Tiba di kantor setelah menurunkan Gadis di rumah sakit, senyum di wajah Abra masih enggan pergi. Sepulang ia dari KUA bersama Gadis, ia tak berhenti tersenyum senang. Meski ya, senyumnya itu senyum malu-malu dan sembunyi-sembunyi. Ia tak ingin Gadis menyebutnya gila karena ketahuan tersenyum sendiri. Sampai di kantornya yang berada di lantai paling atas sendiri, Abra melepaskan jasnya dan melemparnya sekenanya hingga jasnya jatuh di atas karpet permadani tebal berwarna merah. Abra menatap tak peduli pada jasnya dan menatap kembali dirinya di depan cermin dengan seksama. Bayangan pernikahannya dengan Gadis kembali melambai di benaknya. Sebuah garis terbentuk di wajahnya akibat senyuman yang manis itu. Detik berikutnya tanpa irama yang pasti, ia menari-nari di depan cermin saking senenangn