bc

Cintaku Tersangkut di Hatimu

book_age16+
325
IKUTI
1.7K
BACA
goodgirl
sporty
drama
sweet
bxg
city
first love
assistant
athlete
like
intro-logo
Uraian

Evi Tania gadis manis dari Kota Kembang Bandung yang memiliki hobi olahraga badminton rela bekerja menjadi cleaning service di GOR yang menjadi tempat pemusatan latihan olahraga tepuk bulu ayam tersebut demi mengejar cinta seorang pemain badminton terkenal bernama Faiz Faisal.

Bukan hal yang mudah karena selain wajah Evi yang pas-pasan dan bukan siapa-siapa, sang Idola yang ganteng itu memiliki banyak fans cantik dan diketahui sudah memiliki kekasih seorang model cantik papan atas. Fakta itu tak membuat Evi patah semangat dalam mengejar cintanya.

Satu hal yang diyakininya adalah sebelum janur kuning melengkung pantang untuk mundur.

Design Cover by @ Dad's Studio

chap-preview
Pratinjau gratis
Cleaning Service
Seorang gadis muda berumur delapan belas tahun dengan tinggi 155 cm, menyepol rambutnya asal, ia mengenakan celana jeans dan kemeja kotak-kotak warna biru dengan menggendong ransel hitam. Ia tiba di sebuah kawasan komplek pemusatan latihan nasional olahraga bulutangkis. "Makasih banyak ya, Bang!" ia menyerahkan ongkos ojol yang ditumpanginya. Ia lantas berjalan tergesa mendekat ke arah pintu gerbang. Pandangan matanya celingak celinguk ke arah pos satpam. "Maaf, mau cari siapa ya Dek?" seorang pria berkumis tebal menghampirinya dan menatapnya tajam dari ujung kaki sampai ujung rambut seolah ingin mengulitinya. Pria itu berusaha menyelidik karena gadis di hadapannya terlihat sangat aneh dan mencurigakan. Tak sembarang orang bisa masuk ke kawasan itu, hanya orang yang berkepentingan saja. "Perkenalkan nama saya Evi Tania dari Bandung, saya kebetulan sedang mencari pekerjaan katanya di sini lagi ada lowongan ya." Gadis bernama Evi itu tersenyum malu-malu. "Oh...kebetulan sekali dua karyawan sini sedang pulang kampung. Kamu bisa menggantikan mereka untuk sementara waktu." Si pria berkumis tebal lalu membukakan pintu gerbang mempersilahkannya masuk. "Wah, terima kasih banyak Pak." Evi melonjak girang. Apa yang diinginkannya akhirnya terwujud. "Panggil saya, Mas Paijo!" Pria berparas garang itu menyebutkan namanya. "Dan satpam itu namanya Bang Ucup." Mas Paijo memperkenalkan Pak Satpam yang sejak tadi tak bersuara. "Hai Bang." Evi menyapanya dengan memberikan senyuman. Satpam itu mengangguk ramah. Evi merasa jika Mas Paijo yang lebih pantas menjadi satpam daripada Bang Ucup. "Kalau begitu kamu bisa langsung kerja di sini. Ayo ikut saya!" Pria berkulit gelap dan bertubuh tinggi besar itu mempersilahkan Evi masuk ke dalam gedung. Evi memperhatikan sekitarnya. Akhirnya mimpinya bekerja di sana menjadi kenyataan. Tiba di dalam gedung, ia menangkap sosok yang sangat dikenalnya. "A Faiz." Evi langsung menyapanya. Pria bernama Mas Paijo sampai menatapnya. Ia menyangka Evi bagian dari fan berat atlet bulu tangkis yang selalu bertingkah aneh. "Kamu siapa?" Pemuda bernama Faiz itu mengerutkan keningnya mengingat-ngingat. "Saya Evi, kita dulu satu SMP loh A." Evi memberikan penjelasan. "Maaf, saya lupa." Faiz mengabaikan Evi. Namanya orang terkenal pasti dikenal banyak orang dan tak sedikit yang mengaku-ngaku dan sok akrab dengannya. Evi merasa sedih karena sosok yang sangat dikaguminya itu tak mengenali dirinya. "Ayo, saya tunjukkan kamar kamu." Mas Paijo kembali melangkahkan kakinya diikuti oleh Evi. "Pagi, Mas Paijo, itu siapa?" Tiba-tiba seorang gadis yang tengah mengepel bertanya ke arah sosok pria berkulit gelap itu. "Ini Evi, karyawan baru di sini. Dia akan tinggal sekamar dengan kamu." Mas Paijo memberikan jawaban. "Oh. Kenalin. Aku Sulis, umur dua puluh tahun, asal Cilacap." Gadis berhidung pesek itu tersenyum ramah. "Saya Evi dari Bandung." Keduanya lantas berjabat tangan. "Ya sudah saya tinggal, kamu ajak Evi ke kamar setelah itu kamu ajak dia keliling tempat ini sekalian kamu bimbing pekerjaan yang harus dilakukan. Mulai hari ini dia akan bantu kamu." Mas Paijo memberikan perintah kepada Sulis. "Siap, Mas!" Sulis mengangkat tangannya memberi hormat. "Ayo ikut aku!" Sulis mengajak Evi menuju kamarnya yang terletak di pojok. Disana berderet lima kamar yang merupakan tempat para karyawan. Usai menaruh barang-barangnya, Evi langsung diajak oleh Sulis untuk berkeliling memperkenalkan tempat-tempat yang ada di kawasan pelatnas. Saat berada dekat GOR tempat latihan tiba-tiba Faiz datang menghampirinya. "Vi, aku ingat kamu itu anak PMR ya." Pemuda tampan itu tersenyum. Sejenak Evi merasa jantungnya berhenti berdetak. "Nah iya, betul." Evi tersenyum gembira akhirnya sang pujaan hatinya itu ingat kepadanya. *** Bagi seorang Evi Tania bekerja menjadi seorang cleaning service di sebuah gedung olah raga merupakan hal yang sangat menyenangkan. Bayangkan saja hampir setiap hari ia bertemu dengan para pebulutangkis muda yang ganteng yang merupakan atlet nasional kebanggaan Indonesia yang beberapa di antaranya merupakan idolanya sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Gadis berkulit sawo matang yang kini berusia delapan belas tahun itu memang tak pandai bermain olah raga itu, sejak dulu ia hanya suka menonton. Saat dirinya masih berada di kota asalnya, ia selalu dengan sengaja datang ke Jakarta untuk menonton pertandingan final turnamen Indonesia Open. Selintas mungkin orang merendahkan profesi dirinya. Pekerjaan kasar dengan gaji tak seberapa bahkan jauh di bawah UMR, namun ia bangga sekali dengan profesinya saat ini, terlebih di lapangan ini sang idola selalu bisa ditemuinya. Setiap saat ia bisa menatapnya dari pinggir lapangan. Bagi Evi itu lebih berharga dari apapun. Kini ia genap sebulan bekerja di sana. Pagi ini ia sudah berada di tempat kerjanya untuk menyapu dan mengepel lantai sekitar lapangan. Ia juga tak segan membantu memasang net. Sebenarnya ia juga sering dengan sengaja menunggu kedatangan sang idola yang selalu menjadi pujaan hatinya siang dan malam. Sosok yang menjadi alasan mengapa ia ada di tempat itu. Hari-hari yang dilaluinya selalu berwarna, Evi tak pernah lelah bekerja, ia selalu memiliki energi setiap saat. "Pagi Mas," Gadis bertubuh tinggi itu tersenyum ramah menyambut kedatangan salah satu pemain yang akan latihan. "Pagi Evi." Pemuda berkulit hitam legam itu menyapanya dengan senyuman pepsodent, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang kontras dengan warna kulitnya. "Mas Beben latihan pagi ya?" tanya Evi basa basi. Sebagai seorang cleaning service ia wajib bersikap ramah kepada siapapun. "Iya." Pemuda bernama Beben alias Beny Irawan itu mengangguk dan menjawab ramah. Selama hampir sebulan bekerja di tempat ini, dialah satu-satunya orang yang paling ramah dan perhatian dibanding puluhan atlet lainnya. Beben memang bukan bintang besar dan boleh dibilang dia adalah salah satu atlet yang terancam dipulangkan ke kampung halamannya, Magelang lantaran prestasinya yang tak menunjukkan peningkatan. Saat ini ada beberapa nama yang terancam didegradasi karena penampilan mereka yang kurang memuaskan dan tak mencapai target yang diinginkan oleh PBSI. Evi tahu dari pelatihnya saat ia tak sengaja menguping pembicaraan mereka. Dunia olah raga sangat keras, siapa yang berprestasi maka ia akan bertahan dan yang menunujukkan performa buruk siap-siap saja tersingkir. "Sendirian aja yang lain belum datang ya?" Sebenarnya Evi sedang menunggu pujaan hatinya, Faiz Faisal yang belum menampakkan diri. Pemuda itu biasanya datang paling pagi, entah mengapa kali ini ia terlambat. "Belum mungkin sebentar lagi juga pada datang,aku lihat tadi ia baru saja mandi," ucapnya sambil berjalan menuju bangku di tepi lapang. Beny membongkar isi tasnya. "Kalau gitu saya permisi dulu ya Mas Beben, mau melanjutkan tugas," pamit Evi kepada Beny. "Tunggu dulu, mending kita ngobrol sebentar. Di sini masih sepi saya ga ada teman," ucapnya sambil memasang kaos kakinya. Ini yang kurang disukai Evi, Beny selalu saja mencuri kesempatan untuk memgobrol. "Kan Mas Beben mau latihan, terus saya juga masih harus kerja. Ngobrolnya nanti saja ya. Saya takut diomeli sama Mas Paijo." Evi beralasan. Evi jadi curiga jangan-jangan pemuda bernama Beny itu modus datang pagi terus dan selalu ingin dekat-dekat dengannya. Tidak, ia tak mau dikejar oleh Beny. Beny bukan pemuda idamannya. "Sorry ya Mas Beben besok-besok saja ya ngobrolnya, sekarang kerjaan saya lagi numpuk. Mas tahu sendiri kalau Mas Paijo tuh galaknya minta ampun. Nanti kalau gaji saya dipotong gimana. Tuh Mbak Sulis juga udah manggil." Evi berusaha menghindar. Untung ada Sulis tak jauh dari mereka melambaikan tangan ke arah Evi. "Oke kalau begitu tapi janji ya besok kamu temani saya." Beben tampak memaksa. Lama-lama Evi merasa takut. **** " Kamu lagi ngepel kenapa melototi Faiz gitu. Kerja yang bener!" Mas Paijo menegur Evi. Sejak setengah jam yang lalu ia malah anteng lihatin idolanya. Padahal Evi sedang bertugas membuang sampah dan memunguti shuttlecock yang berserakan. "Maaf, Mas!" Evi gelagapan. Aksinya kepegok oleh pria asal Pemalang. Mas Paijo itu salah satu pegawai senior di komplek pelatnas. Tampangnya sangar namun baik hati. Pria itu yang sering memberikan pinjaman uang untuk Evi. Maklum Evi pegawai baru. Mas Paijo itu orangnya disiplin kadang orang menilai nya galak. Jadi kalau ada yang lalai langsung akan kena semprot olehnya. Melihat aksi Faiz di lapangan Evi selalu bersemangat,makanya ia jadi lupa segalanya, termasuk kerjaannya.Ia malah asyik nonton di pinggir lapangan. Ya Allah, Aa Faiz ganteng banget. Walau keringat bercucuran ganteng nya ga ilang. Saya rela kok kalau harus mengelapnya.gemes deh... Ucap Evi dalam hati sambil cengar-cengir. Detak jantungnya makin bertalu-talu. *** Malam yang dingin membuat Evi asyik berselimut padahal biasanya ia anti pakai selimut tebal. ia juga kini tidur sekasur dengan rekan sesama cleaning service bernama Sulis. "Vi, ada gosip baru lho tentang Faiz." Mbak Sulis seniornya membuka obrolan menjelang tidur. "Gosip apaan Mbak?" Semua tentang Faiz Faisal sang pujaan hatinya tak bosan ia dengar walau itu berita kecil yang tak penting. Evi selalu berusaha menyimak dengan baik. "Katanya sih sekarang dia lagi deket sama cewek." Sulis mulai menebar gosip dan Evi langsung melebarkan telinganya. Ia tak mau ketinggalan info walau hanya satu kata. "Apa!?" Gadis yang baru saja lulus SMA sebulan yang lalu itu melotot tajam. Ia tak rela jika Faiz berdekatan dengan gadis manapun. "Siapa orangnya Mbak? Dia teh siapa?" tanyanya penuh rasa ingin tahu. "Model cantik yang lagi naik daun. Dian Larasati," beritahu Sulis. Tentu saja kabar ini membuat sesak dadanya. Ga akan saya biarkan. Siapapun perempuan itu saya tidak akan menyerah dalam mendapatkan A Faiz. Jauh-jauh dari Bandung saya mengejarnya. Gosip yang di dengar dari Sulis membuat Evi tidak bisa tidur semalaman. Ia berharap semoga info dari Sulis itu hanya isapan jempol saja. Maklum Faiz Faisal kan sedang naik daun setelah memenangkan beberapa turnamen internasional. Makanya tidak heran kalau gosip-gosip mulai merebak. Pokoknya besok aku tanyain ke Mas Beben. Dia kan sekamar sama A Faiz pasti tahu banyak hal tentang masalah pribadinya. "Vi....kok diam." Sulis menoel lengan temannya. Evi malah melamun. "Saya tidak percaya sama gosip itu." Akhirnya Evi bersuara. Mustahil Faiz menjalin hubungan dengan Dian Larasati yang terkenal centil dan sering gonta ganti pacar, kabar terakhir yang didengar Evi dari berita gosip adalah ia telah menjalin hubungan dengan pria pengusaha yang telah beristri. Evi mulai ketularan Sulis menonton berita selebriti. "Ya udah, aku cuma menyampaikan itu." Sulis lalu menarik selimutnya dan memejamkan matanya. Ia sama sekali tak tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Evi. Percuma saja berbagi informasi dengan Evi sebab gadis itu selalu menutup mata dan telinga jika ada isu negatif tentang sang pujaan hatinya. Evi terlalu memuja idolanya sampai melupakan akal sehat dan pikirannya. *** Bersambung

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.6K
bc

The Perfect You

read
293.5K
bc

PEPPERMINT

read
372.2K
bc

Skylove

read
111.5K
bc

Love Me or Not | INDONESIA

read
548.6K
bc

I Love You, Sir!

read
265.0K
bc

MOVE ON

read
96.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook