“Rahasia apa?” Suara seraknya terdengar menggemaskan. “Tapi aku mau nagih janji kamu dulu! Kamu akan menjadi perempuan tangguhku! Kita akan menghadapi apapun yang ada di depan nanti bersama-sama!” Rinai terdiam sesaat. Wira pun menunggu. Tak berapa lama helaan napas terdengar. “Bang, aku gak yakin … asal kamu tahu, karena ketidak yakinan itulah akhirnya aku memilih pergi. Eh, malah ketemu lagi …,” ucapnya terdengar sedih. Aku menghela napas panjang. “Apakah ada lelaki lain di hatimu?” tanya Wira dengan hati ketar-ketir. “Bukan itu. Hanya saja aku merasa tak pantas untukmu … usai semua urusan kita tentang uang itu beres. Aku akan mengembalikan gawaimu. Biarkan aku hidup dengan jalanku.” Ucapannya terdengar berat. Wira menatap kosong ke depan. Helaan napas berat memenuhi rongga