Suasana duka masih menyelimuti keluarga Bara. Bara duduk dengan tatapan kosong memandang gundukan tanah yang basah. Ia mengusap nisan ibunya sambil menangis. Rasa sesal dalam hatinya amatlah dalam. Ia tak mampu membahagiakan ibunya di saat-saat terakhir. Bahkan ia tak berada di sampingnya saat sakaratul maut. Seseorang memegang bahunya. Ia menoleh ternyata itu adalah Anara bersama seorang pria yang pernah ia lihat tempo hari. Bara baru ingat jika pria itu adalah Bayu CEO Brawijaya Company karena saat ia melihat tempo hari sosok Bayu tidak begitu jelas. "Mas yang tabah ya semoga ibu tenang dan bahagia disana. Maaf aku gak ajak anak-anak aku takut mereka sedih" ucap Anara berbela sungkawa. Bara menggenggam tangan Anara. "Makasih Nara.. makasih sudah datang.. padahal mas sudah jahat sama