Langit berwarna cerah tapi perasaan Jun Cheol tak secerah langit hari ini, bagaimana tidak? Pagi-pagi sekali Jin Young sudah berteriak membangunkannya padahal setelah makan malam kemarin Jun Cheol kembali memahami laporan yang dikirim Jin Young hingga ia tertidur pukul 1 dini hari.
Masih dengan perasaan kesal Jun Cheol berjalan mengikuti langkah besar Jin Young menuju tempat yang akan mereka berdua survei, sesampainya di lokasi Jun Cheol melihat ada tiga orang yang menatapnya dengan pandangan berbeda-beda.
Tak ingin terlalu banyak berfikir, Jun Cheol pun tetap mengikuti langkah Jin Young dan tak lama Jun Cheol menjabat tangan mereka bertiga lalu mereka berlima segera membahas kasus yang diberikan pada Jun Cheol.
"Saya yang mengirimkan email untuk meminta anda agar kasus kematian ayah saya ditangani oleh orang sehebat anda, saya Barra Nahara Adi dan semoga kasusnya dapat terpecahkan dengan baik ya Mr.Choi Jun Cheol?" ujar Barra sopan.
"Panggil saya Jun Cheol saja karena saya tidak terlalu suka di panggil seperti itu, lalu sekarang apa anda tidak keberataan untuk dimintai keterangan?" tutur Jun Cheol datar.
"Baiklah, ah keterangan ya? Apa laporan yang saya kirim masih kurang lengkap? Oh iya disamping saya orang kepercayaan saya Azka Satya Bakti lalu yang disebelah sana ada Zhang Xin Qian dia yang bertugas memegang kasus kematian ayah saya sebelum kedatangan anda Jun Cheol," ucap Barra menjelaskan.
"Ah begitu tapi saya bertanya mengenai keterangan anda perihal kasus ini, mengapa anda mengalihkan pembicaraan? Apakah anda tidak bersedia atau bermaksud menunda kasus ini untuk diselesaikan?" tanya Jun Cheol dingin.
Suasana seketika menjadi hening dan canggung tapi tak lama ponsel Barra berdering dan ia pergi untuk mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya, sedangkan Jin Young menatap bingung Jun Cheol tak biasanya ia berbicara seperti ini.
Setelah mengangkat panggilan yang tiba-tiba, tak lama Barra kembali ke tempat duduknya tapi sayang ia ada urusan yang harus dilakukannya sekarang jadi ia meminta Xin Qian untuk menemani Jun Cheol mencari bukti-bukti yang dibutuhkan dan Barra berjanji akan kembali membahas kasus ini sore hari setelah urusannya selesai.
"Saya minta maaf karena ada urusan yang perlu saya selesaikan sekarang jadi saya minta Xin Qian untuk menemani Jun Cheol mencari bukti-bukti yang ia butuhkan, saya janji nanti sore kita akan kembali membahas kasus ini lagi setelah urusan saya selesai. Bagaimana?" ujar Barra.
Jun Cheol hanya menatap datar pemuda dihadapannya hingga Jin Young dengan canggung mencoba menanggapi ucapan Barra, sedangkan Barra hanya mengganggukkan kepalanya mengerti saat mendengar ucapan Jin Young lalu Barra berlalu pergi diikuti Azka.
"Ah tidak apa-apa Barra ... Hm, kami akan menghubungi anda jika diperlukan oh iya tolong nanti beri tahu saya dimana lokasi kami untuk meeting kembali karena saya orang kepercayaan Jun Cheol. Saya Jin Young," tutur Jin Young canggung.
Setelah kepergian Barra dan Azka, Jun Cheol pun melangkah kakinya meninggalkan Jin Young dan Xin Qian yang tak melepaskan pandangannya dari wajah Jun Cheol. Tak ingin langkahnya tertinggal membuat Jin Young mempercepat langkahnya dan menanyai mengapa Jun Cheol berkata seperti itu, sedangkan Jun Cheol yang ditanyai hanya menjawabnya dingin.
"Astaga Jun! Kenapa berkata seperti itu Jun?" tanya Jin Young bingung.
"Sudah tugas saya seperti itu bukan?" tutur Jun Cheol dingin.
Mendengar ucapan Jun Cheol membuat Jin Young menggeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti lalu Jin Young mengajak Jun Cheol dan Xin Qian untuk mencari camilan sambil mencari sesuatu disekitar sini, keduanya pun hanya menganggukkan kepalanya lalu tak lama mereka bertiga menghampiri outlet makanan ringan tapi Xin Qian pamit pergi ke toilet sebentar.
"Hm, saya ke toilet sebentar ya Jin Young!" ujar Xin Qian terburu-buru.
"Ah iya! Iya silahkan, oh iya mba saya pesan hm apa ini namanya ah pokoknya ini 3 ya mba ah iya satunya jangan pedas ok?" tutur Jin Young lembut.
Disaat Jin Young sedang memesan makanan, Jun Cheol melihat seorang pria paruh baya menatap sekeliling dengan waspada dan berkali-kali ia kelihatan ketakutan. Akhirnya dengan langkah cepat Jun Cheol menghampirinya dan mencoba mengajaknya ngobrol, karena rasanya ada yang tidak benar dari pria paruh baya ini.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu? Anda baik-baik saja? Ah maaf map apa yang anda pegang itu tuan?" tanya Jun Cheol.
Bukannya menjawab pertanyaan Jun Cheol pria paruh baya itu justru berlari sekencang mungkin seakan ketakutan dengan pertanyaan Jun Cheol, merasa yakin ada yang tidak beres dengan pria itu akhirnya Jun Cheol pun ikut berlari mengejar pria paruh baya yang ia temui.
Ini bukan adegan film laga ataupun film dokumenter yang akan ditayangkan melainkan kejadian yang tak sengaja terjadi tapi terasa mencurigakan bagi Jun Cheol, baginya tak ada yang terjadi secara kebetulan dalam dunia ini.
Selalu ada alasan dan penjelasan dari setiap hal yang terjadi dan menurut Jun Cheol, ia merasa perlu mengejar pria paruh baya itu. Terlebih dirinya yang bertanggung jawab penuh dalam kasus yang ditanganikan? Sudah menjadi pekerjaannya untuk menyelesaikan apa yang diberikan padanya tapi sayang dirinya kehilangan pria paruh baya itu, bagaimana bisa di usianya yang setua itu dirinya bisa berlari dengan begitu cepat? Bahkan mengalahkan dirinya yang terus saja mengejarnya.
Jun Cheol yakin pasti ada seseorang yang membantunya atau dia bersembunyi di suatu tempat? Ya! Pasti pria paruh baya itu sedang bersembunyi sekarang, tak ingin menyerah secepat ini membuat Jun Cheol menyibukkan diri dengan mencari keberadaan pria paruh baya tadi di seluruh sudut yang terasa mencurigakan tapi tak lama sebuah suara terdengar memanggilnya hingga membuat pemuda ini menatapnya bingung.
"Jun Cheol!!! Ternyata kamu disini. Daritadi saya mencari kamu tau," ujar Xin Qian lelah.
"Ada apa," ucap Jun Cheol datar.
"Nanti sore kamu harus pergi meeting lagikan, Jun Cheol?" ujar Xin Qian gugup.
"Iya," ucap Jun Cheol seadanya.
Merasa masih ada yang aneh dengan apa yang ia lihat hari ini, membuat Jun Cheol yang hendak meninggalkan tempatnya berdiri kini justru berbalik dan menatap Cafe yang tak jauh dari hadapannya dengan tatapan yang serius dan lekat.
Rasanya cafe ini seakan-akan menarik perhatiannya dan meminta Jun Cheol untuk melihat ke dalamnya untuk sekedar memeriksa, Xin Qian yang melihat Jun Cheol ingin memasuki cafe di hadapan mereka saat ini justru melarangnya.
"Kamu ngapain masuk ke cafe itu? Bukannya kamu ingin pergi? Lebih baik tidak usah masuk ke sana atau malah nanti kamu membuat Barra menunggu," ujar Xin Qian melarang Jun Cheol.
Jun Cheol mengalihkan pandangannya dan menatap tajam Xin Qian, bagaimana bisa Xin Qian berani melarang Jun Cheol? Xin Qian bukan atasan Jun Cheol. Merasa di intimidasi membuat Xin Qian menundukkan kepalanya takut, sementara Jun Cheol memperingatinya untuk tidak mengatur dirinya.
Karena mau bagaimanapun juga apapun yang Jun Cheol lakukan adalah caranya dalam menyelesaikan pekerjaan, jadi bukan hak Xin Qian melarang apalagi mengatur apa yang harus Jun Cheol kerjakan atau apa yang akan Jun Cheol lakukan karena Jun Cheol tidak menerima perintah selain dari orang yang memanggilnya kesini.
"Mau ke mana saya adalah urusan saya! Apapun yang saya lakukan adalah cara saya dalam menyelesaikan pekerjaan saya jadi kamu tidak perlu mengatur-ngatur saya harus ke mana, atau saya harus apa! kamu paham? Kamu bukan atasan saya jadi lakukan apapun yang kamu mau dan biarkan saya melakukan cara saya sendiri," ucap Jun Cheol mengingatkan.
Xin Qian yang mendengar ucapan Jun Cheol hanya bisa terdiam sambil mengepalkan tangannya kesal, Jun melihatnya tapi ia tak perduli karena bukan urusannya jika Xin Qian membencinya. Tujuannya adalah menyelesaikan pekerjaannya disini bukan untuk membuang-buang waktu dengan kisah romansa yang mengikat diri dalam hubungan yang merepotkan.
Namun saat Jun Cheol ingin membuka pintu cafe, pintu cafe telah terbuka hingga menampakkan seorang gadis muda yang menatapnya bingung tapi tak lama gadis muda itu menyuruhnya.
"Eh lu iya lu yang liat sini! Tadi lu meminjam sekop gue mana? Udah di balikin belom sekopnya? Siniin mau gue pake," ucap Ajeng datar.
Tunggu sebentar! Gadis muda itu baru saja menyuruhnya? Siapa gadis muda ini hingga berani-beraninya menyuruh Jun Cheol? anehnya meski dirinya menolak hal yang ia dengar tetapi tubuhnya bergerak mengikuti keinginan gadis muda ini, Jun Cheol meraih benda yang ia pikir itu sekop dan membawanya ke dalam cafe dengan wajah datarnya.
Gadis muda yang bernama Ajeng itu menatap pria di hadapannya bingung, memang kapan dirinya meminta sapu? Apakah pria ini tidak tau yang mana sekop? Lah darimana pria Aneh ini? Tapi tunggu dulu? Wajahnya asing seperti bukan orang pribumi.
Melihat hal yang membingungkan ini membuat Ajeng menepuk dahinya kesal, sementara Jun Cheol menatap gadis di hadapannya ini dengan tatapan sama bingungnya dan tak lama Ajeng mulai bertanya dan memperjelas apa yang terjadi disini.
"Sejak kapan gue minta sapu? Lu gak tau sekop kayak apa? Lu orang mana dah? Kenapa muka lu asing gitu? Bukannya lu tuh anak magang yang bersih-bersih disini," ucap Ajeng bingung.
Jun Cheol yang mendengar ucapan gadis muda di hadapannya membuat Jun Cheol membulat kan matanya tak percaya, bagaimana bisa dirinya disebut petugas bersih-bersih? Apakah mata gadis ini bermasalah? Jun Cheol yang kesal pun menjelaskan siapa dirinya.
"Anak magang yang bersih-bersih disini? Jadi maksud kamu saya petugas kebersihan! Astaga! Saya Private Detective/Private Investigators dari Korea Selatan. Mata anda bermasalah nona? Perlu saya antar ke dokter," jawab Jun Cheol kesal.
Ajeng yang mendengar ucapan pria di hadapannya tanpa sadar ia tertawa, sementara Jun Cheol yang ditertawakan pun mengeluarkan kartu namanya ke atas meja tepat di samping Ajeng berdiri. Setelah membaca kartu nama yang diberikan pemuda ini tanpa sadar membuat Ajeng menatapnya tak percaya, jadi pemuda di hadapannya adalah detektif sungguhan? Ya ampun dirinya salah orang ternyata.
Sedangkan tatapan mata Jun Cheol malah teralihkan melihat map yang terabaikan di meja samping Ajeng berdiri, bukankah map ini persis dengan map yang dipegang pria paruh baya itu sejak tadi. Bahkan pria paruh baya itu segera berlari dengan kencang saat Jun Cheol menanyakan isi map tersebut, apakah gadis muda ini ada sangkutannya dengan pria paruh baya yang tadi Jun Cheol temui.
Ajeng yang merasa ditatap serius oleh pemuda di hadapannya pun malah membuatnya merasa tak enak hati karena telah menyuruh-nyuruh orang yang tidak ia kenal, habisnya pemuda ini berdiri di depan pintu persis dengan anak magang yang bersih-bersih di cafe nya.
Merasa tak nyaman dengan suasana hening seperti ini membuat Ajeng meminta maaf tetapi dirinya dan Jun Cheol justru berbicara secara bersamaan, keduanya pun menatap heran dan Jun Cheol mempersilahkan nona ini berbicara duluan nanti dirinya akan berbicara setelahnya.
"Oke oke gue salah. Gue mau minta maaf karena gue ...," ucap Ajeng bersamaan.
"Kenapa map ini bisa ada disini? Nona kenal dengan orang yang ...," ucap Jun Cheol bersamaan.
"Dih kok barengan. Gue jadi gak ngerti lu ngomong apa," ujar Ajeng kesal.
"Oke kamu dulu mau ngomong apa nanti setelahnya saya perlu bertanya," tutur Jun Cheol datar.
"Gue cuma mau minta maaf aja karena nyuruh-nyuruh orang sembarangan. Abisnya lu berdiri depan cafe gue persis banget kayak anak magang yang biasa bersih-bersih di sini sorry deh kalo gue keterlaluan," ucap Ajeng menyesal.
"Soal itu gak masalah. Lain kali tanya dulu dari mana jangan langsung bicara gitu aja, gimana kalo ternyata saya orang jahat? Kamu bisa dalam bahaya oh iya ada yang perlu saya tanyakan. Boleh saya duduk?," tanya Jun Cheol serius.
"Iya lain kali gak akan gitu. Tanya apa? Ya duduk aja silahkan," ucap Ajeng bingung.
"Bagus diingat itu. Map ini dari siapa? Kenapa bisa ada di kamu?," tanya Jun Cheol serius.
"Iya gue inget. Map apaan itu? Gak tau dari siapa, emang ada di mana? Gue gak liat map itu daritadi. Punya lu mungkin," ucap Ajeng semakin bingung.
"Tolong bicara jujur. Kamu tidak perlu berbohong dihadapan saya," tutur Jun Cheol datar.
"Eh bang, mas, oppa apalah itu! Gue ngomong jujur ya gue gak tau itu map apaan, isinya apaan, darimana, ada di mana atau buat siapa karena emang dari tadi gue gak liat map itu. Kok lu malah nuduh gue sih! Maksud lu apaan nih nuduh-nuduh gue," ucap Ajeng kesal.
"Karena saya hanya mengingatkan kamu untuk tidak berbohong bukan menuduh. Oke saya ganti pertanyaan saya, ada orang yang masuk kesini selain kamu? Atau ada karyawan lain disini? Saya perlu mengumpulkan bukti dan kesaksian untuk segera di proses," tutur Jun Cheol datar.
"Tadi gue sibuk dilantai atas karena ada laporan yang perlu gue check jadi gue gak tau ada orang yang masuk ke cafe atau gak tapi seinget gue tadi salah satu karyawan kedengeran ngobrol sama pelanggan terus gak lama dia pamit buat makan siang. Entar aja lu kesini lagi dia sampe malem biasanya disini. Kalo emang lu butuh penjelasan lagi mungkin dia tau sesuatu tentang map yang lu pegang. Yang pasti pemilik mapnya bukan gue," ujar Ajeng menjelaskan.
Mendengar penjelasan Ajeng sejenak membuat Jun Cheol memikirkan lagi apa yang sebenarnya terjadi dalam kasusnya kali ini, disaat Jun Cheol sibuk berpikir tiba-tiba ponsel Jun Cheol berdering hingga membuat Jun Cheol segera mengangkatnya.
Sementara Ajeng yang melihat pemuda dihadapannya sibuk dengan ponselnya membuat dirinya tanpa sadar menatap takjub wajah asing pemuda dihadapannya, wajahnya seperti orang blasteran dan tampan. Sadar akan pikiran ngawurnya, Ajeng pun menggumamkan apa yang terus berputar di kepalanya saat ini.
"Cakep-cakep tapi hatinya dingin bikin pening aja ini orang," gumam Ajeng kesal.
|Bersambung|