Ferdinan duduk termenung diteras rumahnya dia masih merasa bersalah pada sahabatnya karena telah jatuh cinta pada gadis itu, seandainya bisa dia tidak ingin memiliki rasa pada calon istri sahabatnya meski pria itu mengatakan dia tidak marah tapi tetap saja hatinya tidak enak, setelah kejadian dirumah sakit itu dirinya bahkan tidak berani bertatap muka langsung dengan sahabatnya.
"Ferdinan."panggilan seseorang menyentakkannya dari lamunan,dia menoleh keasal suara terlihat Seiran berdiri sambil tersenyum dan tak lupa plastik obat yang digenggamnya. Gadis itu melangkah menghampirinya lalu menyodorkan plastik obat itu. Ferdinan dengan setengah hati menerimanya.
"Jangan sedih, aku yakin kau pasti bisa sembuh,"katanya memberi semangat. Pria itu hanya tersenyum kaku karena dia tau gadis itu pasti mengira dia sakit liver bukan hati yang dimaksud adalah rasa. Dia mendudukkan diri didepan pria itu.
"Seiran,"panggilnya.
"Hmm,"jawabnya.
"Apa? ... kau percaya dengan yang dikatakan Hernandes?,"tanyanya harap-harap cemas. Gadis itu bungkam sesungguhnya dia memang memikirkan perkataannya dan membuat hatinya sedkit bimbang dan ragu.
"Benar,"katanya lagi. Gadis itu mendongak menatapnya.
"Maafkan aku, aku mencintaimu Seiran,"ungkapnya.
"Kenapa mintak maaf?,"tanyanya heran.
"Fransis Lonenlis itu adalah tunanganmu yang sesungguhnya ... ."Seiran tersentak bibirnya bahkan tak mampu berkata untuk sekedar membalas ucapan pria itu.
"Aku tidak tau, kenapa dia memintaku menggantikannya dan mengaku sebagai tunanganmu ... aku sangat yakin dalam hatinya dia sangat mencintaimu."dia masih menatap gadis itu penuh sesal.
"Aku mohon maafkan aku Seiran, karena aku jatuh cinta padamu, aku bicara jujur padamu karena aku tidak mau menyesal suatu hari nanti,"katanya mengakhiri perkataannya. Dia menundukkan kepalanya dia sudah siap bila gadis itu akan murka padanya mencacinya atau menghinanya tapi setidaknya dia sudah berkata jujur.
"Tidak Ferdinan, aku tidak marah padamu, aku juga tidak marah padanya,"jawabnya. Ferdinan kembali mendongakkan kepalanya menatap gadis itu sungguh dia merasa dia seperti bertemu seorang dewi dia begitu baik hati, manusia pada umumnya pasti akan marah jika dibohongi tapi lihatlah gadis itu justru tersenyum penuh ketulusan.
"Mungkin dia merasa dipermainkan olehku Ferdinan,"ungkapnya sendu. Pria itu menatapnya penuh tanda tanya.
"Aku bukan orang buta, tapi aku justru menutup mataku saat pacaran dengannya bahkan hingga bertunangan, aku melakukan itu karena sesungguhnya dalam waktu itu adalah penebusan dosaku,"jelasnya. Ferdinan tidak serta merta menyahut dia tidak yakin kalau itulah alasan sang sahabat melakukannya tapi dia memilih untuk bungkam.
"Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan Sei?,"tanyanya. Gadis itu tersenyum.
"Aku akan memulai hubunganku dengannya dari awal,"jawabnya dengan wajah berbinar.
"Maksudnya?,"tanyanya.
"Aku akan membuktikan kalau aku benar-benar mencintainya, aku tidak mempermainkannya hingga dia tidak perlu meminta orang lain untuk menggantikan posisinya dihatiku, karena dia tidak akan terganti."perkataan gadis itu membuat hati Ferdinan merasa sakit dia serasa tidak rela jika gadis itu kembali pada kekasihnya, tapi dia tidak bisa berbuat apapun karena memang mereka berhak untuk bersama.
*****
"Harusnya kak Fransis tidak memaksakan diri untuk keluar dari rumah sakit dalam keadaan kondisi kakak belum baik,"omel Yumico sambil menggandeng lengannya menuju mobil yang sudah dia siapkan. Gadis itu merasa kesal karena sepupunya itu selalu keras kepala dia sebagai seorang dokter yang menangani sepupunya itu sangat paham bagaimana kondisinya dia terus mengomel hingga pria itu masuk kedalam mobilnya, lagi-lagi gadis itu harus mengomeli sepupunya itu saat pria itu memaksa mengemudi dan memintanya duduk dijok penumpang.
"Kakak, kau ini gila atau bagaimana?, aku tidak ingin kau menabrak saat mengemudi,"omelnya saat sudah duduk dijok penumpang, pria itu hanya diam lalu mulai melajukan mobilnya. Suasana dalam perjalanan terasa hening Fransis hanya melirik sekilas sepupunya.
"Sepertinya kau sedah tenang,"komentarnya. Gadis itu menoleh pada sepupunya.
"Kakak, aku hanya khawatir saat mengemudi penyakitmu kambuh, aku tidak mau mati muda,"komentarnya. Pria itu tak menjawab dia lebih memilih diam tapi jika boleh jujur dia juga tidak mau mati muda tapi tuhan berkata lain dia sudah pergi kebeberapa dokter terhebat didunia namun hasilnya tetap sama penyakitnya sudah tak bisa disembuhkan. Tak lama kemudian mereka sampai dikediaman Lonenlis yang seperti istana saat mereka hendak memasuki rumah terlihat Seiran berdiri didepan pintu, lalu tersenyum manis saat Fransis berada tidak jauh darinya, dia langsung menghampiri pria itu lalu memeluknya sesungguhnya dia sedikit terkejut dengan perlakuan gadisnya yang tiba-tiba memeluknya namun dia hanya dia dan membiarkan gadis itu memeluknya.
Seiran segera melepaskan pelukannya saat pria itu tak membalas pelukannya dia memandang lekat kekasihnya.
"Kenapa?,"tanyanya.
"Dimana Ferdinan."bukannya menjawab pria itu justru mengalihkan topik pembicaraan. Hati Seiran terasa sakit dia sudah susah payah menemuinya dan memberikan sambutan hangat untuknya namun pria itu justru bersikap dingin.
"Frans, maafkan aku hiks ... "tumpah sudah air matanya dia sungguh tidak ingin pria yang dulu begitu lembut padanya berubah menjadi dingin. Fransis menundukkan pandangannya melihat air mata gadis yang dia cintai dia sungguh tak bisa melihatnya menangis hatinya terasa tercabik.
"Aku tau aku salah, aku tak mengenalimu sebagai kekasihku, dan bodohnya aku percaya saat kau mengenalkan Ferdinan sebagai tunanganku."dia mendongak menatap wajah pria yang dicintainya.
"Tapi sungguh dalam hatiku, aku mencintaimu Frans, aku tidak bohong berikan aku kesempatan untuk membuktikan rasa cintaku padamu, jangan bersikap dingin padaku,"mohonnya.
Grep
Fransis langsung menarik gadis itu dalam pelukannya dia sungguh tak tahan lagi melihat gadis yang dia cintai terus menyalahkan dirinya sendiri sementara dialah yang bersalah bahkan gadis itu memohon untuk diberi kesempatan atas kesalahan yang tak dilakukannya kenapa gadis itu tak memakinya saja kenapa justru mintak maaf.
"Jangan menangis,"pintanya. Gadis itu membalas pelukan Fransis.
"Jangan tinggalkan aku Frans,"pintanya pilu. Dia tidak tau harus menjawab apa atas permintaan gadisnya jika boleh jujur dia juga tidak ingin meninggalkannya tapi bagaimana jika takdir berkata lain.
"Tenanglah,"katanya. Perlahan Fransis melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata Seiran.
Yumico jadi terharu hingga tak sadar airmatanya juga tumpah seumur hidup dia tidak pernah punya kekasih karena kakaknya yang selalu melarangnya dekat dengan pria kecuali yang dia kenalkan.
"Kalian membuatku menangis,"katanya sambil mengusap airmatanya. Sontak Seiran dan Fransis menoleh pada gadis itu Seiran tersenyum lalu menghampirinya.
"Ayo!, peluk aku,"katanya. Gadis itu menggelang.
Grep
Tiba-tiba tubuhnya dipeluk dari belakang Seiran dan Fransis melihat Hernandes memeluk Yumico penuh kasih.
"Adikku tidak boleh cengeng,"katanya lembut. Gadis itupun memberontak lalu melepaskan paksa pelukan kakak kandungnya lalu berbalik dan menatapnya sengit.
"Itu karena kau yang terlalu over padaku, kau selalu melarangku dekat dengan pria, apa kau mau adikmu ini jadi perawan tua,"omelanya. Hernades jadi mati kutu dia tidak ingin membalas perkataan adiknya sedangkan Fransis dan Seiran tersenyum melihat pertengkaran kakak beradik itu.