Chapter 31 : Gubuk Pohon Tua

1911 Kata
Beberapa jam yang lalu. Setelah menengok orang Yagonia dengan anaknya di dalam gubuk pos. Aalina hendak pergi menuju Gert. Ia ingin mencurahkan isi hatinya. Ini tak seperti yang ia bayangkan. Ia kira dengan marabahaya yang sudah terjadi dengan orang Yagonia itu akan membuat firasatnya hilan, namun ternyata tidak. Firasat itu masih ada dan mengganjal di hatinya belum juga hilang. Saat Aalina mencoba bertanya pada Tetua Drehalna, ia malah merespon dengan jawaban yang tidak membuat Aalina puas sama sekali. Malah menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang lain dalam hatinya. Walaupun memang Berkata dengan Gert tidak akan membuat hatinya puas pula, Namun Gert adalah satu-satunya orang yang bisa diajak bicara dengan tenang sekarang. Berada di dekat Gert membuat hati Aalina menjadi tenang, ia sudah menganggap Gert seperti ayahnya sendiri. Aalina yang berjalan-jalan melihat sekeliling. Walaupun tampak sangat bahagia dari luar dengan segala keramahan yang Masyarakat Izia kenal, namun jauh di dalamnya tidak seperti itu. Ada masalah besar yang terselubung menunggu untuk keluar dan merangkak menghancurkan kaum Izia dari dalam. Namun dia tidak tahu harus melakukan apa. Satu-satunya cara bagi dia untuk bisa melawan itu semua adalah menunggunya. Walaupun menunggu dalam diam, Aalina memantakkan hatinya untuk mencegat mara bahaya itu datang menyerbu Hutan Izia yang ia cintai ini. Aalina masih berjalan, namun kali ini ia berhasil keluar dari desa. Ia tahu dimana Gert berada di waktu seperti saat ini. Ia sudah mengenalnya sejak lama. “Disini kau rupanya Gert” Aalina memanggil Gert yang berada di atas rumah pohon miliknya. Dia melihat Gert yang sedang masih memakan buah-buahan sisanya tadi. Entah bagaimana bisa buah-buahan itu masih ada, padahal sebelumnya buah-buahan itu sudah ia makan habis “Hey Gert. Apakah kau memuntahkan buah-buahanmu dan memakannya kembali.” Gert yang sedang duduk santai berada di kursi kayunya kaget melihat Aalina yang berada di bawah naik ke atas rumah pohonnya dengan tangga kayu yang menempel di pohon. “Oolinoo.. bukonkoh kou horusnya menjogo orang Yogonio todi?” dengan mulut yang masih penuh makanan, Gert bertanya kepada Aalina. Untuk ukuran penjaga hutan, Gert memang memiliki bobot paling besar dibanding yang lain. Perutnya yang menggelembung seperti balon udara kadang-kadang membuat dirinya sendiri kesulitan dalam berjalan. Namun kemampuannya dalam bertarung tidak bisa diremehkan. Pernah diceritakan di masa lalu, kalau ia berhasil Memburu 1 kawanan rusa berisi 6 ekor beserta predator yang hendak memburunya dalam sekali pergi. Kisah itu membuat nama Gert menjadi populer di kalangan kaum Izia. “Tenang saja. Ada para penjaga yang mengawasi mereka,” jawab Aalina yang tersenyum melihat suara Gert yang lucu “Lebih baik kau habiskan saja makanan di mulutmu itu. Terlihat menjijikkan saat aku melihatnya.” Bukan jijik, Aalina malah tertawa terbahak-bahak melihat muka Gert yang menggembung penuh dengan makanan “Buoh-buohon ini okon bosi besok. Lebih boik kou membontuku memokonnyo.” Walaupun tidak terdengar jelas. dia masih bisa memahami maksudnya. Aalina tidak percaya akan perkataan Gert barusan, setiap kali ia melihatnya makan dengan mulut yang penuh, ia selalu beralasan akan busuk besok. Entah darimana dia mendapat kemampuan untuk melihat masa busuk makanan. Aalina pun akhirnya dengan senang hati memakan pisang yang ada di keranjang tempat Gert duduk. “Apakah kau benar-benar yakin dengan orang Yagonia itu. Maksudku, kau berkata punya firasat buruk kan? Apakah kau tidak merasa firasat buruk itu adalah mereka?” mulut Gert sudah bersih sekarang. Ia meminum segelas air yang ada di sampingnya dengan lahap “Entahlah, aku akan pasrah bila memang itu adanya. Aku juga tidak tahu seberapa parah bahaya yang akan datang menurut firasatku ini. Namun saat Tetua Drehalna mencoba memeriksa anak itu. Dia tidak berkata apa-apa. Aku bisa berasumsi bahwa mereka aman untuk saat ini. Dan sekarang, aku merasa firasatku ini hanyalah omong kosong. Bahkan, untuk sekarang, aku menyuruh para penjaga pergi setelah sudah cukup lama mengawasi mereka. Aku merasa mereka butuh semacam privasi.” Aalina merenung menatap kosong ke arah balkon yang terbuka lebar tanpa dinding, hanya sebuah kanopi terbuat dari anyaman bambu melindungi mereka berdua dari panas matahari. Gert memandangi Aalina, semenjak ia mengenalnya, ia tak pernah melihat Aalina semuram itu. “Apakah kau menyesal menjadi seorang Malvirto?” tanya Gert. Berbeda dengan penasihat pada umumnya. Malvirto memiliki wewenang sedikit di bawah penasihat. Penasihat boleh memberi saran, kritikan, ataupun menggantikan seseorang yang diatasnya. Sedangkan Malvirto hanya mampu memberi arahan dan berargumen langsung kepada orang diatasnya tanpa mampu memberikan kendali langsung atas apa yang terjadi. Aalina geram. Ia sungguh mengetahui risiko dari pekerjaan yang ia pilih “Apa kau bilang? Tentu saja aku tidak menyesal. Ini keputusanku, aku akan menanggungnya sebisaku.” Ucap Aalina dengan nada tinggi. Sontak Gert kaget, ia tidak menyangka pertanyaannya akan membuat Aalina terpicu seperti itu. “Ya maksudku, kau masih muda, kau perlu banyak memiliki pengalaman di dunia luar. Dari mataku yang sudah mulai terlihat buram ini, aku melihat dirimu lebih cocok berada di luar hutan, menjelajahi Odessa dan seluruh isinya, bukannya terjebak dengan suku kolot seperti Izia ini” Aalina tidak paham maksud “suku kolot” yang Gert maksud. Malahan, Aalina merasa Gert adalah sosok paling konservatif di suku Izia “Lalu apa maksudmu? Kau ingin suku kita dipimpin oleh Larion bodoh yang hampir membuat kaum kita semakin kacau dengan segala eksperimen yang ia ciptakan. Aku tidak akan membawa semua masalah ini kepadanya, setelah yang ia lakukan pada kita. Pikirannya sudah sangat terbelakang, Gert.” Sahut Aalina dengan keras. “Apa kau merasa dirimu adalah satu-satunya sosok pemimpin yang paling tepat di sini?” pertanyaan itu benar-benar menohok Aalina. Selama Aalina hidup, dia tidak pernah gagal dalam sesuatu. Saat kecil, ia aktif bisa berbicara dan berdiri pada umur satu tahun. Saat berumur 6 tahun, dia sudah sangat hebat berlari lebih cepat ketimbang orang dengan umur dua kali lipat diatas nya. Larion, kakaknya sendiri. Namun karena satu dan lain hal, perlahan-lahan hidup Aalina mulai runtuh. Dan ia merasa menjadi orang yang paling pantas menjadi sosok Malvirto. Namun apakah ia benar-benar pantas? “Dengar Gert,” Aalina menghembuskan nafasnya dalam-dalam mencoba meluapkan semua pikirannya kepada orang bertubuh gempal di depannya itu. “Semua menjadi kacau setelah Ayah meninggal. Larion melakukan eksperimen dengan Gemstone dan benda aneh itu. Orang-orang yang menambang Gemstone hilang. Dan yang terakhir, tingkah laku Tetua Drehalna yang mulai aneh. Aku masih tidak bisa 100% mempercayainya saat ini. Dan aku jujur, masih belum bisa mempercayai siapapun, kecuali kau” Aalina menenggak sebotol air berukuran lebih kecil dari kepalan tangan. Dia menenggaknya dengan sangat cepat, seperti menelan anggur, padahal, itu hanyalah air perasan limun yang dicampuri kayu manis. Walaupun rasanya sama-sama aneh. Namun ekspresi Aalina saat menenggaknya sangatlah berlebihan “Jika kau memang merasa itu terlalu berat untukmu, berhentilah. Aku akan berkata kepada Tetua Drehalna dan memberikan jabatanmu kepada orang lain” Tetua Drehalna adalah orang yang paling dihormati. Sudah semenjak dahulu kala bahkan tiga generasi Raja Yagonia yang sebelumnya, dia sudah memerintah. Saking lamanya, semua warga Izia sudah lupa bagaimana asal-usul kenapa dia bisa menjadi tetua. Mungkin sudah ratusan tahun lamanya dia hidup, dan orang-orang yang mengenalnya dahulu, sudah lama tiada “Tidak terima kasih Gert, namun aku masih belum menyerah. Kejadian p*********n pos Yagonia menjadi kekhawatiran terbesarku. Mereka bisa saja dengan mudah salah paham dan menyerang kita secara tiba-tiba. Aku masih belum bisa menemukan siapa pelaku dibalik serangan itu, walaupun tentu saja asumsiku masih sama, Larion dan kawanannya. Namun semoga saja dengan aku memberikan serum penyembuh dan surat kuno itu, mereka bisa mengerti” Gert baru mendengar itu. Ia tak menyangka masalah yang dihadapinya sebesar itu. Bila benar-benar berperang dalam skala besar, Hutan Izia tak akan mampu melawan mereka meskipun mereka mendengar pergantian monarki membuat sedikit tidak stabil. Keadaan Izia di dalam saja sudah tidak stabil. “Kenapa kau tidak langsung saja meminta maaf kepada mereka dan mencanangkan perjanjian damai kembali?” Gert memberi saran. Gert awam dengan hal yang berbau politik, kesehariannya yang hanya berada di hutan dan tidak berkumpul dengan suku Izia yang lain membuatnya sedikit kurang wawasan “Tidak semudah itu, Aku tidak bisa memberikan permintaan maaf bila itu hanyalah sebuah pesan. Akan banyak pihak-pihak dengan kepentingan mereka masing-masing yang mencoba menghalangi dan mengambil kesempatan. Aku tidak bisa meresikokan hal itu terjadi begitu saja.” Jelas Aalina. Ia sangat cemas, ia merasa hubungannya dengan Yagonia sangatlah diperlukan. Apalagi keadaan Hutan Izia yang semakin lama semakin mengkhawatirkan “Lalu, apa yang kau rencanakan” meskipun persediaan makanan Izia semakin menipis. Aalina tidak melarang Gert atau siapapun agar membatasi jumlah makanan mereka, Karena kaum Izia memang terkenal dengan nafsu makannya yang besar. Aalina membiarkan mereka karena dia tetap optimis bisa melakukan semuanya dengan lancar “Entahlah, aku belum bisa memikirkan itu. Namun aku perlu membereskan persoalan yang ada di dekatku, Larion” “Jujur aku tidak bisa memberimu saran yang definitif atau benar-benar membantu tapi menurutku kau harus—“ Aalina menolehkan mukanya ke arah utara. Entah karena apa, tapi hal itu membuat Gert tersentak tak bisa melanjutkan kata-katanya “Ada apa” Tanya Gert khawatir “Entahlah. Aku mendengar sesuatu, aku sebaiknya langsung mengeceknya kesana” belum sempat menyahuti perkataan Aalina. Gadis itu langsung saja melesat berjalan melompat-lompat dengan cepat membuat Gert kesulitan untuk mengejarnya. Tubuhnya yang berat membuat dia tak bisa mengimbangi kecepatan Aalina yang seperti kelinci di padang rumput Hingga akhirnya Aalina tiba di asal suara itu. Dan benar saja. Dia melihat 6 prajurit Izia tergeletak di sana. Aalina pun mendekati mereka mencoba mengecek, apakah mereka masih hidup atau tidak. “Apa yang mereka lakukan disini” Tanya Gert keheranan, mereka adalah rekan Gert sesama penjaga hutan, seharusnya mereka menjaga hutan bagian selatan saat ini. Aalina menoleh ke arah keranjang yang ada di samping tubuh mereka yang terbaring. Keranjang itu terlihat penuh darah tercecer berlumuran disekitarnya. Aalina mencoba mencium bau darah itu, dan benar saja darah itu terasa seperti darah yang baru “Aku menyuruh mereka untuk mengantar salah satu pengawal kawanan Yagonia itu untuk ke pos penjaga bagian utara karena penjaga yang mereka bawa terluka sangat parah. Aku menyuruh mereka kesana karena untuk sementara peralatan medis dipindah alihkan kesana yang sebelumnya berada di timur.” Jelas Aalina, Gert menyentuh nadi salah satu prajurit berkepala plontos, dia masih berdenyut, begitu juga dengan yang lain. Namun luka mereka terlihat sangat parah, ada banyak sayatan yang terkena di punggung membentuk tanda silang. Sayatan itu sangatlah lebar hingga tulang yang ada di belakangnya bisa terasa saat disentuh. Aalina pun dengan sigap mengambil daun-dan rumput untuk sementara menutupi luka mereka “Luka ini, pasti ulah benda tajam yang runcing dengan melengkung, seperti sabit,” ujar Gert “Apakah kau mengetahuinya?” “Ini pasti ulah kawanan Larion. Bila mereka dengan mudahnya mengalahkan 6 orang ini, kita tidak tahu seberapa besar daya kekuatan mereka.” Ucap Aalina sambil berusaha menggeret prajurit yang lain berbaris rapi dan dibersihkan secara kecil sehingga mudah untuk dikenali “Namun aku penasaran dengan satu hal. Mengapa pengawal dari Yagonia itu hilang, apakah mereka menculiknya?” kata Aalina curiga “Jika memang mereka menculiknya, kenapa? Apa yang mereka ingin kan dengan pengawal itu” pikiran Aalina melayang kemana-mana saat ini. Sangat tidak fokus sehingga ia sendiri bingung untuk menelusuri hal mana dulu yang perlu ia cari. “Wow...wow tenang Aalina, asumsimu berjalan sangat liar saat ini. Kami perlu kau berpikir dengan tenang, tapi pertama-pertama kita harus memanggil warga yang lain dan merawat para prajurit ini. Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja” Ujar Gert yang sangat peduli dengan rekan-rekannya “Ya... Baiklah Gert” ujar Salina menghembuskan nafasnya untuk menenangkan pikirannya sendiri. “Pikiran ini masih menggangguku, siapakah kawanan Yagonia itu sebenarnya?” Pikiran Aalina mengganjal dengan sangat dalam. Mungkin, pertanyaan itu akan tiba di waktu yang tepat....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN