"Lo nggak pulang?" tanya Azzam, sedari tadi pemuda itu tak melepaskan pandangan dari Azzura sampai gadis itu selesai nyanyi, dia sudah berdiri di sampingnya.
"Lho, kok masih disini? Nggak balik?"
"Malah balik nanya."
Azzura tertawa kecil, matanya melirik ke belakang Azzam membuat pemuda itu menengok dan seperti yang ia pikirkan, Rama bakal mendatangi Azzura.
"Hai, Zura." Rama tersenyum ramah.
Azzam hanya berpindah tempat berdiri di sebelah Azzura.
"Oh hai. Rama kan?"
Azzam memutar bola matanya. Ngapain pake diingat sih, kan jadi pede dianya. Batinnya.
"Hehe, ingat ternyata. Makasih udah di ingat." ucap Rama.
"Sama-sama, lagian yang ngenalin diri sebagai Rama cuma lo doang kok hehe."
Pfftt. Mamam tuh.
Azzam mengulum bibir tertawa dalam diam.
"Ahh, lo biasa aja. Oyah, nomor lo kok yang angkat bapak-bapak? Nomor handphone bapaknya atau siapa?" tanya Rama mengabaikan keberadaan Azzam, yang sedari tadi emang nggak keliatan bagi Rama.
Ngomong soal bapak, Azzura sedikit sensitif soal itu. Meski begitu, ia masih tersenyum seolah tidak terjadi sesuatu mengingat sosoknya.
"Ah sorry, gue lupa kalau_"
"Sorry menyela," Azzura dan Rama menoleh ke arah Azzam meski enggang untuk menatap lelaki itu. Azzam melanjutkan, "pacar gue harus balik nih, udah jam segini soalnya." ucap Azzam dengan lantangnya bahkan lengannya kini bertengger pada bahu Azzura.
"O-oh?" Azzura termangu.
"Pa-pacar? Siapa? Azzura?" Rama tersenyum canggung bertanya.
Otak Azzura seketika kosong dengan mata membola tak percaya mendengar ucapan tiba-tiba Azzam. Entah apa maksud laki-laki itu, mulut Azzura kelu, ingin mengatakan sesuatu tapi tak bisa dan hanya bergerak-gerak tanpa suara. Azzam mengedipkan sebelah mata, spontan Azzura ikut mengedipkan sebelah matanya bingung dengan kedipan tersebut.
"Lo ngapain Samsul!!" bisik Azzura.
Bukan menjelaskan Azzam malah berkata,"Zura jangan gini dong, masalah boba tadi gue minta maaf jangan marah lagi. Mending kita balik sekarang, kan pamit sama ibu cuma sampe jam lima sore. Entar ibu khawatir gimana? Udah yuk," meraih gitar milik Azzura, mendekatkan wajahnya di telinga Azzura dan berbisik.
"Lo nggak mungkin permalukan gue kan? Sorry tapi lo sahabat Delon dan gue nggak mungkin biarin cowok yang udah punya pacar malah petakilan. Nggak percaya, tuh di pojokan belakang meja gue tadi ceweknya dari tadi liatin lo terus." diam-diam Azzura mencoba menghilangkan gugupnya tertawa canggung, ekor matanya melirik ke arah meja paling pojok dan emang bener sih, disana ada cewek berambut pendek kecoklatan memandangnya dingin.
"Ah, ha-ha-ha," Azzura melirik Azzam yang sedang memainkan alisnya. "g-gue sama Azzam balik duluan ya, ibu lagi sakit soalnya. Bentar," melepaskan diri dari rangkulan Azzam, geli aja gitu dirangkul orang lain selain Nayla dan Delon.
Azzura berjalan ke arah anak-anak band lainnya, Azzam melihat gadis itu menyalami mereka satu persatu lalu membungkuk pada orang di depan kasir.
"Gue tau lo cuma ngaku doang." lontar Rama mengalihkan pandangan Azzam dari Azzura. Pemuda tampan berambut sedikit gondrong itu menaikkan wajahnya tersenyum miring.
"Harusnya tau dong kenapa gue ngelakuin ini? Apa perlu di perjelas juga?" ujarnya mendapat kekehan kecil.
"Segitu takutnya dia ngelirik gue sampai lo ngelakuin hal murahan kayak gini."
"Apa salahnya? Usaha kan suka-suka orang termasuk gue."
"Cih, usaha yang nyusahin orang. Kalau gue dengan cara gini fine fine aja, lah situ usahanya malah bikin Azzura nggak nyaman. Mikir pake otak." ujar Rama seakan menjatuhkan harga diri seorang Azzam.
Apa ia, Azzura nggak nyaman karenanya?
Pegangan tangan Azzam pada tali gitar Azzura mengerat. Tatapannya yang dingin semakin dingin. Namun kembali lembut dan biasa-biasa saja melihat Azzura berjalan ke arah mereka.
"Gue_"
"Gapapa, lain kali aja. Sampai ketemu lagi, gue harap lo selalu senyum, soalnya cantik." sela Rama tersenyum ramah berbalik kembali ke mejanya.
"Ahh, oke." nengok ke samping dimana Azzam merasakan panas mendengar pujian Rama buatnya.
"Lo!?" alis Azzura saling bertautan melihat Azzam pergi begitu saja.
"Eh, gitar gue." berlari kecil mengejar Azzam keluar kafe. Dari jauh Rama tersenyum miring melihat Azzam dan Azzura di luar sana.
Sesuka itu lo sama dia? Kayaknya seru, kapan lagi ngeliat kapten sok keren kayak dia cemburu. Batin Rama
***
"Zam, tunggu. Gue bisa naik ojek kok." Azzura menarik ujung jaket Azzam. Membuat pemuda itu menoleh ke belakang sebelum naik ke motor.
Matanya bergerak ke bawah melihat telapak tangan Azzura tengah menadah meminta miliknya yang berada padanya. Sayangnya, ini semua kepalang tanggung jadi lebih baik diteruskan saja. Toh, malah lebih bagus lagi buat manas-manasin si Rama di dalam sana.
"Lho kok?" mata Azzura berkedip-kedip melihat Azzam malah menggendong belakang gitarnya.
"Gue antar pulang."
"Gak bisa, gue harus_"
"Temenin gue makan."
"Zam please, masih banyak yang harus gue kerjain. Lo kan bisa ngajak yang lain, jangan gue."
"Mau nya lo."
Azzura geram.
"Lo kenapa sih? Udah ngaku pacar gue sekarang maksa buat makan."
"Tepatnya nemenin gue, nggak ada yang ngajakin situ."
"Terserah lo congkak."
"Asal tampan, kenapa gak!?"
"Ya Allah, ngeselin."
"Tapi keren kan?"
"Au ah."
Azzam tertawa menunjuk jok belakang. "Naik gih, beneran deh temenin gue makan. Tenang aja, pakai black card." ucapnya songong menaik turunkan alisnya masih tetap tidak mau kalah. Azzura hanya memutar bola matanya muak dengan tingkah sahabat Delon ini.
Satu hal yang tidak pernah ia bayangkan, cowok yang katanya irit ngomong cem lagi sariawan atau mungkin bisu malah ngomong tanpa ditanya sekarang, mana nggak tau malu lagi.
Azzura menghela nafas kasar. Dia tidak mau kehilangan pekerjaan lagi gara-gara telat.
"Bentar," menarik tangan Azzura pelan, lalu meraih helm dan memakaikan nya pada Azzura dan itu sedikit kebesaran di kepala Azzura.
"Astaga, lo nggak punya mata, atau mata lo picek. Udah jelas-jelas ini ketutupan ego!"
Tuk! Azzam hanya tertawa mengetuk kaca helmnya. Membuat Azzura menggeram kesal.
"Naik sekarang." suruhnya menaruh telapak tangan Azzura di bahunya.
Meski tidak mau, Azzura hanya bisa menghela nafas panjang mulai naik di jok belakang motor Azzam.
"Dosa gak sih kalau gue minta malaikat maut nyabut nyawa orang ini." cetus Azzura mendengus kesal karena helm Azzam benar-benar mengganggunya.
"Wkwkw, nggak boleh gitu, entar lo sedih kalau gue mati."
"Pede gila lo."
"Harus."
"Hadeh, lagian kok bisa lo yang dingin bisa sehangat ini?"
"Tau dari mana? Gue biasa aja."
"Ah masa, cewek-cewek di sekolah juga pada tau kalo elo itu dingin, judes, cuek, kerjaannya cuma ngebasket, tebar pesona sama belajar gak pernah ngebacot kayak sekarang. Lagian gue bilang jangan_"
"Sama cewek lain kan, bukan sama situ. lagian gue gini ke elo doang. Cewek yang nggak pernah ngelirik gue di saat yang lain pada jejeritan, ya elo." sela Azzam mulai menstarter motornya meninggalkan kafe.
"Seneng banget keknya. Jangan gitu, kasian anak orang berharap, kasih kepastian kalau pujaan hatinya milik orang lain."
"Ya udah besok bareng gue aja."
"Hubungannya?"
"Elo yang ngomong kan buat ngasih mereka kepastian kalau hati gue milik orang lain. Dan orangnya elo."
Tuk! Azzam meringis mendapat jitakan daerah kepala belakangnya.
"Sakit anjir!"
"Ya elu sekate-sekate ngomong gitu." bukan apa-apa, dibonceng sama cowok lain selain Delon sama abang gojek baru pertama kali buat Azzura. Biarpun dia biasa ngegombalin, ngebaperin cowok-cowok di sekolahan, dia juga cewek normal kali.
Mana tadi ngaku pacar lagi. Lama-lama ambyar dah.
"Kan lo yang minta_"
"Kapan gue minta samsul." sela Azzura kesal, suaranya saja sampai di gas gitu.
Dari kaca spion motor, Azzam tertawa tanpa suara melihat Azzura masih bergelut dengan helmnya meski mulut juga ikut bergelut karenanya.
"Intinya gue jemput besok." putusnya tak ingin mendengar penolakan Azzura.
"Au ah, gue jorokin juga lo. Selain songong lo juga pemaksa ya,"
"Yes, it's me."
"Serah you dah, mungkin dengan gini gue bisa ngehibur lo." ucap Azzura tersenyum kecil membalas tatapan Azzam di kaca spion motor.
"Nggak usah bingung gitu kali, gue tau kalo lo lagi patah hati di tinggal… ALLAHUAKBAR!! AZZAM!!" Azzura spontan memeluk pinggang Azzam erat saat pemuda itu tiba-tiba menambah kecepatan laju motornya.
"Makanya jangan sok tau!" lontar Azzam sedikit berteriak. Kepalanya nengok ke belakang, meski tertutup, Azzam bisa melihat ketakutan Azzura dalam pejaman mata.
Tak terasa kupu-kupu sore ini begitu menggelitik perut Azzam dengan pelukan dari belakang oleh Azzura. Berharap waktu tidak cepat berlalu sayangnya tempat tujuannya udah di depan mata. Azzam pun memelankan laju motor, tak lama menepi ketika sampai di tempat angkringan yang sering ia dan sahabatnya datangi.
"Nggak mau turun? Apa masih mau seperti ini?" melontarkan kalimat seolah meledek, Azzura dengan cepat menarik diri menjauh dari Azzam lalu turun dan membuka helm.
Duk!
"Auh! Pelan… Zura, hei." Azzam dengan cepat turun dan berlari kecil mengejar Azzura. Gadis itu melenggang pergi setelah mengembalikan helm padanya.
"Tunggu bentar, kenapa malah pergi, 'kan udah sampe." menahan pergelangan tangan Azzura. Gadis itu berbalik dengan sorot mata tajam namun bukan itu yang ia fokuskan melainkan ada ketakutan disana.
Sial. Janjinya buat nggak ngilangin senyum Azzura malah terjadi sekarang.
"...sorry, please."
Azzura melepas pegangan Azzam, berpaling muka dari Azzam berjalan kembali ke tempat tadi tanpa mengatakan apa-apa.
Azzam tau dia keterlaluan di hari pertama mereka dekat, tetapi mau bagaimana lagi, emosinya tiba-tiba meluap mendengar ucapan Azzura.
Berdiri di samping motor, melihat sekeliling, Azzura hanya bungkam mendapat tarikan pelan dari Azzam membawanya masuk.
Keduanya duduk berhadapan, Azzam mengerti mengapa Azzura jadi pendiam sekarang.
Saat ingin melontarkan kalimat, pelayan lebih dulu datang menanyakan pesanan mereka.
"Mau pesan apa mas, mbak."
Azzam berdehem meraih buku menu dan melihat-lihat menu, sesekali melirik Azzura. Gadis itu kini bermain handphone.
"Sebentar," Azzam mengeluarkan handphone, mengirim pesan wassap ke Delon.
Me : Oi, Azzura suka makan apa?
Sedikit lama mendapat balasan, Azzam mengangguk kecil melihat pesan Delon berisikan daftar makanan kesukaan Azzura.
Delon : Dia suka nasi goreng, tapi nggak pake daun bawang. Terus kalo lo di tempat biasa, kan ada cumi sama udang tuh, pesanin aja.
Delon : Udah sejauh ini lo bertindak bro, gila gercep ya anda
Me : Serah aing. Dan lo, siapin diri
Me : Dia lagi marah gara-gara lo. Ngapain pake ngomong soal itu anjing!
Delon : Heh, anjing. Gue nggak ngomong apa-apa ya, dia emang gitu gampang nangkep sesuatu dari omongan doang
Me : Ya sama aja sialan!
Delon : Hehehe sorry, dan semoga lancar pedekate nya ( ꈍᴗꈍ)
Me : Jijik gue liat emot lo
Delon : HAHAHA
Meletakkan handphone dan berucap, "Nasi gorengnya dua, satu nggak pakai daun bawang es teh manis juga dua terus cumi-cumi bakar seporsi sama udang bakar."
Azzura mendongak menatap Azzam.
"Itu saja mas,"
"Iya."
"Baik, ditunggu sebentar ya mas, mbak."
Azzam tersenyum tipis menopang dagu mendapat tatapan dari Azzura. Gadis itu bingung dari mana Azzam tau dia tidak suka daun bawang? Tapi apa itu untuknya atau buat Azzam sendiri? Secara Azzam tidak… ah lupa, Delon. Azzam pasti bertanya pada Delon.
"Kenapa?"
"Gapapa."
"Lucu kalo lagi marah. Lagian gini deh, di sekolah gampang banget baperin orang, kok disini kayak nggak berkutik ya?"
Azzura berdehem memalingkan muka salting mendengarnya.
"Ciee salting," ledek Azzam
"Cih, kayak dia gak aja." cicit Azzura
"Gue kenapa?"
"Di sekolah sok cool, irit ngomong tapi sekarang beda tuh, bawel pake banget."
"Berarti lo istimewa."
"Lo cowok yang kesekian kalinya ngomong gitu."
Azzam berdecak jengah bersandar meraih handphone miliknya sekedar bermain ml sambil menunggu pesanan datang.
Apa yang salah? Pikir Azzura mengangkat bahu membuka pesan masuk dari Nayla.
"Habis dari sini gue tinggal ya," Azzam mempause game nya mendongak menatap Azzura. Gadis itu melanjutkan, "gue masih ada kerjaan."
"Mau kemana?"
"Kan udah di bilang, gue masih ada kerjaan."
"Nyanyi?"
"Yes."
"Dimana?"
"Dimana aja."
"Ck, gue serius."
"Gue lebih serius samsul."
"Azzam Wijayanto, bukan samsul. Enak banget ganti nama orang, kasian keluarga gue potong kambing buat ngasih nama."
"Iya iya, sayang jangan marah gitu dong." Azzura tersenyum lebar menopang dagu menaik turunkan alisnya menggoda Azzam.
Nah lho, kena kan anda.
Azzam langsung berpaling menyembunyikan senyumnya dan itu terlihat lucu bagi Azzura.
Dipanggil sayang anjir, mana lembut banget lagi siapa yang nggak baper coba. Kalo ada ikan julung-julung terbang keknya dia mau ikut juga biar bisa teriak bebas di atas sana.
"Zam,"
Azzam berdehem kecil meraih air minum, biar nggak keliatan banget kalau dia salah tingkah.
"Zam,"
Sekali lagi Azzam berdehem, kini memusatkan perhatiannya pada Azzura. Bingung karena Azzura hanya memanggilnya lembut.
"Kenapa?" tanya Azzam
"Azzam Wijayanto…"
"Ck, apaan_"
"...berawal dari tatap, gue pengen lo kayak lagu Yura Yunita. Bisa nggak sih?"
"Bisa."
"Yakin?"
Azzam mengangguk yakin membuat Azzura ikut mengangguk dan tersenyum kecil.
"Nggak percaya?"