Lima Belas

1117 Kata

“Mo, udah ada ide konsep pernikahan?” tanya Tyaga ketika lagi-lagi dia muncul secara tiba-tiba di jendela kamarku. Aku yang sedang duduk di kursi depan jendela sambil membaca buku hanya mengangkat kedua bahu. Sama sekali tidak terkejut karena sudah terbiasa dengan kebiasaannya itu. “Mo, serius dong. Waktunya semakin dekat nih, pihak WO juga udah desak aku terus.” Aku menutup buku dan meletakkannya di atas meja. “Kenapa sih Bang Tyaga ngotot aku yang harus menentukan konsepnya? Kenapa bukan Bang Tyaga aja?” “Mo, please….” Tyaga memohon. Tidak mempunyai pilihan lain, aku membuka laci mejaku enggan, mengeluarkan sebuah notes dan menyerahkannya pada Tyaga. Begitu membuka notes tersebut, raut muka Tyaga berubah cerah. “Nah, ini kamu udah ada konsepnya, kenapa enggak bilang dari tadi?” uja

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN