Pada malam hari pesta pernikahan Dave dan Fani semakin ramai, Fani memakai gaun berwarna silver di hiasi mutiara yang sangat indah dengan bagian bahunya yang sedikit terbuka membuat Fani terlihat semakin cantik dan elegan.
Sedangkan Dave terlihat sangat tampan dengan memakai setelan jas berwarna silver senada dengan gaun Fani, Banyak tamu undangan dari kalangan bisnis Dave yang datang dan juga semua karyawan dan karyawati yang bekerja di perusahaan Dave.
"Beruntung banget ya gadis itu mendapatkan Pak Dave," kata salah satu karyawati.
"Iya, gadis itu sangat cantik sangat cocok dengan Pak Dave yang tampan, entah mengapa Pak Dave selalu menyembunyikan kekasihnya," kata salah satu karyawati lain.
Selama ini Dave tidak pernah mempublikasikan siapa kekasihnya kepada semua orang, sehingga semua orang mengira Fani adalah kekasih Dave selama ini dan tidak mengetahui kalau Laura Bell adalah kekasih Dave yang sebenarnya sebelum Laura Bell menghianati Dave.
Malam semakin larut banyak tamu undangan yang sudah pulang, ayah, ibu dan adik Fani juga akan pulang, Fani memeluk ibunya Anita. Bu Anita lalu mengajak Fani berbicara sebentar, ia menarik tangan Fani agar sedikit menjauh dari Dave dan keluarganya.
"Fani, kenapa kau tidak menceritakan semuanya kepada ibu?" tanya Anita.
"Cerita apa Bu," jawab Fani bingung.
Bu Anita merasa kesal, ia lalu mencubit sedikit tangan Fani karena Fani masih tidak mau mengakuinya.
"Aww, sakit Bu!" ucap Fani.
Fani meringis kesakitan sambil mengelus tangannya.
"Fani, kenapa kamu gak bilang sama ibu kalau kamu hamil, untung saja Nak Dave menceritakan semuanya sama ibu dan ia mau bertanggung jawab menikahimu," kata Bu Anita.
"Apa, hamil!" ucap Fani terkejut.
Fani tidak percaya dengan apa yang dikatakan ibunya, bagaimana mungkin ia bisa hamil padahal ia baru bertemu Dave beberapa jam lalu.
"Ini pasti ulah Dave, pria tidak waras itu yang membohongi ibu, awas nanti kau Dave," guman Fani.
"Bu, Fani bisa jelasin semuanya," ucap Fani.
"Sudahlah Fani lain kali saja, ibu harus pulang sudah larut malam kasihan adikmu besok ia harus sekolah," ucap Bu Anita.
Fani hanya menganggukkan kepalanya, lalu Bu Anita dan Pak Ridwan berpamitan pulang dengan Bu Desy dan Pak Bambang orang tua Dave.
"Bu Desy, kami pulang dulu titip Fani ya Bu," ucap Bu Anita.
"Iya Bu Anita, hati-hati di jalan ya,” ucap Bu Desy.
Setelah orang tua Fani pulang, Dave dan Fani meminta Izin kepada Bu Desy untuk kembali ke kamar beristirahat.
Dave dan Fani terpaksa tidur di dalam satu kamar, karena malam ini orang tua Dave juga akan menginap. mereka tidak mungkin tidur terpisah di saat status mereka sudah berubah menjadi suami istri, meskipun di dalam gedung tersebut memiliki beberapa kamar tidur.
Dave memilih masuk ke kamar mandi terlebih dulu untuk membersihkan diri, sedangkan Fani masih berusaha melepaskan gaunnya.
Tanpa di sadari Fani, Dave sudah keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililit di pinggangnya.
"Aaaahhh!" teriak Fani.
Dave terkejut melihat Fani berteriak.
"Kau ini kenapa?" tanya Dave.
Fani menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kenapa kau tidak pakai baju, cepat sana pakai bajumu," jawab Fani.
Dave tersenyum menyeringai ia sengaja ingin menggoda Fani, Dave lalu berjalan mendekati Fani.
"Untuk apa pakai baju kalau nanti di buka lagi sayang, ini adalah malam pertama kita," ucap Dave.
Mendengar ucapan Dave membuat Fani menggidik ngeri, Fani lalu berlari pergi ke kamar mandi untuk menghindari Dave.
"Pria itu sudah benar-benar tidak waras," guman Fani.
Fani membuka bajunya lalu mandi tanpa berpikir kalau ia tidak membawa baju ganti dan Fani teringat saat ia selesai mandi.
"Aduh, bagaimana ini Aku kesini tadi tidak membawa baju," guman Fani.
Cukup lama Fani berada di dalam kamar mandi, ia terlalu malu untuk keluar hanya menggunakan handuk yang dililit ketiaknya, sedangkan Dave masih tiduran di ranjang menunggu asistennya mengambil baju di rumah Dave.
Fani memberanikan diri keluar dari kamar mandi, ia melihat Dave sudah tertidur, Fani lalu berjalan secara perlahan agar Dave tidak terbangun.
"Syukurlah ia sudah tidur," guman Fani.
Fani tidak tahu kalau Dave hanya berpura-pura tidur, Fani merebahkan dirinya di sebelah Dave dan mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Apa gadis ini sudah tidur," guman Dave melirik Fani.
Tidak lama kemudian terdengar bunyi suara ketukan pintu.
"Tok.... tok...Tok,".
Dave lalu membuka pintunya.
"Ini tuan, pakaian tuan dan nona," ucap Asisten Dave.
"Kau tidak perlu memanggilku seperti itu Rey, ini bukan di kantor dan bagiku kau tidak hanya asistenku tetapi kau juga sahabatku," kata Dave.
"Iya Dave, aku senang kau menikah dengan gadis itu semoga kau bisa cepat melupakan Laura," ucap Reyhan asisten Dave.
Dave hanya tersenyum mendengar ucapan Reyhan.
"Istirahatlah Rey, besok pagi kita harus ke kantor ada hal penting," ucap Dave.
"Oke Dave," sahut Reyhan.
Dave masuk kembali ke dalam kamar ia berbaring sambil menatap ke atas langit-langit kamar, Dave terbayang akan wajah Laura.
"Seharusnya aku menikah denganmu hari ini Laura, kenapa kau tega menghianatiku Laura apa salahku," guman Dave.
Dave memandangi wajah Fani yang tertidur pulas, Dave bisa menyelamatkan nama baik keluarga dan perusahaannya semua karena Fani, Dave lalu mencium kening Fani dengan lembut.
"Terimakasih," ucap Dave.
*************
Pagi hari Fani terbangun, ia terkejut melihat dirinya tertidur sambil memeluk Dave.
"Aaahhhh!" teriak Fani.
Dave terbangun dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kau ini kenapa selalu berteriak?" tanya Dave.
Fani memegang kuat selimutnya sampai menutupi leher dan dadanya.
"Apa, apa yang terjadi semalam?" tanya Fani menyelidik.
Dave melihat tubuhnya tanpa sehelai benang, Dave lalu teringat kalau ia lupa memakai baju yang di berikan Reyhan tadi malam, Dave menahan tawanya melihat wajah Fani yang terkejut karena baginya itu sangat lucu.
"Dave kenapa kau diam saja, apa yang terjadi semalam?" tanya Fani lagi.
"Ya apa lagi yang biasa di lakukan pengantin baru," jawab Dave terkekeh.
Fani menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gak mungkin, gak mungkin itu terjadi," ucap Fani.
"Apa yang gak mungkin Fani, semua itu sudah terjadi," ucap Dave.
Dave lalu mengambil bajunya menuju kamar mandi karena ia harus ke kantor pagi ini, sementara Fani masih berada di tempat tidur sambil mengingat kejadian tadi malam.
"Apakah sungguh benar-benar terjadi, tapi kenapa aku tidak bisa mengingatnya," guman Fani.
Sehabis mandi Dave melempar handuknya ke wajah Fani.
"Mandilah, bersihkan dirimu dan ini pakailah bajumu," kata Dave.
Fani bergegas ke kamar mandi, setelah selesai mandi Fani melihat Dave sedang memakai dasinya dan bersiap ke kantor, Fani lalu bersiap ke kantor karena ia ingin bekerja juga hari ini.
Fani melihat dasi Dave agak sedikit miring tanpa berpikir Fani mendekati Dave dan memperbaikinya.
"Ini lebih baik," ucap Fani.
Dave merasa gugup saat Fani mendekatinya tidak seperti biasanya.
"Ada apa denganku," guman Dave.
Fani meminta izin Dave untuk pergi ke kantor, karena sekarang Dave adalah suaminya jadi ia harus meminta izin Dave terlebih dulu.
"Dave, bolehkah aku pergi ke kantor juga?" tanya Fani memohon.
"Fani, mulai hari ini kau tidak perlu bekerja lagi, aku adalah suamimu biar aku saja yang bekerja," jawab Dave.
"Tapi Dave, kau kan sudah berjanji akan memenuhi semua permintaanku,".
"Baiklah Fani, aku mengizinkanmu tetapi nanti aku akan menjemputmu kita makan siang bersama," ucap Dave.
Fani mengangguk tersenyum senang, Dave dan Fani lalu berangkat ke kantor bersama, Dave mengantarkan Fani terlebih dahulu sebelum ia menuju ke kantornya.