Setelah mendirikan tenda yang tidak jauh dari Desa itu.
Ekawirya pun duduk santai sambil menatap kearah desa yang ada didepannya saat ini.
Dia menyesap minumannya dan disebelahnya ada para pelayan wanita yang berdiri untuk menemaninya.
Ekawirya pun tertawa sendiri dan dia merasa ingin sekali menemui Adhisti yang sudah mengganggu hatinya itu.
"Adhisti! Aku sangat menginginkan kamu. Hahahaha … kamu wanita yang sulit untuk didapatkan dan aku, aku suka wanita seperti kamu," ucap Ekawirya. Dia tertawa sendiri dan setelah menghabiskan minumannya. Dia pun bangun dari tempat duduknya. Karena dia sudah merasa sangat bosan duduk disana. Sudah menghabiskan waktu sekitar tiga jam dia duduk dan tidak melihat Adhisti keluar dari Desa yang ada di depannya saat ini.
"Kemana dia? Kenapa dia tidak muncul sekali pun. Apakah dia tidak pergi keluar untuk ke sungai?" Ucap Ekawirya yang merasa sudah sangat kesal karena hasil dia menunggu selama tiga jam, ternyata sudah sia-sia.
Salah satu pelayan wanita yang ada dibelakangnya pun langsung mendekati nya dan membungkukkan badannya
"Yang Mulia. Daripada menunggu seperti ini. Mungkin akan jauh lebih baik jika hamba menyuruh seseorang untuk memanggil Nona itu," ucap pelayan itu dan dia pun menunggu jawaban dari Ekawirya.
Ekawirya terdiam sejenak dan dia pun melihat kearah pelayan itu.
"Ide yang sangat bagus! Tapi, akan jauh lebih baik. Jika saya saja yang mencarinya sendiri," ucap Ekawirya. Dia pun tersenyum dan menaruh gelas yang ada ditangannya diatas meja. Lalu, dia pun berjalan menuju Desa itu untuk mencari Adhisti.
"Adhisti, aku datang! Hehehehe … setelah ini, kamu pasti tidak akan bisa menolak aku. Karena aku, rela melakukan hal semacam ini hanya untuk mendapatkan kamu," gumam Ekawirya didalam hatinya. Dia pun menyunggingkan bibirnya dan senyuman nakal terlukis dadi wajahnya. Dia benar-benar sudah jatuh cinta kepada Adhisti.
Namun, dia tidak mengetahui jika wanita yang membuatnya bisa jatuh cinta adalah wanita yang sudah menjadi milik orang lain.
Saat Ekawirya masuk ke dalam Desa dan semua orang memberi hormat atas kedatangannya. Dia pun berjalan dengan sangat elegan dan aura kebangsawannya serta wibawa sebagai seorang raja, terpancar jelas. Apalagi pakaian dan mahkota yang dia kenakan diatas kepalanya, sudah terlihat sangat jelas, jika dia adalah raja dari kerajaan Nishada yang letaknya memang tidak jauh dari Desa itu.
Ekawirya pun tersenyum dengan kebanggaan dan melihat semua warga desa itu pun berkumpul untuk memberi hormat kepadanya.
Namun, senyuman Ekawirya pun menghilang. Ketika dia tidak melihat wanita yang sedang dia cari.
Matanya terus mencarinya dan Adhisti benar-benar tidak ada di sana.
"Kemana dia? Kenapa dia tidak datang untuk menyambut aku? Apakah dia sedang tidak ada disini?" Gumam Ekawirya dan dia terus mencari sosok Adhisti yang ternyata memang tidak ada di sana.
"Sialan! Dia benar-benar tidak ada! Kemana dia? Apakah mungkin dia …," saat Ekawirya belum selesai berbicara didalam hatinya. Dia melihat sosok wanita yang sedang dia pikirkan. Wanita yang sudah mengganggu pikiran dan hatinya seharian ini.
Ekawirya menatap wajah Adhisti yang baru saja keluar dari rumahnya bersama satu wanita yang terlihat manis disebelahnya.
Ekawirya pun menatap wajah Adhisti yang berada tidak jauh dari dirinya dan perasaan gembira pun meledak seketika didalam hatinya.
"Akhirnya, aku bisa melihatnya lagi. Dia benar-benar ada disini, aku … aku harus mendekatinya," ucap Ekawirya dan dia pun berjalan secara perlahan untuk mendekati Adhisti yang tidak menyadari jika ada seseorang yang datang mendekatinya.
Adhisti juga tidak mengetahui jika, semua orang yang ramai itu sedang menyambut kedatangan Ekawirya, jadi dia tidak merasa peduli dengan keadaan sekitarnya. Adhisti masih merasa sedikit lemas dan dia masih harus kembali masuk untuk beristirahat.
"Yang Mulia, anda masih kurang sehat. Lebih baik, kita masuk ke dalam lagi," ucap Faguni. Dia pun menuntun Adhisti untuk kembali masuk ke dalam rumah. Adhisti tidak menolak sama sekali dan dia pun mengikuti Faguni untuk masuk ke dalam.
Namun, saat dia baru sampai di depan pintu.
Tiba-tiba, ada suara seorang pria yang memanggilnya.
"Adhisti!" Teriak pria itu dan dia pun langsung datang menghampirinya.
Adhisti pun menoleh dan dia melihat pria yang tidak ingin dia temui.
Adhisti menatapnya dengan tatapan acuh dan dia pun berkata, "Yang Mulia, kenapa anda ada disini? Bukankah anda sudah kembali ke Kerajaan anda?"
Ekawirya mendekati Adhisti dan dia pun tersenyum kepadanya.
"Saya kesini ingin bertemu lagi dengan kamu. Kamu, kamu kenapa? Apakah kamu sedang sakit?" Tanya Ekawirya sambil menatap wajah Adhisti yang terlihat sangat pucat.
Adhisti hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Saya baik-baik saja Yang Mulia dan saya minta maaf karena saya tidak memberi salam hormat terlebih dahulu kepada anda," ucap Adhisti yang hendak membungkukkan tubuhnya. Namun Ekawirya langsung meraih kedua bahunya.
"Tidak perlu, kamu tidak perlu memberi salam hormat kepadaku. Kamu terlihat kurang sehat, saya akan memanggilkan tabib kerajaan untuk memeriksa kamu," ucap Ekawirya dan dia pun menoleh dan hendak membuka mulutnya, namun Adhisti langsung menyelanya.
"Tidak usah Yang Mulia. Saya baik-baik saja dan saya sudah diperiksa oleh tabib. Jadi, saya mohon untuk tidak memanggil tabib lagi," ucap Adhisti. Dia pun mundur dua langkah karena Ekawirya terus berjalan mendekatinya.
"Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia, saya baik-baik saja dan saya merasa sangat tersanjung, karena telah mendapatkan perhatian yang cukup besar dari Yang Mulia," ucap Adhisti dan dia pun hendak membungkukkan badannya, tapi Ekawirya sekali lagi melarangnya.
"Cukup Adhisti! Kamu tidak perlu memberi hormat kepada saya. Lebih baik kamu istirahat saja dan pulihkan dulu kesehatan kamu," ucap Ekawirya dengan nada yang sangat lembut. Dia menatap Adhisti dengan tatapan penuh cinta. Namun, Adhisti tidak mau menatap tatapan itu dan dia langsung menundukkan kepalanya. Dia merasa tidak nyaman dengan tatapan Ekawirya yang menatapnya seperti Aryasetya menatapnya selama ini.
"Tidak! Aku tidak mau menerima tatapan itu! Aku … aku hanya ingin menerima tatapan itu dari Setya, ya hanya Setya yang boleh menatap aku seperti itu," gumam Adhisti didalam hatinya. Namun, dia kembali menggunakan kepalanya karena dia tidak mau mengingat-ingat lagi tentang kisah cintanya bersama Aryasetya.
"Tidak! Aku tidak boleh memikirkannya lagi. Setya sudah tidak menginginkan aku dan aku sudah melepaskannya. Jadi, aku harus bisa melupakannya. Harus!" Gumam Adhisti dan dia terus mengalami perang didalam batinnya. Hatinya berusaha mati-matian untuk menolak pikirannya yang terus memikirkan wajah tampan dari Aryasetya.
Adhisti pun kembali ke Dunia nyatanya dan dia melihat jika Ekawirya masih menatapnya.
"Ehhmm … Yang Mulia Raja Ekawirya. Saya ingin meminta izin untuk mengundurkan diri dari hadapan anda. Karena saya, saya mau beristirahat kembali," ucap Adhisti. Dia sengaja mengatakan itu, karena dia tidak mau terlalu lama bersama Ekawirya.
"Baiklah, kamu boleh masuk kembali ke dalam dan beristirahatlah dengan baik. Agar kamu bisa secepatnya bisa sembuh dari bisa sehat kembali," ucap Ekawirya. Dia pun membalikkan tubuhnya dan melipat tangannya dipunggung.
"Adhisti, nanti jika kamu membutuhkan sesuatu. Kamu bisa meminta bantuan saya. Saya ada di tenda sana," ucap Ekawirya dan dia menunjuk kearah tenda yang sangat mewah. Letak tenda itu, ternyata tidak jauh dari Desa yang kini Adhisti tinggali.
"Baiklah Yang Mulia, jika seperti itu. Saya pamit masuk terlebih dahulu," ucap Adhisti dan dia pun masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh lagi.
Setelah melihat Adhisti masuk ke dalam rumahnya.
Ekawirya pun tersenyum dan dia pun menatap pintu rumah Adhisti sebentar, lalu setelah itu. Dia pun pergi meninggalkan rumah Adhisti dengan perasaan penuh kegembiraan dan Ekawirya pun kembali masuk ke dalam tenda mewahnya itu.
Dari jauh.
Beberapa pengawal kerajaan Adyamanunggal pun melihat semua itu dan mereka pun segera menyuruh seseorang untuk melaporkan semuanya kepada Raja mereka yaitu Raja Aryasetya.