Azzura menghela nafas panjang, dadanya membuncah ingin berteriak keras. Kenapa harus bertemu lagi, KENAPA? Dia sudah menahan diri untuk tidak terjebak dalam kerinduan. Tapi, kenapa Tuhan, kenapa begitu tega mempermainkan perasaannya seperti ini. KENAPA? “Maaf, nak. Bapak tidak tahu kontrakan Zura ada disini.” kata Budi menyesal melihat tatapan Azzura jelas terlihat kesal. Dari sekian banyak kontrakan, dan tempat untuk dia berteduh malam ini, Budi juga tidak tahu mengapa kedua kaki membawanya kemari. Apa karena nalurinya sebagai seorang bapak? Kenapa sangat terlambat mengikuti kemana hati dan naluri membawanya setelah membuat putri dan istrinya menderita? “Anda bohong kan? Apa ini yang anda bilang keluar kota?” Budi menggeleng. “Itu tidak benar, Zura. bapak kesini cuman mau berteduh,