"Sah!" Alhamdulillah...seruan para tamu undangan terdengar dari dalam. Budi yang berada di luar pintu masuk tak urung meneteskan air mata, terharu dan merasa bersalah membiarkan putrinya menikah tanpa pendamping orang tua yang lengkap. 'Selamat menempuh hidup baru nak, bapak berdoa semoga kamu benar-benar bahagia bersama pilihan hatimu. Setidaknya, bapak lega kamu tidak bersama lelaki seperti bapak.' batinnya berbalik memunggungi pintu masuk, mengusap sudut mata dan perlahan menjauh dari sana. Sebelum Azzura melihat keberadaannya, lebih baik menjauh daripada harus menyakiti perasaan putrinya lagi. Punggung tak berdaya itu menyakiti hati Maura, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa jika Azzura belum ada niat untuk membuka hati untuk Budi. Lega rasanya, senyum mulai terlihat diwajah Az