya. “Yakin apa pun itu?” Tanya Nayra. “Iya Nay. Apa pun itu,” jawab Devan yakin. “Saya mau pisah dari bapak ” tukas Nay tegas. Jeder.. Devan terkesiap mendengar ucapan Nayra tentang perpisahan untuk kedua kalinya. Walau pernikahan ini tidak diharapkan Devan karena perjodohan namun nyatanya Devan tidak siap jika harus berpisah dengan Nayra. Bukan hanya masalah kesehatan mamanya namu Devan merasa tidak bisa hidup tanpa Nayra. Devan merasakan itu semua setelah kepergian Nayra selama beberapa hari sejak Nayra memergoki Devan tengah satu ranjang dengan Nayra. “Gimana pak?” tanya Nayra yang mengejutkan Devan dari lamunan. “Aku nggak bisa Nay. Aku nggak bisa dan nggak mau pisah dari kamu Nay.” jawab Devan lembut. “Tapi saya mau pisah dengan bapak,” sambung Nayra kekeh dengan pendiriannya. “Aku tetap nggak mau pisah sama kamu Nay. Aku tahu aku bodoh. Aku tahu awalnya aku menolak pernikahan ini. Tapi aku menyesal Nay. Aku akan mencoba memperbaiki semuanya Nay,” tegas Devan. “Tapi saya tidak mau. Saya tetap mau pisah dari bapak,” lanjut Nayra. “Nay.. Beri saya kesempatan satu kali lagi,” pinta Devan. “Bagi saya tidak akan pernah ada kesempatan kedua dalam hidup pak. Kalau bapak tidak mau berpisah maka saya yang akan mengurus perpisahan itu,” tukas Nayra tegas lalu keluar dari kamar meninggalkan Devan menuju kamar di samping kamar utama. Devan menyugar rambutnya kasar lalu berteriak “Aarghhh!!” teriak. “Aku akan mendapatkan cinta kamu Nay. Aku akan mendapatkan kamu dan cinta kamu,” gumam Devan. *** Nayra pergi ke pengadilan agama sebelum berangkat ke kantor. Ya. Nayra hari ini memutuskan ijin terlambat ke kantor untuk mengurus perpisahannya dengan Devan di Pengadilan agama. Setelah menyelesaikan urusannya Nayra berangkat ke kantor. Tepat pukul sepuluh pagi Nayra duduk di kubikelnya. “Nay,” ucap Alma. “Iya Al. Kenapa?” tanya Nayra. “Tadi kamu dipanggil Pak Dika. Katanya setelah makan siang ada meeting dengan klien dari Bandung Nay,” jawab Alma. “Serius Al? Kenapa Pak Dika nggak kasih tahu aku iya?” seru Nayra. “Mungkin Pak Dika mau bicara langsung sama kamu Nay " balas Nara. “Bisa jadi Al," ujar Nayra. “Iya sudah sana kamu temui Pak Dika Nay,” perintah Nara. Nayra menuju ruangan Pak Dika. Nayra mengetuk pintu ruangan Pak Dika. Setelah mendapat ijin masuk dari dalam Nayra memutar knop pintu lalu masuk kedalam ruangan Pak Dika. “Assalamu’alaikum,” ucap Nayra. “Wa’alaikumsalam.. Duduk Nay,” balas Dika meletakan pena yang tengah dipegangnya ke meja. “Pak.. Saya minta maaf hari ini datang terlambat. Tadi ada sedikit urusan,” sambung Nayra. “Tidak masalah Nay. Gimana kabar kamu dan Devan?” ujar Dika. “Sebelumnya mohon maaf ada apa bapak memanggil saya?” tukas Nayra mengalihkan topik pembicaraan. Dika hanya bisa mengesah pelan saat Nayra tidak mau membahas pekerjaan dan mengalihkan topik pembicaraan. “Baik Nay. Saya nggak akan bahas Devan lagi. Hari ini setelah makan siang temanin saya meeting dicafe Sutra ya Nay,” tegas Dika. “Baik pak. Mohon maaf materinya apa ya buat meeting nanti? Biar saya bisa mempelajari terlebih dahulu,” balas Nayra. “Materi sudah saya kirim ke email tadi Nay. Coba kamu cek,” perintah Dika. “Baik pak,” jawab Nayra membuka ponsel memeriksa email dari Pak Dika. “Iya pak. Emailnya sudah masuk. Kalau tidak ada keperluan lagi saya permisi pak,” sambung Nayra. “Iya Nay. Jangan lupa jam satu ada meeting Nay,” seru Dika. “Baik pak. Permisi. Assalamu’alaikum,” ucap Nayra. “Wa’alaikumsalam,” balas Dika. Nayra keluar dari ruangan Pak Dika menuju kubikelnya untuk mempelajari materi meeting nanti siang. *** Dua hari kemudian Devan yang tengah memeriksa berkas menerima surat gugatan perpisahan dari pengadilan agama. “Apa ini Sean? Siapa yang mengantar ini?” tanya Devan dengan sorot mata tajam menatap Sean “Seperti yang tertera diamplop Dev. Itu surat gugatan dari pengadilan agama. Kata resepsionis tadi yang mengantar kurir Dev,” jawab Sean Devan merobek surat dari pengadilan agama itu. Tepat setelah Devan menyobek surat itu ponsel Devan yang berada diatas meja berdering. Devan melihat ID pemanggil ternyata mamany. “Yes mom,” ucap Devan “Nggak usah basa basi. Ma tunggu kamu sama Nayra ke rumah sore ini,” balas mama Devan yang langsung memutus panggilan tanpa memberi kesempatan Devan berbicara Devan mengumpat setelah mendapat telepon dari mamanya. Devan berpikir mamanya pasti sudah tahu masalah ini. Devan langsung menyambar kunci mobil yang ada diatas meja lalu pergi menuju perusahaan Dika untuk berbicara dengan Nayra. Devan langsung masuk ruangan Dika tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ketika sampai di perusahaan Dika. "Bisa nggak sih masuk ketuk pintu dulu,” ucap Dik sewot “Bodo amat. Gue kesini mau pinjam Nayra sekarang juga,” balas Devan “Lo kenapa sih? Kesetanan kaya gitu?” tanya Dika “Gimana gue nggak kesetanan Dik. Nayra mengajukan gugatan cerai dan surat gugatannya sudah aku terima. Mama sepertinya juga tahu masalah ini,” jawab Devab “What? Are you sure?” sambung Dika “Ngapain gue becanda hal kaya gini Dik!” seru Devan dengan nada tinggi “Bukannya lo udah kasih tahu bukti lo dijebak Alena?” tanya Dika “Iya Dik. Tapi Nayra nggak merespon. Nayra tetap mau pisah dari gue,” jawab Devan “Makanya kalau ada orang ngomong didengerin. Gue pernah bilang jangan sampai lo nyesel karena kehilangan Nayra gara-gara Alena.” ujar Dika “Gue malas berdebat. Dimana ruang Nayra?” tukas Devan “Lo nggak usah kesana. Gue telepon Nayra aja biar Nayra kesini. Lo duduk aja dulu,” pinta Dika lalu menelepon Nayra meminta keruangannya Sepuluh menit kemudian Nayra sudah berada di ruangan Dika dengan wajah yang sangat malas melihat Devan ada di ruangan Dika. Selama dua hari ini Nayra menghindari untuk bertemu dengan Nayra walaupun di rumah. Nayra masih menyiapkan keperluan Devan namun jika Devan tidak ada di tempat. Jika Devan ada di tempat maka Nayra memilih untuk pergi ke kamarnya. Dengan malas Nayra mengikuti Devan ke rumah orang tua. Itu juga berkat bujukan dari Dika. Andai saja Dika tidak membujuk Nayra maka Nayra tidak akan mau pergi dengan Devan apalagi satu mobil dengan Devan. “Jelaskan semua ini Devan!” pinta papa Devan menginterogasi Devan dan Nayra di ruang kerjanya. “Pa.. Nayra minta maaf. Ini semua kemauan Nayra. Pak Devan menolak untuk pisah dari Nayra. Tapi Nayra tetap mau pisah dari Pak Devan pa,” ucap Nayra menundukan kepala merasa bersalah kepada mertuanya. “Kenapa Nay?” tanya mama mertua. “Maaf ma. Nayra nggak bisa meneruskan pernikahan ini. Memang Pak Devan telah menunjukan bukti dijebak tempo hari. Tapi Nayra tetap nggak bisa ma. Nayra minta maaf ma,” balas Nayra meneteskan air mata yang menganak sungai. “Mama hargai keputusan kamu. Seandainya mama jadi kamu mungkin mama juga akan melakukan hal yang sama. Luka dihati emang sulit untuk disembuhkan Nay. Maafkan anak mama yang selalu menyakiti kamu selama kamu menikah dengan dia. Walau nanti kamu sudah berpisah sama Devan, kamu masih tetap selalu jadi anak mama. Seringlah main kesini menemani mama,” tukas ibu Devan memeluk Nayra erat penuh kasih sayang. “Iya ma. Mama jaga kesehatan ya,” ucap Nayra. Ibu Devan menganggukan kepala dan masih memeluk Nayra dengan erat. “Devan tetap nggak mau pisah dari Nayra!” titah Devan tegas. “Penyesalan selalu datang terlambat Dev. Lepaskan Nayra. Ikhlaskan semua ini. Jadikan semua ini pembelajaran kamu. Jangan sakiti Nayra lagi dengan kamu mencegahnya,” tukas Papa Devan akhirnya menyetujui perpisahan Nayra dan Devan “Pa!” seru Devan. “Lepaskan Nayra Dev. Jika kamu hanya terus melukai hati Nayra maka lepaskan Nayra. Jika kalian memang benar-benar ditakdirkan berjodoh maka sejauh apapun kalian berpisah maka kalian akan tetap bersatu,” nasehat dari papa Devan. “Terima kasih pa,” balas Nayra mencium punggung tangan papa mertuanya lalu memeluknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN