Ingin bertanggung jawab

928 Kata
Di perjalanan. Aryasetya tiada henti memacu kudanya tanpa istirahat sedikit pun. Dia sudah melewati waktu setengah hari dan dia pun akhirnya sampai di hutan tempat dimana Desa itu berada. Aryasetya tersenyum cerah karena usahanya tidaklah sia-sia. Dia pun menoleh dan melihat kearah para pengawalnya yang mengikutinya dari belakang. "Dimana desa itu? Apakah benar jika setelah Hutan ini, saya bisa bertemu dengan permaisuri?" Tanya Aryasetya. "Lapor Yang Mulia. Apa yang anda katakan itu sangatlah benar. Setelah Hutan ini, akan ada sebuah desa kecil yang sangat sederhana dan di sanalah tempat tinggal Yang Mulia Permaisuri berada. Tapi, apakah Yang Mulia yakin, jika Yang Mulia akan menemui Yang Mulia Permaisuri dengan penampilan seperti ini? Terlebih lagi, disana ada Yang Mulia Raja Ekawirya. Saya Takut jika anda …," pengawal itu menghentikan ucapannya karena Aryasetya langsung menyelanya. "Kalian tidak perlu merasa khawatir. Saya tidak akan berbuat gegabah dan untuk penyamaran ini. Saya memang menginginkannya. Jadi, saya harap, jika kalian jangan memanggil saya dengan panggilan Yang Mulia Raja. Kalian panggil saja saya dengan sebutan Tuan. Apakah kalian mengerti?" ucap Aryasetya. Dia tidak mau, jika identitasnya terbongkar, apalagi Desa itu berada di perbatasan kerajaannya dengan kerajaan milik Ekawirya. Akan sangat berbahaya untuk keselamatan Adhisti. Karena bagi Aryasetya, Adhisti adalah segalanya untuknya. "Baiklah! Ayo kita lanjutkan perjalanan kita, karena hari sudah memasuki sore hari. Sangat berbahaya jika kita memasuki hutan jika sudah gelap," ucap Aryasetya dan dia pun langsung memacu kudanya lagi dan bersamaan dengan beberapa pengawal dibelakangnya. Mereka pun langsung masuk ke dalam hutan dan memacu dengan kecepatan maksimal agar secepatnya mereka sampai. Di dalam Desa. Adhisti sedang duduk didepan rumahnya sambil menatap kearah hutan. Entah kenapa, hatinya merasa tidak tenang dan dia merasakan jika hatinya terus berdetak dengan cepat dan perasaannya terasa sangat gelisah. "Ada apa denganku? Mengapa aku merasakan jika ada dia?" ucap Adhisti. Dia menyentuh dadanya dan merasakan detak jantungnya semakin kencang. "Mengapa aku tiba-tiba memikirkan dia lagi? Tidak! Tidak! Aku tidak mau memikirkan dia lagi. Dia tidak mencintaiku lagi dan dia juga, pasti sudah melupakan aku," ucap Adhisti yang terus meyakinkan dirinya, Jiak dia harus melupakan Arysetya dan meyakinkan dirinya agar dirinya bisa terbebas dari rasa cintanya untuk Aryasetya. Namun, Adhisti kembali merasakan jika ada kehadiran Aryasetya dan Adhisti terus menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Tidak! Dia tidak mungkin datang kemari. Dia sudah menjadi seorang raja dan aku, aku hanya wanita yang sudah tidak ada gunanya lagi untuknya. Jadi, dia tidak mungkin datang mencari ku. Ya! Dia tidak akan datang mencariku dan aku, aku tidak perlu memikirkan hal aneh semacam itu lagi!" Ucap Adhisti. Dia pun bangun dari posisi duduknya dan berjalan keluar dari halaman rumahnya. Dia melihat-lihat keadaan di Desa itu dan banyak kegiatan disana. Adhisti pun terus berjalan dan dia ingin melihat kudanya yang saat ini sedang diurus oleh pengurus kuda di Desa itu. Namun, saat dia belum sampai ke tempat itu. Adhisti tidak sengaja menabrak seseorang lagi. Adhisti pun mengusap dahinya dan d Berkata, "Aduh, sakit sekali!" ucap Adhisti sambil mengusap dahinya. Orang yang ditabrak itu pun langsung merasa panik dia pun meraih tangan Adhisti dan membantunya untuk mengusap dahinya. "Aduh, Adhisti. Saya minta maaf karena saya menyakiti kamu ya!" Ucap orang itu dan suaranya terdengar sangat familiar. Adhisti pun mengangkat wajahnya dan dia pun melihat jika itu adalah Ekawirya. "Yang Mulia!" teriak Adhisti dan dia pun langsung mundur satu langkah. Namun tangannya masih digenggam oleh Ekawirya. "Adhisti, kamu baik-baik saja kan? Coba tunjukkan kepadaku, mana yang sakit?" ucap Ekawirya dan dari tatapannya, di terlihat sangat khawatir dan juga dia merasa sangat bersalah kepada Adhisti. Adhisti tidak bisa menolaknya dan dia pun tidak bisa menghindarinya juga. "Yang Mulia, aku baik-baik saja. Hanya sakit sedikit dan sebentar lagi juga pasti akan hilang," ucap Adhisti dan dia pun tersenyum kaku. Adhisti sebenarnya masih merasa sangat malu dengan Ekawirya yang sempat mengintip dirinya yang sedang mandi di sungai. Namun, Adhisti berusaha menyembunyikan itu semua, karena dia tidak mau jika Ekawirya memiliki pikiran lain kepadanya. Apalagi Adhisti mengetahui, jika Ekawirya menyukai dirinya. Sehingga, itu membuat Adhisti merasa sangat canggung dan juga, dia ingin menghindari Ekawirya sejauh-jauhnya. Adhisti pun menundukkan kepalanya dan berkata, "Yang Mulia, aku baik-baik saja. Jadi, bisakah anda melepaskan tangan aku sekarang juga?" Pinta Adhisti. Mendengar itu, Ekawirya pun langsung merasa sangat malu dan dia pun melepaskan tangan Adhisti. "Oh, saya minta maaf! Saya minta maaf karena terlalu panik, jadi saya malah menyentuh kamu Adhisti," ucap Ekawirya dan dia pun tersenyum malu kearah Adhisti. Ekawirya bisa menjadi salah tingkah hanya didepan Adhisti. Karena sebelumnya, dia tidak pernah bersikap seperti itu kepada wanita manapun. "Adhisti, sekali lagi. Saya minta maaf karena sudah menyentuh kamu dan juga kejadian tadi siang. Saya … saya, saya siap untuk.bertanggung jawab atas semua kesalahan yang saya lakukan kepada kamu," ucap Ekawirya dan wajah dia pun langsung memerah karena dirinya benar-benar merasa sangat malu saat mengatakannya. Mendengar hal itu. Adhisti langsung merasa sangat terkejut. Apalagi saat mendengar kata 'tanggung jawab' telah membuat merasa semakin terkejut. "Ya … Yang Mulia, a … apa yang anda katakan? Aku … Aku, aku sungguh tidak mengerti?" Ucap Adhisti dan ekspresi wajahnya langsung memucat saat mendengar itu semua. Ekawirya pun tersenyum dan dia pun terus menatap wajah Adhisti dengan tatapan penuh cinta. "Sa … Saya, saya ingin kamu menjadi …," sebelum Ekawirya menyelesaikan ucapannya terdengar suara teriakan dari jauh. "Hey … apa yang sedang kalian lakukan?" Mendengar itu, Ekawirya langsung menghentikan ucapannya karena dia merasa terkejut saat mendengar suara teriakan itu. Dan sumber dari suara itu, terdengar dari belakang mereka. Keduanya pun langsung terdiam dan kini keduanya pun melihat kearah sumber suara itu secara bersamaan. -bersambung- Dhini_218 Only on: Dreame n Innovel
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN