Disaat Jun Cheol sedang sibuk memikirkan kekonyolan hal ini dalam kasusnya, samar-samar ia mendengar gadis dihadapannya bergumam memuji dirinya. Tak ingin semakin pening akhirnya Jun Cheol kembali bertanya untuk memastikan sekali lagi sebelum dirinya pergi dari sini, tunggu sebentar! Dirinya perlu menyimpan kontak gadis ini untuk informasi lainnya bukan? Tak ingin kehilangan kontak sepenting ini Jun Cheol pun mencoba mengobrol kembali dengan Ajeng.
"Kamu yakin gak liat map ini sama sekali? Selain karyawan itu apa ada orang lain lagi disini? Lalu setelah kamu dari lantai atas kamu kemana? Ngapain aja setelahnya? Saya gak bisa nungguin dia sampe malem karena saya masih ada perlu dan ada kerjaan yang harus saya selesaikan, begini saja kita saling menyimpan nomer nanti saat karyawan kamu datang kamu hubungi saya karena saya akan bertanya lewat telpon saja dulu. Gi mana? Besoknya baru saya akan temui dia secara langsung," ujar Jun Cheol datar."Gue yakin seratus persen astaga! Karyawan gue ada 3 tapi 1 sakit nah satunya sibuk ngitungin stok barang yang baru dikirim pagi ini, terus sama yang lagi pamit makan siang udah itu aja orang disini. Jadi tuh abis dari ngitung laporan gue cek karyawan gue yang lagi ngitungin barang terus gue ngelapin meja yang ada gelas kopinya terus gue keluar ketemu lu udah gue gak ngapa-ngapain lagi, oh yaudah gue setuju sama ide lu. Mana handphone lu? Gue save nomer gue nih. Iya bebas semau lu aja dah mau kesini kapan," tutur Ajeng menjelaskan.
"Nih handphone saya. Jangan save nomer asal apalagi save nama kamu aneh-aneh repot nanti saya nyarinya oh iya mana handphone kamu biar saya save nomer saya disana! Nanti pas karyawan kamu sudah datang kamu bisa hubungi saya," ujar Jun Cheol datar.
"Oke udah. Gaklah ngapain save nomer asal kurang kerjaan banget! Gak bakal susah kok orang gue favorite in nomer nya terus gue semat juga oh oke nih! Disemat biar gue nyarinya juga gampang ya awas aja kalo susah dicarinya," tutur Ajeng riang.
"Hah? Kamu save apaan ini? BraveHeart? Hah? Astaga! Gak ada nama lain apa? Tenang di situ saya save nama saya dengan nama Jun Cheol," ucap Jun Cheol.
"Yaudah sih yang penting gue kasih nomer gue kan? Udah sono lu katanya ada urusan oh iya jangan di ganti ya bagus kok itu oh gitu oke," tutur Ajeng geli.
Mendengar ucapan nona dihadapannya membuat Jun Cheol melihat jam tangannya dan benar saja, dirinya perlu bergegas sebelum dirinya semakin terlambat dan membuat Barra tak nyaman dengan kinerjanya yang seperti ini.
Tanpa berkata apapun lagi Jun Cheol pergi dengan membawa map yang ia temukan, sementara Ajeng melanjutkan pekerjaannya di cafe yang bagi Jun Cheol ada hal aneh disana. Tak butuh waktu lama akhirnya Jun Cheol sampai di tempat yang telah ditentukan, karena tadi Jun Cheol sempat menghubungi Jin Young untuk menanyakan dimana tempat mereka untuk kembali membahas kasus ini.
Ternyata tempatnya tidak terlalu jauh dari tempat Jun Cheol saat ini, sedangkan Jin Young yang melihat Jun Cheol memasuki ruangan dengan wajah kesal membuat Jin Young menatapnya heran. Tak biasanya Jun Cheol terlihat sekesal ini apakah ada hal yang terjadi sebelumnya, tapi saat Jin Young ingin bertanya pada Jun Cheol.
Barra sudah membahas apa yang ingin Jun Cheol selidiki, akhirnya dengan terpaksa Jin Young menunda pertanyaannya dan mereka bertiga mulai larut dalam pembicaraan dan meeting yang terlihat serius.
"Dari hasil catatan medis ayah saya selama ini beliau tidak memiliki riwayat penyakit jantung ataupun penyakit serius lainnya. Lalu bagaimana bisa beliau meninggal secara tiba-tiba? Padahal beberapa jam sebelumnya ayah saya menghubungi saya karena ada yang perlu kami diskusikan di kantor dan anehnya CCTV diruangan ayah saya dalam keadaan tidak berfungsi bukankah ini terlihat seperti di rencanakan," ujar Barra bingung.
"Kamu tidak sedang menuduh diri kamu sendiri bukan? Semua orang bisa menjadi tersangka sebelum pelaku sebenarnya tertangkap. Lalu kamu sendiri ada dimana saat ayah kamu tiada? Apa yang kamu lakukan hingga ayah kamu perlu menghubungi kamu beberapa jam sebelum ayah kamu meninggal? Adakah orang lain yang memasuki ruangan ayah kamu? Masih terlalu awal untuk mengatakan ini sebuh pembunuhan berencana. Saya perlu mengumpulkan bukti dan banyak hal yang akan saya selidiki lebih dulu," ujar Jun Cheol datar.
"Tentu saja tidak. Mengapa saya menuduh diri saya sendiri lalu memanggil penyelidik sehebat anda? Bukankah artinya saya membunuh diri saya sendiri dengan melakukan hal itu, anda benar semua orang bisa menjadi tersangka sampai pelaku sebenarnya tertangkap. Saat itu saya sedang membantu teman saya di cafe miliknya, seharusnya tidak ada yang masuk karena ayah saya tidak memiliki janji temu dengan siapapun sampai sore hari. Baiklah tapi saya yakin ayah saya meninggal bukan karena penyakit karena saya tau beliau orang yang selalu hidup sehat dan saya mohon bantu saya memecahkan kasus kematian ayah saya detektif," ujar Barra sedih.
Jun Cheol yang mendengar kesaksian Barra pun membuatnya mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan pemikiran Barra, Barra benar jika Barra yang membunuh ayahnya lalu mengapa ia memanggil dirinya bukankah artinya Barra menghampiri ajalnya sendiri.
Bagi Jun Cheol masih banyak hal yang perlu ia periksa dan ia urai kembali satu persatu rahasia yang coba di tutup-tutupi ini, seketika Jun Cheol teringat map yang ia temukan dan dirinya ingat tadi Barra menyebutkan cafe mungkinkah cafe itu memiliki hubungannya dengan kasus ini? Tak lama Jun Cheol membuka map yang sejak tadi ia kejar dan kini matanya membulat sempurna saat melihat isi map yang ternyata sesuai dengan tebakannya.
Jun Cheol menebak pria paruh baya tadi berlari pasti menyembunyikan sebuah bukti yang sangat penting dan benar saja map ini berisi foto hasil autopsi dari kepolisian, tunggu sebentar! Bagaimana bisa dokumen sepenting ini ada di tangan pria paruh baya itu? Dan mengapa bisa bukti seperti ini ada di cafe yang terlihat biasa itu? Tanpa basa-basi Jun Cheol pun menunjukkan apa yang ia temui dan apa yang ingin iya tanyakan.
"Saya menemukan bukti ini ketika saya tidak sengaja melihat pria paruh baya saat di pinggir jalan selama saya mengumpulkan bukti dan anehnya tiba-tiba saja map ini berada di sebuah cafe. Apakah cafe milik teman anda sama dengan cafe yang saya temui? Karena cafe yang saya temui pemiliknya nona muda. Lalu bagaimana dengan anda? Cafenya berbeda atau memang sama yang kita temui," ujar Jun Cheol menjelaskan
"Inikan foto-foto hasil autopsi dari kepolisian? Saya tidak diizinkan melihat ayah saya selama pemakaman. Kolega dan dewan perusahaan ayah saya meminta saya mengerjakan seluruh pertemuan dan jadwal yang seharusnya dihadiri ayah saya, ternyata ayah saya luka-luka seperti ini? Saya ingin sekali bisa melihat ayah saya untuk terakhir kali tapi saya tak bisa melihatnya. Iya teman saya memang seorang gadis muda. Loh kenapa bisa ada disana? Sepertinya semuanya semakin rumit apakah saya bisa mempercayai anda untuk memecahkan kasus kematian ayah saya? Saya berharap pelakunya dapat tertangkap diadili dengan sepantasnya," ucap Barra sedih.
"Berarti sama. Baik saya akan melakukan yang terbaik dan tidak akan mengecewakan anda jadi tolong kerjasamanya," ujar Jun Cheol sopan.
Barra mengganggukkan kepalanya mengerti dan ia menjabat tangan Jun Cheol dengan yakin, karena Barra yakin Jun Cheol dengan segala pengalamannya akan mampu memecahkan kasus kematian ayahnya yang terasa sangat tidak adil untuknya.
Sebab Barra dan Ayahnya cukup dekat, menurut Barra ayahnya adalah segalanya bagi Barra jadi ia tidak akan membiarkan pembunuh ayahnya hidup damai dan tenang. Setelah pertemuannya dengan Jun Cheol Barra pun berlalu pergi karena masih ada yang perlu Barra kerjakan, sementara itu dilain sisi seseorang yang terlihat telah berumur memaki dan menghukum bawahannya karena telah teledor meninggalkan bukti sepenting itu.
Sementara Jun Cheol menatap foto-foto dihadapannya dengan pandangan bingung lalu tak lama Jin Young menghampirinya dan memberikan segelas kopi untuk menyegarkan pikiran Jun Cheol yang terlihat penat dan bingung disaat bersamaan.
"Maybe you need coffe? Nih Jun," tutur Jin Young lembut.
Mendengar ucapan Jin Young membuat Jun Cheol mengalihkan pandangannya dan tak lama ia mencoba mengajak diskusi Jin Young sambil berjalan kembali ke hotelnya, sedangkan Jin Young mendengarkan Jun Cheol dan mengobrol santai dengannya.
"Jin Young! Menurut anda kenapa map ini bisa di cafe itu?" tanya Jun Cheol bingung.
"Bisa jadi ada keterkaitannya atau ada yang sengaja meletakkannya disana, memang kenapa Jun? Oh iya tadi kenapa kamu kesal seperti itu?" tutur Jin Young.
"Hm benar juga, menurutmu kenapa bisa seperti itu? Oh itu tadi ada gadis muda menyebalkan dan ya begitulah," tutur Jun Cheol.
"Menurut saya, terkadang manusia terbiasa melimpahkan kesalahannya pada orang lain demi melindungi dirinya sendiri. Lalu menurut anda bagaimana Jun? Hah? Menyebalkan bagaimana Jun? Tidak biasanya anda seperti ini?" tanya Jin Young bingung.
"Hm masuk akal, bisa jadi ucapanmu dan ucapan Barra benar hal ini bisa di sengaja oleh seseorang yang menginginkan satu hal jadi menurutmu bagaimana dan kenapa orang itu melakukannya? Abaikan Jin Young! Kita harus fokus dengan kasus ini, hah? Tidak biasa bagaimana?" ujar Jun Cheol datar.
"Berarti untuk sementara kasus ini bisa jadi dugaan pembunuhan Jun? Hm untuk pertanyaan itu saya belum bisa menjawabnya karena belum menemukan hal apapun. Tenang saja saya akan tetap fokus dengan kasus ini Jun, tidak biasanya kamu terlihat kesal seperti tadi. Memang kamu tidak merasakannya?" tanya Jin Young bingung.
Mendengar pertanyaan Jin Young membuat Jun Cheol mengerutkan dahinya bingung lalu Jun Cheol berjalan memasuki lobi hotel dan terus mengabaikan pertanyaan Jin Young, hingga sesampainya di kamar Jun Cheol kembali memeriksa foto-foto yang berada dalam map dan tak lama Jun Cheol terlihat sibuk saat ini.
"Jun Cheol! Jangan bilang kamu kesal karena gadis itu menyukaimu? Atau kamu tidak sedang jatuh hati bukan? Ya! Choi Jun Cheol jawab temanmu!" tanya Jin Young kesal.
Melihat Jun Cheol yang menyibukkan dirinya membuat Jin Young menghela nafasnya gusar, Jun Cheol memang biasa terlihat mendiamkan Jin Young yang mulai membahas soal pasangan tapi mau sampai kapan pemuda ini terus melajang? Tak ingin Jun Cheol selalu seperti ini akhirnya Jin Young mencoba mempertanyakannya.
"Jun! Anda gak berniat menyelam sambil minum air?" tanya Jin Young frustasi.
Tak lama Jun Cheol mengalihkan pandangannya dan menatap Jin Young bingung, sedangkan Jin Young yang ditatap pun juga balik menatap lekat Jun Cheol dan mereka berdua mengobrol sambil sibuk dengan laporan yang sedang mereka tangani.
"Ngapain saya nyelam sambil minum air? Keselek saya yang ada," ujar Jun Cheol bingung.
"Astaga bukan gitu Jun! Maksud saya kenapa kamu gak sekalian nyari pasangan atau pendamping kamu? Emang kamu gak bosen sendiri?" tanya Jin Young kesal.
"Oh pepatah! Bilang dong! Lagian gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba bahas kayak gitu, saya kira anda terbentur. Tunggu sebentar! Ini kenapa bahas pasangan Jin Young! Kita di Indonesia untuk bekerja memecahkan kasus bukan cari jodoh ya!" omel Jun Cheol ikut kesal.
"Habis sikap marah anda tadi seperti orang jatuh hati saja, saya kira anda uring-uringan karena tidak dapat nomer ponselnya? Tidak ya?" tanya Jin Young mencoba meledek Jun Cheol.
"Saya kesal karena saya dikira petugas kebersihan Jin Young! Bukan karena saya jatuh hati! Jatuh hati kepalamu! Mana ada orang jatuh cinta malah kesal seperti saya?! Anda tidak waras ya!" omel Jun Cheol kesal.
Mendengar ucapan Jun Cheol justru membuat Jin Young tertawa terbahak-bahak, sedangkan Jun Cheol yang di tertawakan justru melempar bantal yang ada di sofa ke wajah Jin Young. Temannya benar-benar laknat sekali, bukannya simpati malah tertawa seperti ini.
"Ahahahahahahahahahahahahahaha!" tawa Jin Young senang.
Melihat ekspresi wajah kesal Jun Cheol membuat Jin Young mengendalikan tawanya, lalu ia meminta Jun Cheol menjelaskan kejadian yang tidak ia lihat itu. Sepertinya akan menyenangkan jika melihat langsung, baru kali ini ada seorang gadis yang mengira Jun Cheol petugas kebersihan biasanya mereka mengira Jun Cheol seorang idola atau artis.
"Ahahaha ... Lalu bagaimana kejadiannya Jun? Baru kali ini saya mendengar ada gadis yang mengira anda petugas kebersihan," tanya Jin Young senang.
Jun Cheol yang mendengar pertanyaan Jin Young membuatnya menatapnya kesal dan lagi-lagi ia mendiamkan Jin Young yang masih penasaran dengan kejadiannya, sementara Jin Young yang melihat Jun Cheol mendiamkan membuatnya ingin kembali meledek Jun Cheol tapi suara dering ponsel Jun Cheol membuat Jin Young belum menyelesaikan candaannya.
"Jadi bagaimana kejadiannya Jun! Apa yang terjadi disana? Apa yang anda lakukan hingga dikira ...," ucap Jin Young terhenti.
Mendengar ponselnya berdering membuat Jun Cheol mengangkat ponselnya dan diam-diam Jin Young mendengar percakapan Jun Cheol dengan seseorang di ponselnya, Jun Cheol tau Jin Young mendengarkannya tapi dirinya sedang serius menatap foto-foto dihadapannya jadi ia tak bisa beranjak dari posisinya.
"Apa?" ujar Jun Cheol datar.
"Karyawan gue udah dateng nih! Katanya lu mau nanya-nanya sama dia?" tutur Ajeng sekenanya.
Menyadari panggilan telponnya cukup penting sejenak membuat Jun Cheol menimbang-nimbang apakah ia perlu membahas lewat ponsel atau secara langsung, sedangkan Jin Young tak mendengar jelas apa yang dikatakan seseorang disana membuatnya ingin menjahili Jun Cheol tapi Jun Cheol yang menyadari tingkah absurd Jin Young membuatnya menutup mulut Jin Young dengan tangannya lalu ia memutuskan untuk membahas secara langsung saja besok.
"Besok saja saya akan berbicara langsung dengannya," ucap Jun Cheol datar.
"Yaudah oke," tutur Ajeng mengiyakan.
|Bersambung|