episode 1

1943 Kata
 Hari ini adalah hari senin, 29 Agustus 2012, awal aku masuk ke Universitas, jujur saja aku percaya gemetaran, orang melihat aneh ini, mau kuliah saja sudah seperti dilamar orang, bodoh sangat aku tak perduli, mau lagi, aku memang penakut .  Aku melihat, ayahku sudah berdiri di depan rumah dengan honda vario silver yang baru saja dibelinya, "Fir ... !! Ayo, cepat!" Serunya memanggilku. Aku segera mulai karena ayahku sudah selesai. Aku segera naik ke motor ini, hati senang ketika diboncengi oleh ayahku yang tampan menurutku, perasaanku terasa hangat dan aman. Namaku, Firanda Firdaus, usiaku 18 tahun, setelah lulus SMA aku langsung masuk perguruan tinggi, rambutku hitam panjangnya sepunggung, biasanya jika di rumah aku selalu mengepangnya, tetapi kata temanku, aku lebih mudah menggunakan rambutku digerai, jadi ada salahnya kalau aku mendapat saran mereka.  Jika dulu saat SMA aku selalu mengenakan seragam kebesaran, tapi sekarang aku pakai baju yang pas di tubuhku tapi tidak ketat karena aku tak suka baju ketat, lagi-lagi aku ingat pesan teman kelasku, "Fir, kamu itu cantik, cuma kamu kamu nggak mau dandan. "Jadi sekarang aku juga sedikit hanya sedikit dandan. Selama perjalanan, aku tak henti-hentinya berdoa, semoga ada yang mau berteman denganku, bahkan saat ayahku menghentikan motornya di depan gerbang, aku masih gemetara, "Hati-hati di sana, Firanda, ayah pulang dulu!" Pamitnya. aku hanya mengangguk.  Setelah ayahku tak terlihat lagi, segera ku langkakahkan kakiku masuk ke universitas tempatku kuliah, langkahku seperti pragawati, itu kata orang, padahal menurutku biasa saja, hanya berjalan di satu baris itu juga bisa lagi santai. Banyak sekali pelajar dan siang yang berlalu lalang di depanku, "Nona ...! Nona ...!" Telingaku seperti mendengar suara orang berteriak, meski aku tak yakin orang itu memanggil namaku, ku balikkan tubuhku dan mataku langsung terpana saat melihat orang bertubuh jangkung, rambutnya hitam jabrik, kulitnya kuning langsat tetapi bukan penyakitan, dia terlihat sangat populer. Ku tolehkan mataku kanan dan kiri, takut kalau aku salah orang bisa malu, 'kan? dan berarti aku juga kepedean. Dia semakin mendekat, terus dan terus mendekat kearahku hingga tepat di depanku.  Tubuhku terasa membeku, dia tersenyum sangat manis, rasanya ini bagaikan mimpi, seorang pria tampan berdiri di depanku dan tersenyum memenuhi, taukah? Jika ini pertama kali diambil, karena seumur hidup belum pernah ada pria pun yang berani mendekati kearahku, atau memang tak mau. "Kenalkan, namaku, Ivan Maulana Rizky, kau bisa mengajakku, Lana," ucapnya sambil mengulurkan persetujuan, mataku bergerak melihat uluran tangan itu, dengan ragu dan dag dig dug gan aku menerima uluran terima, "Firanda," balasku gugup.  "Fir, kau anak baru, ya?" Tanyanya. Aku hanya bisa mengangguk, jujur saja aku masih belum bisa berhenti dari kegugupanku, hingga ku tak harus mengatakan apa, suaraku mendadak tercekat di tenggorokan, ini benar-benar memalukan. "Sama, ayo! Kita cari kelas," serunya. Tubuhku masih membeku, tak bisa berkata apa pun, ini benar-benar memalukan, tiba tiba tiba, aku sudah merasakan sebuah tarikan lembut di jemari tanganku, saat ku alihkan pandanganku di jariku, ternyata Maulana yang melakukannya, jika aku boleh jujur, aku merasa sangat bahagia, selama 18 tahun aku hidup, baru kali ini ada seorang pria yang mencoba berteman denganku.  Aku tak pernah memperhatikan langkahku, mataku hanya tertuju pada punggung tegap dan genggaman tangan orang yang sedang berjalan di depanku sambil menggandeng tanganku, "Kira-kira kita masuk kelas mana?" Tanyanya. Aku bukan tidak mau mendengar atau sengaja mengabaikannya, tapi aku hanya terlalu tinggi melamunkan Maulana. "Di sini," katanya lagi saat sudah menemukan ruang kelas kita. Dia berhenti langkahnya dan otomatis langkahku juga berhenti, aku tak mau ketahuan sudah mengaguminya diam-diam.  Maulana memalingkan wajah rupawannya, apakah sudah tersetting atau bagaimana? Secara reflek bibirku tersenyum lembut untuknya. Dia kembali menarik dan membawaku pada barisan bangku yang tersedia di ruang kelas tersebut.  "Kau mau depan atau belakang?" Tanyanya. Otakku tak bisa menjawab pertanyaan yang sangat mudah darinya, aku bahkan terlihat seperti orang bodoh yang tak bisa menjawab pertanyaan semudah itu, hingga dia harus menjawab pertanyaannya, "Kau mau duduk di depanku atau di belakangku?" Tanyanya lagi. Aku terkesiap, buru-buru aku menunjuk salah satu bangku yang ada di belakangnya, "Ok, kalau kamu mau duduk di belakangku," ucapnya. Setelah itu, ia menyentuh kedua bahuku dan menuntunku duduk di kursi itu, aku malah mendongak dan memandang wajahnya karena terkejut, rasanya aku terlalu bahagia hingga ingin menangis, mungkin memang terlalu berlebihan untuk semua orang, karena mereka sering mengalaminya bahkan lebih dari ini, tapi bagiku, ini adalah hal yang sangat mengharukan, karena ini adalah pertama kalinya ada seorang pria yang begitu perhatian padaku. Maulana pun duduk di bangku yang ada di depanku, mataku melihat banyak gadis-gadis yang mencoba mencari perhatian terhadapnya, mulai dari mengajaknya berkenalan hingga meminta nomer ponselnya. Pria itu memang baik, terlalu baik malahan menurutku, buktinya dia menanggapi mereka semua dengan sopan dan tak berlebihan. Tak lama kemudia, tiga orang gadis muncul dari balik pintu, yang satu, pendek, gundek,wajahnya oval, kulitnya putih, rambutnya sedikit panjang. Satunya lagi, kulitnya hitam manis, mata sendu dan yang terakhir terlihat seperti pria hanya rambutnya panjang lurus, tapi dia tetap perempuan. Gadis gundek itu, duduk di bangku yang ada di depan Lana dan yang lain entah kemana aku tak perduli, si gundek yang entah aku tak tau namnya memutar tubuhnya menghadap pria itu, aku melihat dia seperti gadis lain yang ingin mencari perhatiannya. "Kenalkan, aku, Syeren," katanya sambil mengulurkan menyetujui.  "Ivan, Ivan Maulana Rizky," jawab Maulana. Selanjutnya seperti yang lain, Syeren mencoba akrab dengan Maulana dan pria itu juga menanggapinya dengan senyuman. Entah Mengapa seperti rasa tak rela dalam hatiku melihat keakraban mereka, ku tundukkan kepalaku, mungkin Lana memang begitu, pikirku. Dia mungkin adalah pria yang selalu baik bagi semua wanita dan aku hanya terbawa perasaan dan sudah salah menilai kebaikannya. Bel tanda kelas dimulai akhirnya dibunyikan, tetapi karena ini adalah hari pertama dan ada seleksi ujian masuk, jadi dosen yang menggantikan juga dosen penguji, hari ini adalah mata pelajaran yang paling tidak bisa saya nikmati, yaitu, Matematika, sudah seperti musuh bebuyutan saja, eh, Ternyata setelah ku lihat semua, ada Bahasa Indonesia, Sejarah, Ips juga Ipa, heheheh, tadi aku salah baca.  30 menit berlalu, Matematikaku masih kosong, aku tak tau harus mengisi apa, aku mendongakkan kepalaku, terlihat Syeren seperti meminta bantuan jawaban dari Maulana, aku ingin melakukannya, tapi aku terlalutakut,hingga 45 menit waktu berlalu, sekarang aku tak tau lagi harus bagaimana, dasar otakku memang oon kalau urusan matematika.  Eh? Tunggu! dia meninggalkan kertas di mejaku, aku sedikit mendongak, ku dapati senyum manisnya menyapaku, jantung langsung berdebar tidak karuan, ia pun segera maju kedepan dan mengumpulkan lembar jawabannya. Perlahan buka lipatan kertas itu, pas baca, tulisanpertama adalah.... Ku tunggu di depan kelas, jika butuh jawaban, itu di bawah.  Aku tersenyum simpul, ternyata ia mengerti ketololanku, rasanya aku sangat malu ketahuan bodoh di depan pria impianku, jika aku bilang aku tak butuh jawaban ini, berarti aku bohong, ya, sudahlah tak usah lagimikir gengsi, ku tulis saja jawaban  darinya lalu ku kumpulkan . Setelah selesai mengumpulkan, ku langkahkan kakiku meninggalkan ruang ujian, hatiku sudah tak sabar untuk menemuinya, dengan senang hati aku berjalan, tetapi saat aku sudah berada di depan kelas, ternyata pria yang aku sukai terlihat asik bercanda dengan Syeren, lagi-lagi gadis itu, Meskipun gundek, dia cukup dibilang cantik, jadi pasti Maulana lebih suka, aku hanya bisa menghela nafas, langkah kakiku berubah jadi menjauhinya yang sudah asik bercanda, aku tak mau mengganggu kesenangan  mereka.  "Firanda ... !!" ku membalikkan tubuhku saat mendengar seseorang memanggil namaku. Seorang pria berambut cepak, kulitnya putih, berpakaian tinggi tegap, dia berjalan menghampiriku, aku hanya menatap heran orang itu, jujur saja aku hanya tak mengenalnya. "Hei, Fir, aku, Andrian Arya Anggara, panggil saja, Ryan," ucapnya sambil mengulurkan tangannya, dengan berat hati aku pun menyambut uluran tangannya.  *****  Andrian langsung merangkul bahu Firanda, seakan mereka adalah sahabat yang sudah lama tidak bertemu, tanpa dia tau jika gadis itu tak suka di perlakukan seperti itu.  "Ryan, kau tak perlu merangkul bahuku, entar dikira kita pacaran," protesnya risih.  "Biarkan saja, lagi pula, kau cantik, jadi aku tak keberatan punya pacar sepertimu," balas Andrian keenakan.  "Tapi aku tak suka," tukas Firanda.  ****** Di tempat lain, Maulana merasa heran, mengapa gadis yang ditunggunya tak muncul juga, perasaan tadi dia sudah memberi kunci jawaban, tapi kenapa tetap lama? .Tak sengaja matanya menangkap sosok yang dicarinya dirangkul mesrah oleh orang lain, awalnya ia merasa kecewa, tapi setelah diperhatikan, ia tau kalaugadis itu tak suka diperlakukan, hatinya sungguh tidak rela melihat gadis yang sudah disukainya sejak awal dipaksa seperti itu, ia pun segera menghampiri mereka. "Fir," panggilnya saat sudah ada di dekat gadis itu. Mereka berduapun berbalik, gadis itu merasa lega karena Maulana datang menghampirinya, dia pikir pria itu sudah tak perduli lagi terhadapnya, tapi nyatanya sang satria sudah datang. Andrian sangat kesal karena usahanya mendekati Firanda harus berantakan karena kehadiranpria itu, dia pun melepaskan rangkulannya lalu maju selangkah mendekati  Maulana.  “Mau apa kau ?!” tanyanya galak. Maulana mengalihkan perhatiannya pada pria itu, dia mengerti pria itu tak suka dengan kehadirannya, tetapi ia tak  perduli, dia hanya ingin melindungi gadis yang disukai dari pria tukang modus sepertinya, jelaskan jelas gadis itu tak suka, tapi tetap saja maksa. Pria itu tersenyum ramah agar Andrian tak  curiga atau pun membuatnya jadi makin marah.  "Maaf, mas, bagini, aku ada perlu dengan, Firanda, tadi kami sudah janjian ia, 'kan, Fir?" Ucapnya pura-pura mintak disetujui. padahal mereka  tak melakukan perjanjian sama sekali. Andrian tak percaya begitu saja pada ucapan pria itu, yang ia tau hari ini adalah hari pertama siswa baru ke kampus, masak mereka langsung janjian. Dia pun mengalihkan perhatiannya pada gadis itu, dia percaya pada gadis yang takkan berbohong, "Benarkah, Fir?" Tanyanya memastikan.  Firanda bingung harus menjawab apa, mereka sama sekali tidak melakukan perjanjian, hanya saja memang Maulana mengatakan akan menunggunya di depan kelas, tetapi bukankah sebelumnya pria itu justru bercanda dengan gadis lain, ia pun sedikit mendongak menatap pria itu untuk memintak jawaban.  Maulana mengerti gadis itu bingung menjawab pertanyaan yang diajukan Andrian, ia tau Firanda adalah tipe orang yang selalu jujur, ia pun mengedipkan mata untuk memberi isyarat bahwa dia harus mengiyakan pertanyaan pria itu. Firanda kembali mengalihkan perhatiannya pada Andrian, lalu ia mengangguk pelan, terlihat pria itu mendesah kecewa, tanpa perduli kekecewaanya, Maulana segera menggenggam tangan gadis itu lalu menariknya menjauh dari Andrian.  "Em, kak, Lana," panggil Firanda.  "Aku tau, kamu pasti ingin bertanya tentang kebenaran ucapanku tadi, kan?" Tebak Maulana. Gadis itu hanya mengangguk pelan.  "Tidak, kita memang bukan janjian, tapi aku tau, kau merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan, Andrian, jadi,  aku berinisiatif untuk menolongmu," jelasnya. Gadis itu tersenyum, ternyata benar, pria itu memanng masih memperdulikannya. Firanda mengalihkan perhatiannya pada jemari yang lebih besar dari pria yang masih menggenggam tangannya, rasanya sangat lembut dan menenangkan. Tapi sekarang dia bingung, kemana lagi pria itu akanmembawanya, karena sepertinya ini sudah melewati gerbang kampus. “Kita mau kemana, kak, Lana?” Tanyanya.  "Mie ayam di sebelah kampus kita, ada penjual mie ayam yang sangat enak, kau harus coba," jawab Maulana.  "T-tapi," protes Firanda.  "Sudah," tukas Maulana. Pria itu terus menggandeng tangan gadis itu tanpa ada niatan untuk melepaskannya, hingga banyak orang mengira mereka sedang pacaran.  *****  Maulana POV Mungkin orang berfikir aku aneh, diusiaku yang ke 28, aku baru mau masuk semester satu pendidikan, seperti, jangan salah sangka, sebenarnya aku ini lulusan  terbaik vakultas ekonomi bisnis dan aku ini sudah lulus S2. Tapi aku melarikan diri dari rumah, karena aku  tak suka dengan kedua orang tuaku yang berniat menjodohkanku dengan seorang dokter dari Bandung, aku sengaja berpenampilan sederhana bahkan terksesan  miskin, itu juga salah satu usaha yang aku lakukan untuk mencari cinta sejatiku, yang mencintsiku tanpa melihat status sosial, dan aku telah menemukannya. Firanda Firdaus, dia adalah gadis yang ku sukai, dia cantik, baik juga polos, dia juga pemalu, mungkin dia sedikit IQnya rendah tapi bagiku sangat tak masalah, bukankah kemampuanku bisa menutupi IQ nya yang sedikit minim, suatu saat nanti kalian akan melihat bagaimana dia mencintaiku yang sederhana ini.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN