"Bisa senyum lo cewek judes!"
Aloka maju kedepan dan menatap tajam orang itu, rasanya ia sangat ingin mencincang manusia mengubahnya menjadi beberapa potongan kemudian melemparkan potongan itu kedalam kandang singa yang ada di kebun binatang.
"Udah Aloka, kamu taukan bagaimana sikap Leonard. Yuk kita lanjut ke parkiran." melihat keadaan yang tidak baik Deliana segera menengahi mengajak Aloka untuk melanjutkan langkah mereka.
"Urusan gue bukan sama lo cewek bar-bar." desis Loenard yang kini menatap rendah kearah Aloka.
"Waaah. Ngajak berantem." Aloka melepaskan genggaman tangan Deliana pada jemarinya kemudian maju kedepan Loenard. Mendongakkan wajahnya menatap tajam laki-laki sok kegantengan itu.
"Lo cowok banci." ucapnya disertai senyuman meremehkan dan hal itu membuat emosi Leonard terpancing.
"Lo...."
"Masalah kamu sama saya leonard bukan pada mereka berdua." Titania bersuara yang tadinya hanya terdiam menatap keadaan. Titania manarik mundur Aloka dan menepuk pundaknya dua kali.
"Lo bakal ngerasain apa yang dulu gu...."
"Jangan pikir saya akan membiarkan kamu berbuat seenaknya Loenard. Apa yang kamu lakukan kemarin cukup membuat saya muak sebelum saya bertindak jauh maka saya minta hentikan perbuatan kamu itu." bukannya takut Leonard malah tertawa kecil meremehkan bahkan seakan menantang perempuan berwajah datar itu.
"Itu belum seberapa bahkan mungkin bisa lebih dari itu, gue engga tau bagaimana cara lo mengatasi kejadian rekayasa kemarin tetapi gue engga bakal menyerah. Akan terus menerus berusaha menjatuhkan perempuan tidak tau untung seperti lo ini." wajah Titania tetap terlihat datar bahkan terlihat malas mendengarkan ocehan tidak jelas laki-laki itu.
"Rekayasa artikel pembunuhan itu sudah sangat diluar batas Leonard. Harusnya kamu bisa berfikir logis bukan bersikap kekanak-kanakan seperti ini, perasaan seseorang tidak bisa kamu paksa seenaknya cukup terima keadaan dan bukankah kamu playboy memiliki banyak stok perempuan diluar sana, lalu mengapa harus mencari masalah denganku?" sejanak Titania tersenyum kemudian berlalu pergi diikuti kedua sahabatnya dibelakangnya. Bahkan sebelum pergi Aloka menjulurkan lidahnya mengejek Leonard yang tak skakmat karena perkataan Titania.
Leonard mengepalkan tangannya berusaha menahan emosinya sendiri, menatap kepergian ketiga perempuan itu dengan tatapan ingin membunuhnya saat ini juga. Sampai kapanpun ia takkan pernah bisa menerima jika beberapa minggu lalu perempuan seperti Titania malah menolak ajakannya untuk berpacaran padahal sejauh ini belum ada perempuan yang menolaknya kecuali perempuan judes dan sok kecantikan itu.
****
"Andai bunuh orang itu halal." Deliana hanya menggelengkan kepalanya mendengar gerutuan Aloka padahal bukan dia yang diganggu laki-laki itu tetapi kenapa dia yang misuh-misuh ditempat bahkan sangat kesal. Sedang yang sering diganggu saja tetap bersikap biasa saja.
"Kesal banger anjir!"
"Ehh bahasanya Aloka. Jangan nyebut kata itu." Peringat Deliana yang hanya dibalas Aloka dengan wajah cengengesannya.
"kamu dijemput abang kamu Titania?" mereka bertiga sudah sampai diparkiran bahkan kampus sudah mulai sepi.
"Iya. Dia baru Otw." ujarnya kemudian memasukkan kembali ponselnya kedalam tasnya. Ia tadi memeriksa apakah abangnya jadi menjemputnya atau tidak dan ternyata jadi dan dia baru menuju kemari.
"Ehh itu Saka bukan?" sontak Titania dan Aloka mengikuti Arah pandang Deliana.
"Ehh beneran!" serunya, Aloka membuka tasnya mengambil cermin kemudian menatap pantulan dirinya didalam sana. Memeriksa apakah masih cantik ataukah harus ditambahkan beberapa make-up lagi.
Titania mendengus pelan melihat reaksi Aloka yang menurutnya sangatlah berlebihan sedang Deliana tertawa kecil ditempat apalagi saat Aloka mengambil lipstik mengoleskannya pada bibirnya kemudian sedikit memakai bedak sebagai sentuhan terakhir.
"Naah udah cantik,Del! Aku ke Saka dulu kamu temenin Titania nungguin abangnya. Byebye."
Aloka berjalan Kearah Saka yang sedang berdiri tak jauh dari posisi mereka saat ini. Aloka terlihat menyapanya dibalas senyuman oleh laki-laki itu.
"Kayaknya Aloka benar-benar suka sama tuh cowok." ujar Titania saat matanya menatap sikap Aloka yang begitu antusias berbincang dengan laki-laki yang katanya bernama Saka itu.
"Ya setiap orang-kan beda-beda dalam menyalurkan perasaannya Titania, lagian kamu sama Kak abani kayaknya lebih sweet deh! Cara komunikasinya kalian unik." Deliana memang sudah mengetahui tentang hal ini bahkan sesekali ia tersenyum saat melihat kertas origami yang sudah berisi kata-kata yang ada ditas Titania.
"Abani ya? Sampai saat ini aja saya bingung gimana bisa suka sama dia." Deliana menarik tangan Titania kemudian duduk di dalam mobil Aloka.
"Diluar panas soalnya." jelasnya saat melihat tatapan Titania yang ingin protes atas perlakuannya itu.
"Perasaan siapa yang bisa tebak sih Tan! Lagian pas semester dua kalian sempet satu kelompok antar senior dan adik tingkat dalam pembagian tugas diluar kampus. Perasaan bisa datang tanpa izin sama sekali bahkan kadang engga mau diajak kompromi. Lagian? Kayaknya kamu sering ketemu dia di rapat bulanan deh! Walaupun engga saling sapa sih!" Deliana menggenggam tangan sahabatnya.
"Suka sama orang ya engga harus deket terus, Cinta itu misteri apalagi suka sama orang bisa kita tidak sadari sama sekali. Bahkan terkadang saling bertukar pesan saja itu sudah bisa menciptakan Cinta." Titania memejamkan matanya kemudian membukanya kembali, beginilah ia lebih suka berbicara serius dengan Deliana caranya menyikapi masalah sungguh membuatnya merasa tersanjung.
Tidak seperti saat bersama Aloka yang hanya bisa mengajaknya berdebat tetapi tetap saja mereka berdua adalah sahabatnya yang mau berteman dengannya tanpa adanya kata saling memanfaatkan. Semuanya murni karena memang persahabatan.
"Abani menginginkan kejelasan Del! Tapi engga mungkin kami pacaran. Tapi engga mungkin juga kami melangkah ke pernikahan." Deliana mengusap pelan tangan Titania mencoba memberikan ketenangan, sekarang ia tau dari kemarin Titania sering melamun bahkan lebih banyak diam walaupun sebenarnya memang lebih dominan diam tetapi rasanya ada yang berbeda ternyata ini alasannya.
"Oh iya, kamu sama Keno gimana?" Titania mencoba mengalihkan pembicaraan daripada harus merasa hampa berkepanjangan karena mana mungkin Deliana mempunyai solusi untuknya.
"Engga gimana-gimana kok Tan!" jawabnya pelan tetapi Titania malah mengulum senyumnya melihat wajah malu-malu sahabat cantiknya ini.
"Kamu beneran suka sama laki-laki gondrong itu?" Deliana yang tadinya tersipu kini menatap Titania dengan mata yang mengerjap pelan. Memangnya ada yang salah jika suka dengan laki-laki gondrong? Batinnya.
"Mema.... "
"Aaaaaaa aku seneng banget." ucapan Deliana terpotong dengan suara cempreng Aloka yang tiba-tiba saja membuka pintu mobil dan berteriak senang.
"Kamu ngagetin tau engga." Ujar Deliana setelah beberapa detik berpikir tenang. Bahkan suara Aloka masih terasa ditelinganya.
"Heheh. Maap Del! Abisnya Aku tuh lagi seneng. Saka ngajak aku nonton besok!"
Titania memutar bola matanya malas kemudian berjalan keluar mobil setelah sebelumnya menyuruh Aloka bergeser dari sampingnya. Telinganya masih berdenging mendengarkan teriakan senang Aloka tadi apalagi tepat disampingnya dan lebih lagi ia datang tiba-tiba.
"Saya duluan. Abang Derta sudah ada didepan." ucapnya sebelum berlalu karena memang tadi sudah ada pesan yang masuk dari abangnya mengatakan bahwa abangnya itu sudah ada di depan kampus menunggu.
"Oh iya. Kayaknya Del! Aloka mau ditemenin ke mall Deh." itu adalah Ucapan terakhir Titania sebelum benar-benar berlalu dan kini Deliana menatap Horor Aloka yang sedang memasang wajah memohon padanya.
"Engga Aloka, aku mau langsung pulang. Bunda udah nungguin ditoko mending kamu pake baju yang sempat kita belli kemarin aja. Lagian kamukan belli beberapa dres." tolaknya,baru membayangkannya saja sudah membuat kaki Deliana pegal duluan lalu bagaimana jika harus menemaninya lagi.
"Yaaah! Oh iya kalian bicara apa tadi? Kok kayak serius banget? Engga ngajak-ngajak aku lagi!" Aloka masuk kedalam mobilnya kemudian Pindah ke tempat kemudi, ia membalikkan badannya menatap Deliana, menunggu jawaban pertanyaannya tadi.
"Engga bahas apa-apa kok. Kamu cepet juga ngomong sama Saka Saka kamu itu!"
"Dia buru-buru katanya harus ketempat nongkrong temennya. Katanya besok dia free yaudah ngajak aku nonton, dan....bla bla bla"
Deliana tersenyum melihat betapa antusiasnya Aloka membahas tentang Saka itu, ia hanya berharap Aloka tidak disakiti apalagi dipermainkan oleh laki-laki. Deliana berharap kedua sahabatnya tidak akan kecewa dengan perasaannya sendiri.