AYANA POV Sambil mengunyah bakso ke dalam mulut, gue terus menatap ke depan, tepatnya mengarah ke wajah Cantika. Dengan harap-harap cemas gue menunggu sahabat gue ini ngomong sesuatu. Sesuatu yang bakal bikin gue bahagia, tersenyum lebar, kalau perlu sekalipun gue bakal joget-joget nggak jelas. Menunggu jawaban dari Cantika, gue berasa seperti menunggu hasil nilai ujian. Gue degdegan parah. Raut wajah Cantika juga nggak bisa gue baca. Mencoba untuk tenang, gue pun akhirnya mengambil minuman dan menenggaknya. "Gimana Can? Mau kan buat seminggu ke depan lo tinggal sama gue?" tanya gue sekali lagi, hanya sekadar memastikan kalau Cantika ingat kalo gue pernah bertanya ini beberapa detik yang lalu. Cantika masih belum memberikan gue jawaban, dia diam dan menatap gue datar. Mulutnya penuh
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari