Belakangan ini ada satu hal yang sering dilakukan oleh Jeje saat di rumah sakit. Sedapat mungkin di waktu luangnya, dia membuntuti Dokter Lee. Semakin lama dia semakin suka melakukannya. Secara Dokter Lee itu sangat good looking, tampan dengan darah blasteran Korea Amerika yang membuahkan hasil netra mata hijaunya nan mempesona. Belum lagi sikapnya yang dingin dan misterius. Astaga, tak ada bosan-bosannya Jeje memandangnya. Yah, hanya memandangnya dari jauh.
Sebenarnya ada satu hal yang membuatnya penasaran. Sejak peristiwa Dokter Lee menyembuhkan Lily, memasang kembali mata gadis cilik itu dalam sekejab, Jeje jadi ingin tahu lebih jauh tentang Dokter Lee yang misterius. Manusia kah dia? Atau makhluk jejadian? Jangan-jangan dia manusia serigala! Seperti yang sering ditontonnya di sinetron kesukaannya. Ganteng-ganteng Serigala.
Hari ini dia lebih leluasa mengikuti Dokter Lee. Dia mendapat jatah libur, namun Jeje malah memanfaatkannya dengan seharian di rumah sakit. Mengenakan baju casualnya, dia mondar-mandir di rumah sakit dengan dalih bosan di kos. Padahal diam-diam Jeje mengamati Dokter Lee dari kejauhan. Ternyata meski sangat pendiam, Dokter Lee sangat perhatian pada pasien-pasiennya. Jeje sempat terkesima saat sekali melihat senyum Dokter Lee yang amat langka pernah tersungging untuk seorang nenek tua yang menjadi pasiennya.
Ternyata mengikuti Dokter Lee itu sangat melelahkan dibanding dia seharian lembur di rumah sakit. Dokter Lee tak pernah diam lama di suatu tempat kecuali jika beliau sedang ada rapat. Jeje sering terseok-seok mengikutinya, tapi meski demikian dia suka melakukannya. Tak dipedulikannya rasa capek di kakinya, sampai di malam hari .. dia mengurut kakinya yang sakit sambil menunggu Dokter Lee yang menerima konsultasi dengan keluarga pasiennya.
Sesosok bayangan menaunginya, sontak Jeje mendongak keatas. Dia tertegun mendapati Doktor Lee berdiri menjulang didepannya. Jeje meringis malu.
“Dokter Lee ...”
Dia lupa meneruskan kalimatnya ketika Dokter Lee mendadak berjongkok didepannya, mengurut kakinya yang sakit dengan gerakan kuat namun anehnya tak sakit. Kehangatan tangan Dokter Lee terbawa hingga ke hatinya, dia meleleh dibuatnya.
“Capek kan mengikuti saya?” cetus Dokter Lee.
Tak sadar Jeje mengangguk, lalu buru-buru menggeleng. Apaan sih? Semudah itu ia membuka aibnya sendiri?
“Tidak, Dok! Saya nggak menguntit Dokter. Hanya kebetulan kita sering berada di tempat yang sama. Ceguk!”
Mendadak dia cegukan, kebiasaan kalau dia bohong pasti cegukan. Lee tak mempedulikan bantahannya. Jeje menghela napas panjang, jadi tak enak membohongi orang. Lebih baik dia mengakui kesalahannya.
“Maaf, Dok. Saya memang mengikuti Dokter. Maaf ...”
“Karena?”
“Hmmm, karena apa? Oh, itu .. karena penasaran. Dokter bukan manusia biasa kan? Apa Dokter manusia serigala?” ceplos Jeje.
Daya khayalnya memang luar biasa! Apa karena Jeje suka membaca kisah supranatural hingga pikirannya teracuni? Menyadari tatapan dingin Dokter Lee, Jeje jadi malu luar biasa. Apa dia terlalu lancang menuduh yang tidak-tidak? Sesuatu yang absurd, lagi!
“Maaf, Dok. Mungkin Jeje terlalu .. aahhh ...”
Dia memekik lirih ketika tiba-tiba Dokter Lee menyeretnya menaiki tangga sampai tingkat teratas, hingga keluar .. mereka berdiri di rooftop rumah sakit. Suasana lenggang di malam hari begitu mendominasi tempat ini, untung sinar bulan menerangi mereka. Jantung Jeje berdebar kencang, menyadari nuansa romantis sekaligus dramatis di tempat ini.
“Dokter Lee mau apa membawa Jeje kemari?” tanyanya bingung.
Dokter Lee tak menjawab, namun dia menunjuk keatas .. kearah bulan yang tengah purnama. Mata Jeje membulat, apa ini artinya? Dia akan berubah karena sekarang kebetulan bulan purnama?
Dokter Lee menyeringai dingin, dia tahu apa yang ada dalam benak gadis muda didepannya. Dokter Lee mendekat dengan sikapnya yang sangat misterius.
Deg.
Deg.
Deg.
DEG!
Jantung Jeje berdegup kencang. Tak sadar ia terus mundur dikala Dokter Lee memepetnya, hingga pinggangnya menabrak pagar pembatas. Jeje tak bisa kemanapun kecuali dia terjun kebawah. Wajah Dokter Lee menggelap, apa dia akan berubah? Batin Jeje galau.
“Huuuuuuuuuuu ....”
Spontan Jeje memejamkan matanya begitu mendengar suara lolongan serigala. Dia nyaris terjungkal kalau tak ada seseorang yang memegang pinggangnya. Jeje gugup sampai perutnya terasa mulas, apa Dokter Lee telah berubah menjadi manusia serigala? Hanya helaan napas hangat yang membelai wajahnya, tak ada tindakan apapun dari makhluk didepannya. Penasaran, Jeje mengintip dengan sebelah matanya.
Tuk!
Jeje memekik lirih ketika dahinya disentil gemas. Di depannya berdiri Dokter Lee yang masih berwujud manusia sambil memegang pinggangnya.
“Dokter, mengapa belum berubah?” tanya Jeje polos.
“Haruskah?” sahut Dokter Lee dengan sebelah alis naik.
“Harus! Kan Dokter Lee manusia serigala!”
TUK!
Dokter Lee menjitaknya lagi, kali ini lebih keras.
“Jangan berkhayal!” dengkus Dokter Lee.
“Iya Dok. Maaf ...” sahut Jeje sambil mengelus dahinya yang agak merah. “Saya hanya menduga, karena Dokter Lee seperti bukan manusia bias. Bagaimana Dokter Lee bisa memasang kembali mata Lily? Tanpa alat apapun, dan dalam waktu singkat!”
Hanya Jeje yang mengetahuinya. Karena Dokter Lee tak pernah mengakuinya. Semua orang menganggap kejadian itu adalah mukjizat. Mata Lily kembali pulih begitu saja.
Dokter Lee menatapnya lekat, membuat Jeje merasa gugup. Mendadak ia ingin kentut, tapi malu. sedapat mungkin ia berusaha memperhalus bunyi kentutnya. Semoga Dokter Lee tak menyadarinya
Dhuuuutttttttttt ...
Kali ini bunyi kentutnya samar sekali. Jeje merasa lega, menilik wajah Dokter Lee yang sedatar tembok pasti pria itu tak tahu kalau baru saja Jeje mempolusi habitat mereka berada.
“Kendalikan khayalan liarmu!” tandas Dokter Lee.
Jeje tertunduk malu. Salahnya sendiri, menuduh tanpa dasar dan bukti. Wajar ia kena marah atasannya.
“Maaf, Dok,” cicit Jeje pelan.
Dokter Lee berdeham dingin. Lalu berbalik meninggalkan Jeje. Baru beberapa langkah ia berhenti, tanpa menoleh ia berkata pada gadis muda yang berdiri di belakangnya, “Kendalikan juga kentutmu. Baunya bisa menewaskan kecoak sekampung!”
Blushhhh ...
Pipi Jeje merah padam mendengarnya. Ternyata dia tahu!
***
Akibat menguntit Dokter Lee, Jeje terpaksa pulang larut malam. Dia mengayuh sepeda ontelnya dengan cepat menyusuri jalanan sunyi menuju ke kosnya. Hingga suatu saat ia mendengar suara jeritan ketakutan. Penasaran, Jeje menuju kearah suara itu berasal.
Ia melihat di kegelapan, seorang gadis menjerit ketakutan .. didepannya berdiri makhluk tinggi besar yang tak jelas rupanya. Jeje terkesiap, dia spontan menjatuhkan sepedanya lantas mengambil batu besar di dekatnya.
“b******n, awasssss!!” teriak Jeje keras.
Makhluk itu menatap Jeje, terkejut. Jeje membeku dengan batu yang ia angkat diatas kepalanya, ia terpaku memandang ke wajah makhluk itu. Makhluk jejadian apa ini? Wajah dan tubuhnya berbulu, namun jelas ia masih manusia. Namun yang membuat Jeje terkesiap .. manik mata makhluk itu yang berubah dari putih perlahan menjadi hijau, mengingatkan Jeje akan ...
“Dokter Lee .. ?” gumam Jeje lirih.
Makhluk itu segera menutup wajah dengan jubahnya lantas melesat terbang, meninggalkan Jeje yang ternganga lebar. Beberapa saat kemudian, gadis itu tersadar. Ia segera menolong gadis yang menjerit tadi dan kini telah jatuh pingsan.
Bersambung