Chapter 39 : Penemuan Pertama

1718 Kata
“Akhirnya kita sudah sampai di sini. Lembah Grouser” Ucap Aalina menunjuk tempat di depannya. Sementara Gavin, Neville dan beberapa prajurit Izia lain mengikutinya dari belakang. Tampak dari kejauhan. Lembah terlihat kering dan gersang. Hanya batu-batuan pasir dan sedimen terlihat memenuhi tempat itu. Saking banyaknya batuan yang mengisi, banyak tempat-tempat yang tak bisa dilihat dari jauh, besar batu-batu itu menghalangi objek yang berada di belakangnya agar nampak. Rerumputan liar tumbuh di antara sela-sela batuan yang masih menyimpan tanah di bawahnya, meskipun tidak cukup subur untuk ditumbuhi tanaman-tanaman sayur atau perkebunan lainnya. Tidak ada terlihat hewan satupun bertengger atau memekikkan suaranya disitu  hanya terlihat burung bangkai melintas diatas awan. Hanya menoleh ke bawah sebentar, seperti tidak selera bila harus menggunakan tempat itu sebagai sarang untuk mencari makan, saking sepinya.  Aalina akhirnya bergerak ke bawah, diikuti dengan yang lain. Karena tanahnya cukup landai, turun menggunakan kaki saja cukup aman, tanpa perlu alat bantu apapun. Tanah yang mereka pijak juga cenderung kasar dan berkerikil menjadikan pijakan mereka tidak akan mudah tergelincir. Namun meskipun begitu, Neville menggandeng tangan Gavin takut akan tergelincir ke bawah terlalu dalam. Jarak antara lembah dengan tanah diatasnya sebenarnya cukup dalam. Namun Aalina memandu mereka ke jalur yang lebih aman untuk dituruni meskipum harus memutar dan menjadi sedikit lebih panjang bila langsung meluncur ke bawa Hawa di dalam lembah cukup membuat keringat Gavin dan Neville mengucur deras tak terbiasa. Mereka mengusap keringat di antara dahi dan pelipis mereka dengan tangan. Namun keringat tak kunjung berhenti. Terik matahari yang merek terima disana seperti langsung berhadapan dengan tungku penempa. Sedangkan angin yang meniup membawa debu-debu tanah bersama mereka. Cukup membuat Gavin menutup matanya takut akan kemasukan debu “Yang Mulia, apa Anda tidak apa-apa?” Kata Neville Khawatir. Langkah Gavin yang berjalan cukup pelan. Namun akhirnya di kejauhan, ia melihat batuan tinggi dan hendak pergi dari balik batu itu. Untuk mencari tempat berteduh. “Yang Mulia, jangan jauh-jauh, kami akan kehilangan jejak Anda” Teriak Aalina yang berjalan di sisi yang lain. Wanita itu sudah terbiasa dengan kondisi alam di Lembah Grouser. Meskipun tidak memakai penutup muka ataupun baju tebal, tubuhnya beradaptasi dengan cuaca ekstrim seperti itu. Aalina hendak pergi ke ujung lembah, tempat dimana tembok bukit berada. Disana terdapat Gua yang disinyalir menjadi asal muasal penyakit yang diderita penambang Izia. Gua itu saat ini kosong, karena semenjak Tragedi Gua falkreth, Aalina melarang orang-orang untuk menambang disana. Tetapi masih banyak dari orang yang tidak mengindahkan larangan Aalina dan masih terus saja berusaha paksa mencari gemstone di daerah itu. Para prajurit Izia yang berada di sana berpencar. Mereka melakukan inspeksi dengan cara menyebar. Sementara Neville pergi menghampiri Gavin yang sedang berteduh. “Pamanku dulu pernah bekerja disini. Meskipun resikonya cukup besar, namun dengan pekerjaannya dia mampu menghidupi kami yang berjumlah 6 orang termasuk ibuku” kata salah satu prajurit kepada rekannya yang ada di samping. “Ya benar. Namun kau tidak boleh melupakan efek samping yang mereka derita. Ayahku selalu mengeluh akan punggungnya yang nyeri. Terus saja membungkuk seperti itu tidak hanya melelahkan badan tapi juga fisik. Apalagi Gemstone yang mereka bawa perhari biasanya tidaklah sedikit. Untuk ukuran ayahku yang ukurannya lebih besar daripada laki-laki kaum Izia pada umumnya. Mendengarnya mengeluh saja merupakan hal yang cukup janggal bagiku. Sebelum bekerja disana ia selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan keluargaku. Namun setelah itu entah kenapa ayahku mulai berubah” kata prajurit disampingnya membalas. Karena jarak Neville dan kedua prajurit itu tidak terlalu jauh, Neville mendengar apa perkataan mereka. Sepertinya dia perlu meregulasi ulang tentang peraturan pertambangan. Memberikan para penambang tunjangan dan keringanan. Lagipula, para oenambang tentu daja merupakan aset bagi Yagonia dalam jangka panjang. Menjaga mereka tetap sejahtera menjadi prioritas utama mereka “Hey lihat ini” salah satu prajurit yang berada di pojok tenggara Lembah Grouser berteriak memanggil rekan-rekannya yang lain. Langsung saja mereka pergi dengan langkah yang tergesa-gesa. Dilihat dari nada teriakannya. Itu terdengar seperti sesuatu yang penting dan darurat. Aalina yang juga mendengar itu ikut menghampiri prajurit yang berteriak tadi.  “Hei bukankah ini” Ujar Aalina kaget melihat apa yang ada di depannya. “Aku ingin kesana Neville” kata Gavin penasaran yang sedang berteduh dibawah bayangan batu. Karena penasaran juga, langsung  saja dua orang itu pergi menyusul Aalina dan prajurit launnya disana.  “Ini kan” kata Gavin. “Ya” Aalina mengangguk mengonfirmasi Anggapan Gavin Terlihat seorang manusia dengan kulit gosong dan keras seperti reptil hampir di sekujur tubuhnya. Di bagian pundak belakang terdapat sebuah benjolan yang sepertinya merupakan tulang. Saat Aalina mengecek dan menyentuh bagian itu, kulitnya terasa sangat rapuh, Aalina yang menggesek-gesekkannya dengan pelan saja tiba-tiba kulit-kulit itu rontok seperti abu bekas kayu bakar. Yang jadi aneh adalah posisi dari mayat-mayat ini. Terlihat tengkurap dan cenderung menyembunyikan wajahnya karena penasaran. Salah satu prajurit pun membalik badannya Namun, bukannya memperlihatkan bagian depannya. Mayat itu malah hangus menjadi abu tertiup angin hancur. Aalina tidak sempat mengetahui atau mengidentifikasi mayat siapa itu. Namun yang jelas dari pakaian yang ia pakai sebelumnya sama seperti para penambang. Aalina juga memperhatikan ada sebuah beliung di samping tangannya. Gejala yang mereka derita sama persis dengan apa yang diderita orang di desa. “Hey lihat, ada satu lagi” Prajurit yang berada di seberang berteriak. Ternyata bukan hanya satu mayat. Tetapi banyak sekali mayat dengan gejala yang sama berserakan di segala tempat di lembah ini. Mereka kebanyakan terletak dibalik baru atau tempat-tempat yang teduh seakan-akan bersembunyi menolak untuk dilihat oleh orang-orang yang memantau mereka. Ada apa ini semua? Siapa yang berada dibalik ini semua “Aalina. Apakah kau mengerti apa yang sedang terjadi?” kata Neville ingin mengetahui sejauh mana Aalina bisa berdeduksi mencari akar permasalahan ke aneh di Lembah ini.  “Entahlah, namun asumsiku berkata mereka berubah bukan gara-gara gemstone. Sudah beratus-ratus tahun kami warga Izia menggunakan Gemstone dan tidak ada efek yang menunjukkan akibat seburuk itu. Aku yakin ini sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih kompleks dan jahat” Tiba-tiba Aalina terdiam seperti teringat sesuatu, namun buru-buru menggelengkan kepalanya, entah kenapa.  “Aku sebagai perwakilan dari Yagonia meminta maaf atas segala apa yang terjadi. Walaupun sebenarnya bukan kapasitasku untuk memberi saran. Tapi mungkin perkataanmu benar. Mereka bukan seperti terkena sihir, kutukan, atau semacamnya. Dari tubuh mereka aku melihat ada semacam material aneh yang tidak dapat aku tentukan apa jenisnya. Terlalu aneh bahkan seperti bukan dari tempat ini. Ehhh… Maksudku bumi ini.” Kata Neville sambil sejumput abu kulit mayat itu “Walaupun ini terlihat seperti abu, namun ini bukan. Aku menggunakan beberapa sihir pengetahuan yang terhubung langsung dengan perpustakaan kuil matahari. Aku tidak bisa menemukan material apapun yang mirip dengan ini. Material gabungan sekalipun. Aku sendiri tidak tahu apa yang dialami tubuh itu. Namun sangat jelas ini bukanlah sihir. Aku memiliki beberapa asumsi, namun aku tidak bisa menjamin apakah itu benar ataupun tidak. Aku tidak melangkahimu dalam investigasimu ini.” Kata Neville mencoba memberikan beberapa masukan untuk Aalina. “Tunggu, kau bisa melakukan hal semacam itu” Aalina kagum dengan sihir yang dilakukan Neville barusan. “Kagum apa?” Tanya Neville bingung. “Kau bisa menghubungkan pengetahuan buku yang ada di perpustakaan dengan sihirmu saat ini? Aku tidak pernah mengetahui hal seperti itu. Apakah kau bisa melakukan trik lain?” Kata Aalina dengan girang seperti anak kecil. Tidak ada perpustakaan atau semacamnya di Izia. Semua pengetahuan diturunkan melalui mulut ke mulut dan turun temurun. Tak heran, banyak sekali pengetahuan tentang Izia hilang dimakan zaman dan mati bersama orang yang mengetahuinya.  “Semua penyihir di Izia bisa melakukan kemampuan ini. Karena perpustakaan Kuil Matahari memiliki link sihir di dalamnya. Asalkan penyihir itu memiliki izin untuk mengaksesnya, maka dia juga bisa mengaksesnya kapan saja yang dia mau tanpa menguras energi sihir. Tunggu, kau tidak seharusnya fokus kepada sihirku, mayat-mayat ini masih belum bisa mati dengan tenang” Sungut Neville memarahi Aalina yang terlihat tidak serius. Sementara itu Gavin. Berjalan sendirian di tengah lembah. Ia tidak kuat melihat mayat dengan tubuh menakutkan seperti itu. Saat pertama kali melihatnya, ia menutup matanya, merasa kasihan dengan apa yang terjadi dengan orang yang pernah hidup sebelumnya. Ia lagi-lagi menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi Raja yang kuat bisa melindungi semua orang.  Saat berjalan-jalan. Gavin menemui batuan cantik berwarna merah tersarang di ujung batu. Batuan itu tampak cantik gemerlap dengan aksen merah namun juga tetap bening. Saat Gavin mendekatinya, Batuan itu tiba-tiba menyala. Mengeluarkan cahaya berwarna-warni. Karena terlihat sangat indah, Gabon pun berniat mencabut batuan itu dari tangkainya.  Dengan susah payah Gavin mencoba mencabut batuan itu. Hingga dia menaikkan kakinya ke atas batu untuk mencoba membantu agar lebih kuat dalam menarik. Gavin pun terjatuh akibat terlalu kuat menarik baru itu, namun saat ia menengok ke tangannya, Ia berhasil mendapatkan batuan berwarna-warni yang bersinar terang itu.  Namun, malah batu-batuan lain ikut muncul ke atas tanah layaknya bunga yang mekar. Batu-batuan itu tumbuh di sekeliling Gavin memutarinya. Gavin meloncat-loncat kesenangan karena melihat sesuatu yang sangat menakjubkan di tempat ini.  Tapi lama-kelamaan. Bada Gavin mulai merasa tidak enak. Kepalanya terasa pusing untuk diangkat dan matanya terpejam berat sekali untuk diangkat. Nafasnya terengal-engal kesesakan. Merasa dirinya dalam bahaya. Gavin meneriakkan nama Neville sekencang-kencangnya sekuat tenaga meminta pertolongan. Karena ia yakin dia tidak berjalan terlalu jauh dari yang lain.  Gavin duduk beralaskan tanah, sudah tak kuat untuk berdiri lagi sambil memegangi dahinya. Bingung dengan aoa yang terjadi. Udara disekitarnya tercium harum namun meninggalkan bekas yang aneh di ujungnya. Seperti bau busuk akan seseorang melupakan kebersihan dalam hidupnya seumur hidup. Lama-lama bau harum itu mulai tertutup oleh bau busuk itu. Gavin pun membuka matanya, meskipun sangat sulit untuk dibuka. Dengan paksa ia menarik kedua bola matanya dengan kedua jarinya dan menaruh batuan tadi ke tanah. Ia mencoba mencari apa sumber bau yang dia cium itu. Namun saat membuka matanya ia melihat sesuatu yang tak mengenakkan Lelaki compang-camping dengan kulit keras menghitam datang menghampirinya. Giginya yang tajam sebelah berjalan dengan terseret-seret sambil menjulurkan tangannya ke depan. Kepalanya yang botak dengan beberapa helai rambut yang tumbuh di bagian pininya bergerak menjuntai seraya matanya yang buta sebelah dan meninggalkan salah satu sisinya kosong hitam tak ada apa-apa. Di balik punggungnya ada semacam tanduk panjang yang entah kenapa terlihat aneh. Pria itu lama-kelamaan menghampiri Gavin dengan langkah yang bertambah cepat dan memulai berlari. Gabin yang panik mencoba mengambil tongkat sihirnya. Namun sudah terlambat pria itu sudah berada di depannya dengan mulut bau. Gavin pun berteriak sekencang-kencangnya menunggu untuk diselamatkan Neville “Tolongggg”.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN