Jangan Bercanda

1100 Kata
"Kamu sengaja membuat aku seperti ini? Jangan bercanda," tegur Bella, "Aku selalu terlibat buruk di mata kamu, Bel..." jawab Bian sendu, "Aku antar kamu pulang," kata Bella yang mencoba mengalihkan perhatian Bian,"luka kamu baru saja diobati, jangan terlalu banyak bergerak, sekarang rumah kamu di mana?" tanya Bella. "Aku tidak punya rumah," jawab Bian, "Jangan bercanda,"tegur Bella, "Aku serius, aku tinggal di hotel Bell, asisten aku belum selesai menyiapkan apartement untuk aku," aku Bian dengan tatapan mengiba, membuat Bella menghela nafas panjang, merasa Bian sedang mebutuhkan bantuannya, "Aku antar kamu ke hotel, tapi aku harus pulang ke rumah aku sebentar. Apa kamu tidak keberatan?" tanya Bella, "Boleh, boleh, aku dengan senang hati ikut ke rumah kamu," kata Bian semangat, "Sepertinya kamu sudah baikan?" tanya Bella yang takjub dengan perubahan sikap Bian, "Tsk, apa kamu tidak lihat tubuhku masih sedikit lemah?" "Hm, ya, tubuh kamu masih lemah," jawab Bella yang enggan berdebat dengan Bian. Bian tersenyum puas, ketika dia berhasil mendapatkan perhatian Bella. Hal yang selalu Bian nantikan selama ini. Bahkan saat ini, Bella dengan senang hati membawa Bian ke rumahnya, Bella membantu Bian untuk naik ke atas sepeda matic kesayangannya, kemudian membantu Bian untuk menggunakan helm di kepalanya,s etelah emmastikan semua aman, mereka berdua melaju membelah jalanan kota, Bella menghentikan sepedanya di depan sebuah rumah bergaya minimalis modern yang berada di sebuah kompleks perumahan yang tidak jauh dari store tempat Bella bekerja. Tampak seorang anak kecil yang berlari ke arah Bella,"Kak, kenapa terlambat datang, Ben kesepian," rajuk Ben, adik Bella. Bella tersenyum, kemudian mengacak rambut Ben penuh kasih,"Kakak habis lembur, Ben jadi anak baik kan, hari ini?" tanya Bella yang membuat Ben menganggukkan kepala. "Ya, Ben dipuji Miss Clara, Miss bilang Ben anak baik, dan Ben bisa ikut olimpiade bulan depan," "Hm, bagus, kamu harus sekolah yang pintar, supaya hasil kerja keras Kakak nggak sia-sia," kata Bella yang membuat Ben tersenyum, namun senyuman di bibir Ben tidak bertahan lama, karena dia melihat seseorang di balik punggung sang Kakak, "Dia siapa, Kak?" tanya Ben, "Teman Kakak, dia habis kecelakaan, sebentar lagi Kakak antar dia pulang. Kakak antar ice cream dan snack untuk kamu," jawab Bella, "Oh," Bian merasa tertarik dnegan adik laki-laki Bella, Bian mengulurkan tangannya, membuat Ben menatap Bian penuh tanya,"hai, nama aku Bian," sapa Bian yang bermaksud untuk mengambil hati Ben, "Aku nggak tanya," balas Ben."Kamu hanya ingin cari perhatian Kak Bella, kan? Hanya karena Kakakku cantik, kamu mau sok kenal,menyebalkan!" lanjut Ben yang membuat Bian terdiam. "Ben! Minta maaf," tegur Bella, "Untuk apa, Kak? Dia hanya seperti yang lain, memanfaatkan Kakak. Dasar pria tidak berguna!" kata Ben yang tiba-tiba menginjak kaki Bian kemudian merebut paper bag yang dibawa Bella, Ben segera masuk ke dalam rumah, mengabaikan Bella yang menatap Ben secara tak bersahabat. "Aku minta maaf, adik aku tidak sopan."kata Bella yang melihat Bian menahan rasa sakit karena Ben, "Tidak apa-apa," dusta Bian yang merasakan kakinya sedang tak baik-baik saja,"adik kamu, bakat menjadi seorang atlet," ungkap Bian sembari tersenyum. "Aku antar kamu ke hotel, sekalian kita beli makan malam buat kamu," kata Bella yang kini menuntun Bian untuk naik ke atas sepeda motornya. "Apa kamu akan menemani aku makan malam?" tanya Bian saat kuda besi Bella melaju, "Jangan terlalu bermimpi, kamu akan kesakitan saat terbangun nanti, aku tidak akan sebaik itu, aku hanya ingin membantu kamu. Tidak untuk menemani kamu makan malam, adikku menunggu aku di rumah," jawab Bella yang membuat Bian kecewa, "Oh, aku fikir, kamu akan berbaik hati untuk menemani aku makan malam," "Tidak," tolak Bella yang membuat Bian mengerucutkan bibirnya. Bella mengabaikan rasa kecewa Bian, tidak membutuhkan waktu lama untuk Bella tiba di hotel tempat Bian menginap. Bella memapah Bian sampai di depan kamarnya, Bella menghentikan langkah kaki Bella di depan kamar Bian, "Em, Bell, aku tidak keberatan jika kamu mengantar aku sampai di sini," ungkap Bian yang menatap keraguan di mata Bella. Bella menggelengkan kepala, menepis prasangka yang bergelayut di hatinya, "Aku bantu kamu sampai kamu di dalam, setelah itu aku pulang," putus Bella, "Bell, kamu masih seorang gadis yang baik," puji Bian ketika Bella berhasil membawa Bian masuk ke dalam kamar dan membantu Bian duduk di sofa yang berada di depan ranjang Bian. Bella menatap Bian penuh tanya,"kamu tidak pernah membantu seseorang dengan setengah hati," lanjut Bian yang menjawab tatapan Bella, "Kamu lebih baik banyak istirahat, aku letakkan obat-obatan yang kamu perlukan di sini," ungkap Bella yang meletakkan paper bag berisi obat-obatan,"aku baru ingat, di hotel bisa menggunakan layanan service room, kan? Kamu bisa pesan makan malam kamu sendiri," lanjut Bella, "Ya, terima kasih Bell," "Hm, aku pulang dulu," pamit Bella, "Apa aku bisa bertemu dengan kamu, Bell?" tanya Bian, "Aku tidak bisa kabur lagi, Bian. Kamu tahu tempat kerja aku dan rumahku dimana, jadi aku tidak perlu mejawab pertanyaan konyol kamu, itu." jawab Bella yang membuat Bian terkekeh, "Kamu benar, aku sudah mengingat jelas jejak keberadaan kamu," Bella menggelengkan kepala, dia segera mengambil tas selempang yang terjatuh saat membantu Bian duduk di sofa,"jangan lupa memanggil seseorang untuk merawat kamu," kata Bella yang menatap luka di tangan Bian, "Aku berharap kamu mau merawatku," "Jangan mimpi! Aku punya pekerjaan penting," tolak Bella yang melangkah ke arah berlawanan dengan Bian dan meninggalkan Bian yang tersenyum di balik punggung Bella. ** Lita membawa Bella ke area gudang, wajahnya tampak penuh kekhawatiran, membuat Bella mengernyitkan dahinya, "Ada apa, Lita?" tanya Bella, "Kamu kemaren ke mana?" tanya Lita, "Kemaren aku antar temanku," "Oh," sahut Lita pendek, tapi Lita merasa tak puas dengan jawaban Bella,"kemaren Abi kesini," kata Lita. Abi seorang mahasiswa yang selalu menanyakan Bella, bisa dibilang Abi memiliki ketertarikan dengan Bella, "So?" "Dia lihat kamu boncengan dengan seorang laki-laki di jalan," "Oh," "Bella...." "Apa?" tanya Bella yang menatap Lita penuh tanya,"memangnya, kalau Abi lihat aku dengan temanku, aku harus panik? Hubungan aku dengan Abi hanya sebatas dia customer aku, lalu?" "Astaga! Kamu nggak peka banget, sih!" tegur Lita yang membuat Bella menghela nafas, "Aku harus peka ke siapa? Abi?" tanya Bella, "Dia suka sama kamu, Bella. Dia cemburu, kamu bisa jomblo menahun karena sikap kamu ini," jawab Lita yang mulai geram dengan ketidakpekaan Bella. Bella menggelengkan kepala, Bella tidak tertarik untuk membangun komitmen dengan Abi. Abi pria yang baik, tapi bukan untuk Bella, Bella menepuk bahu sahabat baiknya, "Kamu saja yang sama dia, aku nggak," tolak Bella, "Bella! Aku sudah punya pacar," tegur Lita, "Kalau gitu, jangan paksa aku, Lita," "Apa pria kemaren, pria yang kamu cintai?" tanya Lita tanpa basa-basi, membuat Bella menghentikan langkah kakinya, "Tidak," sahut Bella yang menjawab rasa ingin tahu Lita dan meninggalkan Lita di gudang sendirian, bahkan Bella sengaja memadamkan lampu, untuk melampiaskan rasa kesalnya dan berakhir dengan teriakan Lita yang membenci kegelapan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN