Titania menatap hamparan senja didepannya sepertinya malam sudah saling bersua dengan senja dan kini keduanya sedang menukar posisi yang artinya malam sudah menyapa. Matanya menatap sekitar dari kejauhan masih banyak orang disini bahkan sepertinya enggan beranjak sepertinya.
Abani dan Lerta sudah berlalu beberapa menit yang berlalu tapi Titania masih betah dibalik bebatuan besar itu seakan takut ketahuan sedang orangnya saja sudah pergi ketempat masing-masing. Jadi selama ini Lerta mempunyai perasaan lebih pada laki-laki berkacamata itu? Padahal Lerta itu cantik seharusnya Abani menerimanya kan?
'Kamu dimana?'
Pesan singkat dari seseorang membuat Titania segera berjalan meninggalkan tempatnya tetapi sesekali matanya menatap gamang gelap malam. Bahkan adzan maghrib sudah berkumandang beberapa menit yang lalu dan lagi! Titania sedang absen shalat sekarang maka dari itu ia memilih melambatkan langkahnya.
Ada rasa iri saat melihat sepasang kekasih yang sedang berselfie ria yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, mereka bahkan saling tertawa dan si perempuan sepertinya sedang merajuk karena tak ingin memperlihatkan wajahnya. Sedang si laki-laki terus-menerus berusaha melihat wajah si perempuan, tidak sedang merajuk tetapi sepertinya perempuan itu sedang salah tingkah tetapi tidak ingin dilihat oleh pacarnya. Kenapa mereka berdua begitu menggemaskan?
"Tan kamu disini?" Titania menoleh dan menemukan laki-laki berkaos oblong sedang memegang kamera di tangannya.
"Kamu Titania kan?" karena belum mendapatkan respon sama sekali ia kembali bertanya takutnya salah orang.
"Keno?"
"Yaps, kirain salah orang tadi. Kamu ngapain waktu maghrib di pinggir pantai kayak gini?" Laki-laki yang bernama Keno itu kembali mengulang pertanyaannya, soalnya aneh saja perempuan seperti Titania berdiri sendiri seperti orang putus Cinta, apalagi perempuan yang terkenal dengan juteknya ini sedang menatap hampa pasangan kekasih didepan sana. Cemburukah?
"Emang orang seperti saya dilarang kepinggir pantai?" Keona mengelus dadanya sabar, ia kira tadinya Titania ingin menjawab pertanyaannya tetapi malah dikasi ucapan ketus seperti itu. Harusnya ia ingat rumor yang beredar jika seorang Titania sangat tidak suka diusik privasinya, kenapa juga tadi ia sok kenal dengan perempuan ini?,Pikirnya.
"Hehe engga juga sih, kan cuman nanya." jawabnya setelah beberapa detik terdiam mencoba garing sepertinya engga papa. Dan sebagai jawaban Titania hanya mendengus kesal ditempat.
"Kok kamu bisa tau nama aku?" percayalah, berbicara aku-kamu seperti ini sama sekali bukan Keno sama sekali akan tetapi lawan bicaranya saat ini adalah Titania. Harus sopan kalau engga mau di jawab ketus walaupun ujung-ujungnya di jawab ketus juga.
"Kamu itu bodoh atau apasi! Sayakan ketua anak sastra dan kamu itu koordinator dokumentasi mana mungkin sebagai ketua saya engga tau nama kalian?" untuk yang kedua kalinya Keno kembali mengelus dadanya sabar. Ingat dia adalah Titania sang Ratu ketus jadi wajar cara bicaranya kayak gitu, batinnya.
"Tan! Kamu backstreet sama Abani?" pertanyaan Keno langsung di hadiahi tatapan tajam oleh Titania. Jika seandainya kamera di tangannya tidak ia pegang dengan erat maka saat ini kamera itu sudah ada lantai. Saking kagetnya.
"Gini loh Tan! Anak-anak koordinator kan tau kalau yang nulis dikertas origami itu kan kamu. Dan hanya anak koordinator yang tau kebenaran itu! Dan kamu taukan? Aku sebagai sahabat Abani sering lihat dia senyum-senyum pas baca kata-kata kamu." Keno mencoba menjelaskan daripada harus mendapatkan perkataan pedas lagi. Kata-katanya itu loh menusuk sampai hati, okey itu lebay.
Titania memang ketua eskul Sastra saat ini dan para koordinator termasuk keno tau jika penulis di kertas origami itu adalah ketuanya tetapi mereka mencoba menutup mulut takut kena perkataan judes dari sang ketua. Tapi akhir-akhir ini sedang beredar gosip jika Abani sedang mempunyai hubungan diam-diam dengan penulis kertas warna-warni segi empat itu.
"Itu karena dia kagum aja. Kami engga punya hubungan apapun. Ehh kenapa Juga saya harus jelasin sama kamu buang-buang waktu." setelah mengucapkan perkataannya Titania berlalu tanpa pamit tetapi perkataan terakhir Keno mematung beberapa saat tetapi kembali melanjutkan langkahnya.
"Gue ini laki-laki Tan! Sesama laki-laki gue bisa lihat ada perasaan Cinta saat Abani membaca kertas itu."
*****
"Loh masih disini Ab?" Abani menoleh dan menemukan Keno yang baru masuk sepertinya laki-laki itu baru saja mengambil gambar di pinggir pantai.
"Iya masih. Tapi tadi habis keluar ada Lerta yang ngajak!" Keno yang sedaritadi menatap gambar yang dipotretnya tadi kini fokus menatap Abani.
"Kalian kemana emangnya? Jangan bilang lo udah tolak tuh cewek." tanyanya karena yang ia tau setiap ada perempuan yang mengajak Abani keluar pasti ingin mengutarakan perasaannya pada laki-laki tak berperasaan itu.
"Habis dari pantai sih! Kamu taukan Ken! Kalau aku mana mungkin suka sama dia lagian...."
"Lagian kamukan udah Cinta mati sama penulis kertas origami itu." Keno memotong ucapan Abani dan Abani hanya Bungkam mendengar perkataan itu.
"Gue mastiin Ab! Lo beneran suka sama penulis rahasia itu?" ia harus bisa memastikan takutnya ucapannya tadi pada Titania salah, tapi setelah dipikir kembali emang perempuan 'bodoamat' seperti Titania mau musingin perasaan orang?
"Ya gitulah."
"Gitulah apasi! Yang jelas dong. Iya atau engga?"
"Kok kamu maksa banget sih Ken?"
"Gue kan cuman nanya." belanya cepat.
"Iya aku udah suka sama dia." jujurnya sambari memejamkan matanya.
"What? Lo Cinta sama Titania si judes itu?" Keno langsung memukul mulutnya pelan, kenapa bisa kelepasan nyebutin nama sih.
"Titania? Kamu tau kalau penulisnya adalah Titania?" Abani membuka pejaman matanya dan menatap Keno yang sedang galapan ditempat.
"Ken?"
"Okay. Gue jujur. Lo engga lupa kan kalau gue adalah anak sastra?" sebagai jawaban Abani mengangguk ditempat melihat hal itu rasanya Keno ingin tertawa tetapi mengingat saat ini mereka sedang berbicara serius maka hal itu segera ia tepis.
"Tentu dong gue tau siapa penulis di mading! Lagian gue-kan termasuk anggota penting juga yaitu salah satu koordinator di eskul sastra. Naah setiap koordinator harus tau siapa aja penulis disana." Abani mengerutkan keningnya bingung,ada hal yang mengganjal pemikirannya.
"Titania masuk eskul Sastra?" yang selama ini Abani tau tentang perempuan itu adalah malas memikirkan orang lain dan omongannya yang judes.
"Lah! Lo engga tau ya kalau si Titania itu ketuanya eskul sastra saat ini." punggungnya yang sedaritadi bersandar di sofa kini menegak. Perempuan itu ketua Eskul Sastra?
"Astaga dari ekspresi lo itu gue bisa simpulan kalau lo emang engga tau Ab, dia itu ketuanya lagian banyak kok tulisannya di artikel kampus mengenai sesuatu dengan nama pena 'semesta'. Emang sih banyak yang engga tau dan engga nyangka tapi kami anak sastra ngakuin keahlian dia didunia kepenulisan,Yaudah gue pamit ke kamar mau stor gambar." melihat Abani hanya terdiam Keno hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ternyata banyak yang tidak percaya Titania bisa nulis.
Beberapa menit setelah kepergian Keno lamunan Abani tersentak, ia segera mengambil tasnya dan mengeluarkan laptopnya dari dalam sana. Ia hanya membuktikan apakah ucapan Keno benar-benar nyata ataukah dusta.
*****
Kamu itu benar nyatanya
------
Aku tau kamu ada, dan mungkin masih menjelajah disuatu tempat. Mungkin kita berdua harus saling memperbaiki dulu dan menemukan kebebasan masing-masing hingga dimasa depan nanti entah kapan itu.
Kita akan dipertemuan dengan kesiapan akan kebersamaan. Sikap udah sama-sama dewasa dan mengerti. Dan untuk kamu yang masih tidak ku ketahui namanya. Tetap semangat. Kita sama-sama saling mendukung dari dua tempat yang berbeda
sesekali aku berfikir nantinya pertemuan pertama kita bagaimana? Apakah sebenarnya kita sudah saling mengenal? Hanya saja takdir masih ingin kita bebas merasai sesuatu yang nantinya takkan kita rasai lagi saat pertemuan itu tiba
kadang juga mataku menatap alam semesta memikirkan keadaanmu? Apakah sama sepertiku yang sedang menunggu akan datangnya temu. Kalau boleh jujur maka kukatakan aku ingin kamu segera tiba disini hingga aku takkan bermain lagi dengan yang lainnya
kamu engga capek apa menerima tamu terus, kamu tau tidak? Kadang aku ingin membekukan hati tetapi setelah kupikir ulang jika kubekukan nanti jikalau kamu datang suasananya bagaimana? Masa iya seseorang yang Allah berikan padaku malah kuberikan keinginan. Kan engga seru
sesekali juga aku sedikit berfikir, jika memang sebelumnya kita saling mengenal dan bahkan mungkin pernah dekat. Suasananya bagaimana ya? Apakah kita mampu mengatasinya dan memperbaiki keadaan yang cukup kaku itu. Apalagi saat kita mengetahui kenyataan bahwa kita berdua sudah tertulis di lauhul mahfudz untuk bersama?
aku kadang ragu kalau kamu itu hanya semu tetapi semakin berjalannya waktu aku memikirkan ulang. Engga mungkin ada aku jika kamu engga ada kan? Aku-kan tulang rusukmu? Bicara seperti ini kok kayak lebay gitu ya. Tapi kali ini aku percaya kamu ada. Dan mungkin sedang sama bingungnya denganku atau mungkin kamu sudah berada disekitarku tapi akunya aja engga peka, ehh
jika nanti kita sudah bertemu dan sudah menyadari keterikatan takdir maka kuminta jangan menyakiti yaa. Please perjalanan panjangku rumit sekali memangnya kamu tega patahin hatinya tulang rusukmu sendiri? Kok lebay ya?
aku tidak cantik dan ku akui itu, tetapi untuk sekarang ini sedang kucoba memperbaiki diri agar nantinya pantas berdiri di sampingmu walaupun aku tidak bisa menapik pasti banyak gunjingan dari kanan kiri. Mengerti maksudku kan?
bagaimanapun kamu nantinya tetap kuterima kok walaupun mungkin ada sedikit kesulitan yang akan kita lalui. Tapi selagi kita bekerja sama pasti bisa kan? Itupun kalau kamu mau
baik-baik disana ya. Selagi kita masih merasakan kebebasan tapi jangan terlalu berlebihan. Jangan terlalu jauh bermain di gelap sekali-kali melangkah ke putih engga masalah kan?
lihat. Aku bahkan berbicara seakan-akan aku sudah tau siapa kamu. Bahkan tau namamu saja. Takdir engga capek apa main teka-teki mulu. Sekali-kali kasi aku sedikit petunjuk agar bisa mengenalinya
dariku, seseorang yang masih menunggu datangnya kamu
------
Writen by : Semesta
*****
Abani berdecak kagum tidak menyangka, perempuan se-cuek Titania ternyata se-puitis ini dalam menulis. Walaupun ia sudah berkali-kali membaca quotes-nya tetapi ia kembali kagum.
Haruskah Abani merasa istimewa karena yang disukai Titania adalah dirinya? Walaupun perempuan itu tadinya mengecewakan tetapi entah kenapa bukannya kecewa atau patah hati perasaannya pada perempuan itu malah semakin besar.
Cinta?