14. Kematian Margareta

1190 Kata
Tahun demi tahun berlalu begitu cepat, sekarang Rareta sudah berusia sepuluh tahun dan semakin tumbuh menjadi gadis yang cantik dan juga pintar. Namun kebahagian tak setiap saat menyelimuti Margareta dan Rareta semenjak kematian Emili serta Tolios, kini orang-orang yang masih percaya ia pembawa malapetaka semakin mengutuknya, tak terkecuali Ruksada sendiri. Ruksada adalah salah satu dari beberapa orang yang percaya bahwa Margareta dan Rareta adalah pembawa malapetaka yang suatu saat akan membuat bencana di Bagras. Sebagai bagian dari keluarga Tolios bahkan ia tahu bahwa ramalan malapetaka itu juga diucapkan tetua pendeta beberapa tahun lalu sebelum Margareta hamil, setelah kelahiran Rareta seorang perempuan tua yang tak lain Colliens juga maramalnya. Berdasarkan hal itulah Ruksada melarang Margareta dan Rareta masuk kegereja kecuali dijam-jam ibadah, selain itu mereka akan dipaksa pergi oleh biara-biara penjaga yang sudah didokrin Ruksana bahwa mereka akan menyebabkan masalah jika sampai masuk kedalam gereja, karena mereka adalah seorang hamba yang kotor. Margareta tak pernah mempersalahkan hal itu, karena ia sudah paham tentang orang-orang yang membenci bahkan hingga sepuluh tahun terakhir. Yang masih ia syukuri hingga saat ini adalah masih diberi kesempatakan untuk tinggal di rumah yang saa selama sepuluh tahun karena Ruksada tak menyuruhnya pergi dari rumah itu. Meskipun Margareta menerimanya, tapi tidak dengan Rareta. Rareta kecil adalah pecinta buku, ia yang gemar membaca masih sesekali menyelinap untuk pergi ke perpustakaan gereja. Seperti yang hendak ia lakukan malam itu, ia mengendap-endap keluar rumahnya saat malam hari setelah yakin bahwa Margareta sang ibu telah tertidur. Dengan berjinjit ia memelankan langkah kakinya. “Reta, kau mau pergi kemana?” tanya Margareta menghentikan langkah Rareta yang membuatnya kaget. “Reta mau mengambil air,” ujar bohong Rareta pada sang ibu. Namun, Margareta begitu kenal dan paham bagaimana tingkah Rareta. Ia tahu bahwa Rareta akan pergi keperpustakaan untuk membaca buku atau mengambilnya dan membawanya pulang kerumah. “Jangan membohongi Ibu, kau mau pergi keperpusataan gereja, kan. Sudah berapa kali ibu bilang tak mengizinkamu pergi kesana, orang-orang akan menyakitimu nanti,” kata Margareta berusaha mencegah Rareta. “Reta sudah sering pergi kesana Bu, dan itu aman-aman saja tidak terjadi masalah. Rareta bisa mengatasinya.” Rereta mencoba merengek pada sang ibu untuk bisa pergi kesana, Margareta hanya bisa menghembuskan napasnya sambil mengangguk, karena ini bukan pertama kalinya Rareta pergi kesana saat malam hari dan semuanya berjalan lancar. Mendapat persetujuan dari sang ibu Rareta tersenyum bahagia, kemudian sambil membawa lampu lilin ia mengendap perlahan-lahan keluar dari pintu belakang menuju sisi lain perpustakaan gereja. Sisi lain itu adalah sebuah jendela besar yang bagian bahwanya hingga mendekati lantai. Margareta melihat Rareta yang berjalan mendekati gereja, ia tahu bahwa anak itu pandai dan ia bisa mengatasi masalah yang terjadi. Meskipun Margareta bisa melepaskannya tapi kadang sesekali ia kahawatir. Rareta kecil yang suka membaca masih sering membantunya untuk mencari uang yakni menanam sayur dan mengurus ladang peninggalan Emili dan Tolios. Walaupun banyak orang yang tak menyukainya, tapi seolah Rareta tak peduli. Rareta kecil tak memili satu temanpun karena teman-temannya mengucilkannya meskipun sebenarnya Rareta yang tak ingin bergabung dengan mereka. Bahkan sampai saat ini sihir Margareta sudah diatas tahap pemula. Rareta kini mencoba belajar sihir penyembuh yang sebenarnya tanpa seorang guru ia akan sangat kesulitan. Tapi Margareta tak sanggup membayar guru untuk Rareta belajar sihir karena ia tak cukup memiliki uang. *** Setelah sampai di perpustakaan gereja, Rareta membaca bukunya ditemani lampu lilin yang menyala dengan temaram, sekilas ia membacanya tapi kemudian ia berniat membawanya kembali kerumah. Ia tak ingin ada orang-orang yang melihat cahaya dari lilis yang ia bawa. Namun, terlambat. Ruksada membuka pintu perpustakaan saat ia melihat ada cahaya dari lilin yang menembus celah dinding. Rareta terkejut melihat kedatangan Ruksada secara tiba-tiba, ia tak bisa lagi sembunyi akhirnya hanya bisa berdiri dengan ketakutan saat melihat Ruksada yang terus mendekat. “Kau anak perempuan kotor! Sudah kubilang untuk tidak masuk kedalam gereja kecuali diwaktu ibadah!” seru Ruksada bahkan seakan ia berteriak pada Rareta kecil yang ketakutan. “Keluar!” Rareta masih bingung dan ketakutan, saat Ruksada menarik tangannya dengan paksa ia meringis kesakitan. “Sakit Paman! Lepaskan!” Ruksada tak mengindahkan apa yang diucapkan Rareta itu, ia tetap memaksanya keluar dengan menarik tangan kecil Rareta. Rareta memberontak sekuat tenaga hingga menyenggol lilin yang bawa. Dengan cepat lilin itu menyambar kertas-kertas yang ada di sana, kemudian menjalar kebuku-buku yang lain, begitu juga hingga mengenai tirai penutup jendela. Baik Ruksada dan Rareta kaget hingga membuat mereka berusaha menyelamatkan diri masing. Api semakin membesar, satu ruangan itu terbakar semua. Ruksada sudah keluar dari sana, tapi Rareta masih di sana karena jalan keluarnya terhalang oleh lemari dan kayu-kayu yang penuh kobaran api. Tak lama setelah Ruksada keluar, lonceng gereja berbunyi yang menandakan bahaya. Margareta mendengarnya dan sadar akan hal itu, ketika keluar pintu ia melihat bahwa setengah gereja sudah tertutup kobaran api. Ia panik dan kemudian dengan sekuat tenaga berlari menuju perpustakaan karena ia mengkhawatirkan Rareta yang tadi berada di sana. Orang-orang berkumpul untuk memadamkan kobaran api, mereka tak sadar bahwa Margareta mendekati perpustakaan. Ia lalu mencoba mencari keberadaan Rareta, sayangnya api semakin besar dan menyulitkan pandangannya. “Reta kau ada di dalam, Nak?!” teriak Margareta. “Jawab Ibu jika kau ada di dalam!” Samar-samar Margareta mendengar bahwa Rareta menjawab ucapannya, dengan perasaan takut juga kalut Margareta memberanikan diri masuk menembus kobaran api itu untuk menyelamatkan Rareta. Panas menyengat kesekujur kulitnya, tapi harus ia tahan. Hingga akhirnya ia melihat Rareta yang terduduk ketakutan. Margareta langsung memeluknya dan berurusaha membawa Rareta keluar dari sana, sayangnya kayu atap yang terbakar terjatuh dan mengenai punggung Margareta. “Ibu!” seru Rareta melihat Margareta yang terjatuhi kayu itu. “Pergi, Nak. Pergilah dulu!” teriak Margareta memaksa Rareta untuk menyelamatkan dirinya. “Tidak, Bu. Rareta tidak mau!” “Pergi Ibu bilang! Ibu akan menyusulmu setelah ini, Ibu janji!” Margareta terus berteriak pada Rareta. Rareta yang mendengar janji sang ibu hanya bisa pasrah dan meninggalkannya berharap apa yang diucapakan itu benar. Perlahan Rareta keluar dari sana dengan kemudian menyelinap agar tak ada yang tahu, sedangkan Margareta berusaha menyingkirkan kayu itu dari butuhnya semakin sangat sulit. Dan tak berapa lama atap perpustakaan roboh hingga menjatuhi tubuh Margareta yang meninggal di saat itu juga. Mengetahui hal itu Rareta langsung lemas dan terduduk direrumputan, ia berusaha menahan tangisnya yang pecah seketika. Padahal ia yakin ibunya akan menepati janji itu, tapi jelas di depan matanya bahwa ibunya terpanggang di sana dan pasti mati. Rareta tak ingin berpikir buruk tentang itu tapi tak perlu berpikir pun ia pasti yakin Ibunya tak akan bisa kembali lagi. Api terus saja berkobar, ia tak bisa kembali kerumah karena orang-orang termasuk kepala gereja yakni Uskup Ruksada pasti akan mencari dirinya dan pastinya akan menyeretnya keluar dari sana. Apalagi jika mereka tahu bahwa ia penyebab ibunya yakni Margareta mati dalam kobaran api, pasti orang-orang semakin yakin bahwa anak pembawa sial yang selama ini mereka katakan itu bukan hanya sebuah ucapan tapi memang sebuah kenyataan. Kini dengan tubuh yang terluka akibat sedikit luka bakar Rareta membawanya pergi menjauh agar orang-orang tak semakin membencinya, ia tak tahu pergi kemana tapi yang pasti ia akan pergi sejauh mungkin hingga orang-orang tak ada yang mengenal dirinya. Jika pun ia bisa hidup seorang diri pasti akan ia usahakan di sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN