30. Bangun dari Ketiadaan

1728 Kata
Sayup-sayup terdengar seseorang berbicara dengan keras, Gavin mendengarnya. Namun saat mencoba untuk bangun, sangatlah sulit. Badannya seperti menempel erat ke tanah, sangat sulit untuk digerakkan. Gravitasi bumi terasa sangat berat membuatnya sangat sulit untuk beranjak dari kasurnya. Namun tidak menyerah, dia pun mencoba merentangkan tangannya, meregangkan setiap sendi yang ada. Bagaimana ia bisa tidur saat ini? Situasi genting sedang terjadi. Tak ada waktu untuk bermalas-malasan diri. Dia harus bertemu Neville dan Baroth sedini mungkin. Seluruh indranya benar-benar mati. Hanya hidung untuk bernafas dan paru-paru untuk bertahan diri. Apa yang terjadi? Ingatannya yang terakhir hanyalah saat neville menyuruhnya membalik badan dan membuka bajunya, tiba-tiba saja rasa kantuk yang amat berat terasa menggantung di matanya. Berat untuk dibiarkan terbuka. Hanya itu, namun sesekali ia mendengar suara huru-hara berasal dari luar dan badannya terasa bergetar dengan heboh. Namun tak ada yang bisa ia lakukan, dia tidak pernah merasakan kantuk seperti itu, tidak natural, seperti sihir “Tuan... Tuan” bisik seseorang melalui kupingnya, bisikannya terdengar sangat dekat hingga hawa nafas mulutnya masuk ke seseorang. Gavin mengenali suara itu, suara yang ia kenal dengan sangat dekat. Hampir mirip seperti Neville, namun ia tak yakin. Meskipun terdengar sangat dekat namun Neville masih tak bisa mendengarnya dengan jelas. Hanya menyahut panggilnya berulang-ulang “Ah... Iya, aku lupa untuk mematikannya” Gavin merasakan sesuatu menyentuh permukaan perutnya, ia bisa merasakannya, sesuatu itu hampir seperti tangan, bergerak mengulat. Apakah orang itu sedang merapalkan mantra? Gavin belum yakin. Tetapi tiba-tiba hawa panas keluar dari tubuhnya, seperti sngin yang meniup daun yang rontok. Namun tidak begitu saja, agak lama rupanya sampai dia bisa merasakan. Sejak kapan hawa panas ini berasal? Kenapa dia tiba-tiba bisa merasakan panas walaupun tak ada apa-apa disana? Tangan itu tak dirasakannya lagi, entah mantranya sudah berhasil atau apa. Tapi yang jelas, mata Gavin terasa sangat enteng kali ini. Ia mencoba membukanya, dan terang saja. Ia melihat langit-langit yang tertutup oleh atap kayu. Ia pun menoleh ke bawah, melihat Neville berada di dekatnya dengan raut muka khawatir. Penampilannya terlihat sangat rusuh, berbeda dengan yang terakhir kali ia lihat. Gavin mengedipkan matanya berulang kali, berusaha meyakini dirinya sendiri kalau ia memang benar-benar terbangun, bukan mimpi bangun tidur, ilusi, atau semacamnya. Ia mencoba menyentuh raut mukanya, melenggak-lenggokkan mulutnya ke kiri dan kanan. “Ini semua terasa nyata, apa yang terjadi Neville?” Neville pun mencoba membaringkan Gavin yang masih berbaring, dengan pelan-pelan, Ia menarik bahu Gavin agar bisa duduk dengan sempurna tanpa ada cedera yang tak diinginkan. Gavin pun menoleh ke kanan dan kiri. Ia merasa seperti berada di dalam sebuah gubuk. Beralaskan tanah, dengan tembok yang terbuat seperti anyaman rotan. Namun ia belum pernah melihat bangunan semacam ini, di dalam Yagonia semuanya rata-rata menggunakan batu dan semen dalam pembuatan rumahnya. Melihat rumah seperti ini pengalaman yang baru bagi Gavin. Gavin pun menoleh ke kiri dan kanan lagi, dan ia sadar ia telah berada di hutan Izia. Dengan melihat motif kayu unik bersimbol ular. “Tuan, apakah Anda benar-benar sudah sadar saat ini? Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan” Ujar Neville. Namun Gavin, masih memegang kepalanya yang setengah sadar . Kepalanya terasa pusing. Entah itu memang efek sihir Neville atau hal yang lain. “Apa yang sudah kau perbuat padaku Neville?” kata Gavin dengan raut muka kebingungan “Itu tidak penting sekarang Tuan. Situasi darurat, kita tidak tahu dimana posisi Baroth sekarang!” seru Neville dengan muka yang sangat tegang. Namun Gavin tidak bereaksi apa-apa. Otaknya masih beku. “Lalu bagaimana dengan pak kusir?” Gavin bertanya seadanya. “Dia tidak apa-apa Tuan. Dia dan prajurit yang mengawal kita telah kembali ke pos. Para kaum Izia melarang mereka untuk masuk bersama kita. Semua kereta dan barang bawaan kita telah terbakar Tuan, termasuk kuda yang menarik kita, telah terluka bersama dengan yang lain” Tidak ada satupun perkataan Neville yang Gavin pahami. Dia hanya bisa paham 3 kata kunci, dilarang masuk, terbakar, terluka. Untuk sisanya dia sama sekali tak mengingatnya walaupun baru saja diucapkan oleh Neville. Gavin pun berdiri. Ia mencoba berjalan ke arah jendela yang terbuka lebar di sebelah kanannya. Dari jendela itu terasa angin segar masuk membuat tubuhnya yang tadi terasa panas menjadi sejuk kembali. Namun Gavin agak sedikit kesulitan saat mencoba berdiri, ia merasa kaki kanannya tidak mampu untuk diajak bekerja sama. Mengetahui itu, Neville pun berinisiatif menuntun Rajanya itu dengan lengannya menuju ke arah jendela. Berada di depan jendela. Neville melihat wajah Gavin yang sangat takjub dan terkesima. Ia baru kali ini melihat dengan mata kepalanya sendiri, suasana Pedesaan di Hutan Izia. Gavin yang berada di dataran tinggi. Sepanjang mata memandang, hanya melihat hijaunya pohon tersebar ke segala penjuru. Beserta dengan suara-suara fauna yang endemik, Keindahannya membuat otak Gavin menjadi segar kembali Tidak hanya hutan, saat menengok kebawah, Gavin melihat kaum Izia melakukan aktivitas mereka sehari,-hari. Terlihat anak-anak berlalu-lalang bermain menggunakan bola dari tembikar, orang-orang tua mengayak jerami membersihkannya sampai tidak ada noda sedikitpun terlihat. Dan wanita-wanita muda bercengkrama dengan asyik hingga tertawa-tawa. Hati Gavin terasa sangat sejuk melihat itu semua. Entah memang karena dia menjadi seorang Raja sekarang atau hal lain, namun perasaan ingin melindungi ini semua muncul begitu saja dalam hatinya. Ia ingin berjuang mengorbankan apa saja demi melindungi kedamaian ini. Kedamaian indah yang ia harus pelajari. “Apakah kondisi Anda sudah enakan Tuan?” Tanya Neville yang sedari tadi berdiri disamping Gavin menunggunya “Kau harus mengatakan kepadaku apa saja yang terjadi dan apa yang kau lakukan. Aku tidak ingin kau memiliki rencana yang hanya dirimu sendiri yang mengetahuinya” Tegas Gavin dengan raut wajah serius. Walaupun begitu, Neville tidak bisa takut terhadap ekspresi Gavin seperti itu. Ekspresinya yang dibuat-buat saat mencoba serius malah terlihat menggemaskan. Pipinya yang kenyal ingin rasanya dicubit berkali-kali “Kau mendengarkan aku tidak!” Gavin kesal karena Neville tak kunjung menanggapinya. “Begini Tuan, penjaga akan datang sebentar lagi. Kita masih dalam mode penyamaran. Akan jadi berbahaya apabila identitas kita terbongkar oleh para penjaga itu” Mendengar itu, Gavin merenung, kata-kata Neville sungguh masuk akal. Namun bagaimana ia menjalankan rencana Neville jika ia sendiri tidak mengetahuinya? “Katakan padaku sesingkat dan sepadat mungkin. Mumpung otakku masih jernih dan bisa menerima banyak pikiran. Aku akan mendengarkanmu dengan amat sangat” Jelas Gavin. Namun sekarang fanti Neville yang merenung. Ia menundukkan kepalanya sambil menopang dagunya dengan dua jari telunjuk dan tengah. Gavin mencoba memproses kata-kata seefektif mungkin agar Waktu mereka tidak terbuang sia-sia dan dapat digunakan dengan tepat. “Baiklah Tuan aku akan mencobanya” Kata Neville memecahkan keheningan “Jadi begini...” *** Neville berhasil menjelaskan situasi yang ada dan rencana yang ia pakai. Bukannya merasa lega, Gavin malah memasang raut muka kesal dan marah. “Kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal? Apa kau merasa aku akan menjadi penghalangmu dalam melakukan rencana itu” ungkap Gavin dengan mengatupkan bibirnya. Layaknya anak berumur 12 tahun kebanyakan, mereka akan dengan h marah bila tidak dianggap. Dalam hal ini adalah rencana Neville itu. “Kumohon maafkan aku Tuan. Tapi aku tidak memberi tahu rencanaku ini kepada siapapun, termasuk Baroth dan pak kusir” Neville menundukkan badannya, dengan muka memelas ia memohon agar Gavin mengerti akan keadaannya. “Lalu kenapa Baroth sekarang tidak bersama kita. Jika kau benar-benar merencanakan semuanya dengan matang. Hal ini tidak terjadi bukan” Kasus Baroth memang sedikit unik. Karena dia terlihat memiliki luka yang paling parah dibanding yang lain. Para kaum Izia beralasan ingin membawa mereka ke pos penanganan obat yang berada di utara. Kenapa bisa sejauh itu? Entahlah. Baik Neville dan Gavin belum mengetahuinya. Mereka menganggap bahwa Baroth ditangkap karena dia satu-satunya orang Yagonia yang membawa s*****a tajam. Neville pernah beberapa kali mendengar desas-desus kalau semua orang asing yang ingin masuk di Yagonia membawa s*****a tajam. Maka dia akan langsung diseret dimasukkan ke dalam gua tempat para tahanan ditampung, yang memang benar sama-sama di utara “Untuk masalah Baroth, aku benar-benar salah perhitungan. Aku mengira saat aku melumurinya dengan darah, para prajurit Izia akan menganggap mereka bagian dari diri kawanan kita yang terluka. Entah memang aku salah menyampaikannya atau mereka memang sengaja menjebak kita. Kita tidak boleh lengah sedikitpun. Kita harus segera menyelamatkan Baroth secepat mungkin” kata Neville sejelas mungkin “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang” Gavin berharap-harap cemas. Tidak boleh ada satu korban pun dalam misi ini. Lagipula ini adalah misi perdamaian. Dia juga tidak boleh menyamar terlalu lama. Bukannya karena bahaya, namun misi perdamaian memang seharusnya dilakukan secara jujur dan adil. Bukan dengan semacam tipu muslihat seperti ini. “Entahlah Tuan, tapi yang jelas, kita harus menunggu situa—“ belum sempat Neville menyelesaikan kata-katanya. Tiba-tiba seorang wanita masuk membuka pintu dari luar Gavin pertama kali melihat kaum Izia dari dekat. Bagian atasnya tertutup oleh gaun berwarna hijau sangat rapi meskipun belahan dadanya masih menyembul di udara memperlihatkan sebagian. Lalu entah apa itu sebutannya, bagian bawahnya memakai semacam rok berukuran diatas lutut. Memang memakai bawahan seperti itu membuat seseorang yang bergerak menjadi cukup luas dan lincah, namun kulitnya betis dan sebagian pahanya terlihat mulus dan bening. Gavin tidak pernah melihat wanita secantik itu sebelumnya. Ditambah lagi mata yang berwarna hijau dan telinga agak sedikit runcing ke atas. Hal ini sedikit membuat Gavin teringat, apakah Kaum Izia memang keturunan Ras Elf kuno? Melihat banyak kemiripan disana sini membuat Gavin cukup teryakinkan. Wanita itu menutup kembali pintunya dengan keras “Oh... Anakmu sudah sehat? Baguslah, apa yang kalian bicarakan?” Neville hanya meringis, ia tidak boleh sampai membocorkan rahasianya kepada wanita itu. “Oh maaf, dimana sopan santunku. Perkenalkan, Namaku Aalina, Jika menggunakan istilah yang kalian kenal, aku adalah semacam penasehat disini. Sedangkan wanita tua yang menyembuhkan anakmu tadi, dia adalah Tetua Drehalna, pemimpin disini. Aku harap kalian bisa mudah mengingat kami meskipun ciri fisik kami memang mirip satu sama lain” ujar wanita itu dengan tersenyum cantik ditambah dengan rambut pirang yang diikat ke belakang. Untuk ikut menghormatinya, Gavin dan Neville juga memperkenalkan diri mereka. Namun bukan sebagai Raja dan penasehat, melainkan Ayah dan Anak. “Ah baiklah. Namun aku tidak bisa berlama-lama, ada situasi darurat. Ini mengenai pengawal kalian tadi. Dia sekarang hilang entah kemana. Aku butuh kalian untuk membantuku mencarinya” Neville dan Gavin kaget. Baroth yang sangat kuat itu tidak mungkin dengan mudah diculik begitu saja. Gavin dan Neville saling melirik satu sama lain. Rasa tak percaya memenuhi kepala masing-masing orang Yagonia ini. Mereka pun curiga, apakah mereka benar-benar mengatakan hal yang sebenarnya atau mereka sudah mengetahui identitas Neville dan Gavin sehingga mencoba menculik mereka?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN