Bang Banyu masih erat menggenggamku tangan saat langkahnya tidak melambat meski sudah berada di koridor rumah sakit. Aku menatap jemari Bang Banyu yang melingkar di pergelangan tanganku, sama sekali tidak mengendur membuat ada sesuatu yang terasa hangat menjalar sampai ke dalam hati. Meskipun benakku dipenuhi tanda tanya karena sepanjang perjalanan sama sekali tidak ada penjelasan yang Bang Banyu berikan, ia berkonsentrasi menyetir di tengah kepanikan. Bang Banyu mempercepat langkahnya menuju ruangan bertuliskan Intensif Care Unit. Seorang perawat mencegat langkahnya, memintanya tetap menunggu di luar, lalu sebuah jendela kaca lebar menjadi tempat yang dituju kemudian. Ia melepaskan tanganku lalu menempelkan telapak tangannya pada kaca seolah berharap bisa menembusnya lalu memeluk tu