Suasana dalam mobil terasa sangat canggung Fransis dan Seiran hanya diam tanpa suara sesungguhnya gadis itu tidak mengerti kenapa hatinya selalu merasa bahagia jika didekat pria itu padahal dia sudah punya tunangan sedangkan Fransis sibuk menahan sakit diperutnya agar tidak terlihat oleh gadis yang paling dicintai.
"Anu ... Tuan Lonenlis"panggilnya.
"Hn"jawab Fransis singkat.
"Kenapa Tuan bersedia menemani saya?"tanyanya.
"Karena aku menyayangimu melebihi hidupku"batinnya.
"Perintah"jawabnya singkat.gadis itu mengangguk mengerti.
"Terimakasih"katanya.
"Hn"jawabnya singkat. Suasana kembali hening hingga mereka sampai kesebuah taman bunga yang sangat indah pria itu menghentikan mobilnya ditepi.
Seiran memandang kagum sekelilngnya, dia langsung membuka pintu mobil dan berlari ketengah padang bunga lalu merentangkan tangannya menikmati udara yang berhembus ditempat itu. Fransis menatap penuh cinta pada gadis pujaannya tanpa disadari bibirnya tersenyum tipis kemudian dia juga membuka mobilnya dan berjalan perlahan menghampiri sang kekasih.
Keindahan bunga yang beremekaran tak pernah bisa mengalahkan indahnya dirimu dimataku
dalam diam ku menatapmu
Dalam cinta aku mendekapmu
Dalam kasih aku memimpikanmu
Seiran mengalihkan perhatiannya pada Fransis yang berjalan menghampirinya dia segera berlari kecil dan menyambut pria itu lalu mengambil tangannya dan membawanya ketengah terlihat sepert sepasang kekasih yang sedang memadu kasih.
"Frans, aku sangat bahagia berada disini kau selalu tau apa yang membuatku bahagia."kalimat itu meluncur begitu saja tanpa dia sadari bahwa bukan Ferdinan yang didekatnya melainkan Fransis Lonenlis calon suaminya yang sesungguhnya.
"AKU SANGAT MENCINTAIMU ... "teriaknya. Setelah itu dia mengalihkan perhatiannya pada pria yang berdiri disampingnya mulutnya langsung terbungkam rapat seakan dia baru menyadari bukanlah Ferdinan yang bersamanya gadis itu segera memalingkan wajahnya sekali lagi dia terbawa perasaan saat bersama pria itu, seakan tidak ada yang harus dia sembunyikan darinya sangat berbeda saat bersama Ferdinan dia merasa didekat pria yang dianggap tunangannya itu dia justru merasa tidak terlalu nyaman.
"Apa yang telah ku katakan, kenapa aku selalu lepas kontrol saat bersama supir tunanganku, bodohnya aku aku bahkan mengungkapkan cintaku secara lantang"batinnya memaki dirinya sendiri.
Sesungguhnya pria itu merasa senang melihat gadis yang dicintai masih sangat mencintainya meski dia tau kalau gadis itu mungkin tak menyadari saat berteriak mengungkapkan cintanya tapi bukankah hatinya yang merasa saat mata tertutup hatilah yang berbicara.
"Kau sangat mencintai Ferdinan?"tanyanya. Gadis itu spontan menoleh pada Fransis lalu menunduk sesungguhnya dia merasa ragu apakah dia mencintai pria itu atau tidak dia sendiri tidak mengerti kenapa hatinya selalu mengkhianati logikanya, bukankah memang seharusnya dia mencintai Ferdinan karena dia 'tunangannya' tapi kenapa justru ragu.
"Dia sangat mencintaimu"katanya lagi. Gadis itu mengangguk perlahan matanya melirik kearah tangannya yang masih menggenggam jemari pria itu, dia langsung melepaskannya perlahan dia menjadi salah tingkah.
Fransis berjalan mendahului Seiran dia berhenti didekat sebuah pohon yang sangat rindang yang dibawahnya hanya ada rumput hijau tak ada bunga setelah itu dia merebahkan tubuhnya disana satu tangannya dia gunakan untuk bantalan kepalanya dan satunya dia taruh diatas perutnya dan perlahan dia memejamkan matanya menikmati suasana yang mebuatnya tenang.
Seiran terus memandang kearah Fransis kemudian dia menyusul pria itu lalu mendudukkan dirinya disampingnya dia menatap lurus hamparan rumput hijau didepannya. Sejenak suasana terasa hening sampai mandadak pria itu terduduk dan membekap mulutnya sambil memegangi perutnya membuat Seiran menoleh padanya.
"Kau kenapa?"tanyanya khawatir. Pria itu tak langsung menjawab dia beranjak dan memutahkan kembali segala isi perutnya didekat pohon besar itu sebelah tangannya digunakan berpegangan pada pohon dan tangan yang bebas dia gunakan mencengkram perutnya yang terasa nyeri. Gadis itu segera bangkit lalu berjalan menghampiri Fransis dia begitu khawatir melihat pria itu melihatnya terus mengeluarkan isi perutnya namun tak ada yang keluar dia menyentuh bahu pria itu tanpa sadar air matanya menetes entah kenapa dia begitu takut kehilangannya dadanya terasa sesak.
Jika orang yang kau kasihi menderita maka kau akan lebih merana
Jika yang kasihi terluka jiwamu terasa menghilang
Itulah bukti ikatan hati ingsan yang saling mencinta
Fransi menegakkan tubuhnya kembali dia berbalik hatinya terasa ngilu melihat gadis yang paling dicintainya menangis pilu karenanya.
Meski nanti ragaku tak bersamamu tapi yakinlah cintaku abadi untukmu
Meski aku tak bisa kau miliki selamanya tapi percayalah hatiku selamanya milikmu
Fransis menghapus air mata gadis itu lalu memeluknya sungguh hatinya tak akan sanggup melihat gadisnya menangis pilu seperti itu.
"Jangan menangis"pintanya.
"Hiks ... hiks ... kau tak akan meninggalkanku'kan?"tanyanya memintak pria itu untuk berjanji. Secara logika memang aneh untuk apa dia meminta pria yang bukan siapa-siapanya untuk tidak meninggalkannya tapi kenyataannya mereka adalah sepasang kekasih yang sesungguhnya.
Air matamu adalah duka untukku
Kesedihanmu adalah penderitaan untukku
Maafkan aku telah membuatmu menenteskan air mata berharga itu
"Tidak"jawabnya. Dia semakin mengeratkan pelukannya mencoba mengungkapkan segala isi hatinya dan kegundaannya. Setelah gadis itu tenang Fransis melepaskan pelukannya lalu tersenyum menatapnya.
"Ma-maaf"sesalnya. Gadis itu mengangguk namun dia sendiri juga bingung kenapa dia begitu ketakutan saat melihat pria itu nampak tersiksa.
"Kau kenapa?"tanyanya khawatir.
"Aku hanya masuk angin"jawabnya bohong. Gadis itu mengangguk lalu tersenyum.
"Sukurlah, aku tak tau kenapa aku tadi sangat takut saat melihat kau sepertinya sakit"jelasnya. Pria itu tersenyum dia mengerti alasan ketakutannya tentu saja karena hatinya yang mencintai dirinya jadi bukankah hal itu wajar.
"Mungkin kau takut dituduh membunuhku"katanya jenaka. Gadis itu merengut dia memukul pelan d**a pria itu.
"Tentu saja tidak"jawabnya.
"Aku tau"jawabnya. Mereka saling berpandangan tatapan mereka penuh kasih.