Keesokan sorenya, Clara mendapat telepon untuk mengantar pesanan dan meninggalkan kafe lima menit kemudian. Suasana kafe yang sepi membuat Sam berpangku dagu di mini barnya. Tidak berapa lama, bunyi pintu terbuka dan Sam langsung menoleh, "Selamat da—” Kata-katanya langsung menguap di udara karena melihat Sebastian yang datang. Lagi-lagi, raut wajah Sam seperti tersipu-sipu dan kali ini Sebastian menyadarinya. Entah kenapa ia langsung mengalihkan pandangannya dari Sam dan berjalan ke arahnya. Sebastian duduk di depan mini bar tanpa berkata apa-apa. Sam berdiri dengan sedikit canggung. Tangannya sibuk mengelap celemek hitam yang dipakainya. "Ada yang mau kau pesan ?" tanyanya dengan napas berat. Sebastian diam selama beberapa saat sambil memandangi jemarinya yang bertautan di meja. “Ic