Bab 10. Pertengkaran

1703 Kata
“Awas ya mbak! Aku tidak akan tinggal diam.” Ancam Hanin yang kemudian berlalu dari hadapan Zeelia dengan kekesalannya. ***** Belum juga duduk Zeelia sudah mendapat pertanyaan dari Bosnya yang sedari dari penasaran. “Siapa tadi Zel?” Tanya Rendy yang memperhatikan Zeelia sedang mengobrol dengan seseorang wanita. “Itu iblis, eee bukan, maksudnya wanita resek kayak iblis pak. Hehe..” Kekeh Zeelia mengacungkan jari telunjuknya dan jari tengahnya. Agar bosnya tidak kesal padanya yang bicara ngawur. Pak Eko yang mendengar itu jadi cekikikan sendiri, Zeelia selalu bisa membuat Rendy kesal dengan tingkah dan ucapannya yang asal itu. Tapi itu juga hiburan bagi pak Eko sopir pribadi Rendy. “Mbak Zeelia ini bagaimana sih orang wanita cantik kok di bilang iblis.” Kata Pak Eko sambil cekikikan. “Cantik apanya Pak E? cantikkan aku kemana-mana dong sudah cantik rupa cantik hati pula. Betul kan Pak Bos?” Kata Zeelia sambil memainkan alisnya. CLETAK! Seketika Zeelia mengerucutkan bibirnya sambil mengusap keningnya yang di jitak Rendy. Sedangkan pak Eko semakin terbahak-bahak melihatnya. “Kau ini ke pedean banget jadi orang.” Tegur Rendy melirik kesal pada sekretarisnya itu. “Iya nih mbak Zeelia masak muji diri sendiri tapi ngatain orang lain iblis.” Pak Eko ikut menimpali. “Lah emang begitu kenyataannya Pak E, kelihatan cantik dari luar tapi kelakuannya bak iblis kok.” Jawab Zeelia cuek. “Lagian kalau bukan diri sendiri yang muji siapa lagi coba? Pak Bos sama Pak E belum tentu mau memuji saya kan?” Tanya Zeelia sambil mencebikkan bibirnya, Rendy terkekeh mendengarnya. “Tapi emang benar ya kalau bukan diri sendiri yang muji siapa lagi?” Pak Eko menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Bosnya. Zeelia yang masih kesal langsung memakan makanannya yang baru saja datang terburu-buru. “Pelan-pelan Zel, kalau nanti kamu mati karena tersedak kan gak lucu.” Celetuk Rendy yang membuat Zeelia benar-benar tersedak. Uhuku.. uhuku.. uhuku.. “Pak Bos menyumpahiku mati tersedak!” Pekik Zeelia setelah meminum air putih di depannya dengan rakus. “Bukan begitu Zel, kalau kamu mati aku juga yang repot. Dan gak ada lagi yang aku ajak ke luar kota menjaga istriku.” Jawab Rendy merasa bersalah. Pak Eko tiba-tiba ngefreeze bahkan dia menggantung tangannya yang ada di depan mulutnya yang terbuka. Dia tidak jadi menyuap karena melihat pertengkaran antara Bos dan Sekretaris itu. “Nah itu Pak Bos tahu kalu Zeelia itu sangat penting bagi Bapak. Jadi jangan mendoakan yang tidka-tidak.” Kesal Zeelia sambil kembali meminum airnya llu melanjutkan makannya. Rendy menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, dia tidak menyangka doanya akan manjur walaupun Zeelia masih bisa selamat. “Jika setiap hati ada kamu di rumah, pasti akan ramai dan pasti istriku tidak akan kesepian Zel.” Batin Rendy menatap Zeelia yang kembali memakan makannya. “Pak E ilernya netes itu!” Tegur Zeelia saat melihat Pak Eko masih dalam posisi yang sama membuka mulutnya dan tak kunjung menyuapkan makanannya. “Hah.. eee enggak kok mbak.” Kilah Pak Eko yang malu dan sedikit gugup. Zeelia dan Rendy terkekeh melihat ekspresi Pak Eko, pasalnya mereka baru kali ini punya kesempatan untuk menertawakan Pak Eko. Karena biasanya Pak Eko lah yang menertawakan tingkah Zeelia dan Rendy. ***** Sore hari saat Zeelia keluar dari kantor dia terkejut ketika mendapati mobil Raka sudah ada di halaman kantornya. Zeelia mendekatinya dan dia tidak melihat Hanin di dalam mobil Raka. “Cepat masuk!” perintah Raka dengan suara yang tidak enak di dengar. Zeelia yang mendengar itu segera masuk dan duduk di samping Raka yang sedang mengemudi. Zeelia yang mengetahui jika Raka sedang mode marah pun hanya diam, dia tidak tahu alasan apa yang membuat Raka marah. “Pasti wanita iblis ngomong macam-macam sama mas Raka. Awas saja kau wanita iblis.” Gerutu dalam hati. Zeelia sudah mengira jika Raka marah padanya karena aduan Hanin. Raka tak bicara apa pun selama mengemudi, dia hanya diam dan terlihat tangannya mencengkeram erat setir mobil sampai buku-buku jarinya terlihat memutih. Sesampai di halaman rumahnya Raka memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil untuk masuk ke dalam rumah. Zeelia hanya mengikuti suaminya dari belakang sambil tersenyum miris melihat suaminya yang memang terlihat sangat marah. “Aku minta mulai besok kamu berhenti bekerja Zel.” Kata Raka dengan tiba-tiba saat mereka sudah masuk ke dalam rumah. “Maaf mas tapi aku gak mau.” Tolak Zeelia dengan santainya. “Kenapa gak mau? Kamu takut jika tak akan bertemu Bosmu itu? Jangan-jangan kalian ada main serong?” Tanya Raka dengan membentak. “Maaf ya mas, jika aku main serong dengan Bosku kenapa tidak dari dulu saja? Dan kenapa harus aku lakukan sekarang coba? Dan jika aku melakukan itu mana mungkin aku akan bertahan bersamamu sampai saat ini.” Raka langsung menoleh mendengar perkataan Zeelia. “Apa maksudmu hah?” Tanya Raka yang terlihat sangat geram. “Harusnya perkataanku tadi sudah bisa menjelaskan dengan sangat jelas jika aku tidak ada hubungan apa pun dengan Bosku kecuali pekerjaan mas.” Jawab Zeelia masih santai. Raka berpikir sejenak, dia membetulkan apa yang di katakan Zeelia. Tapi dia gak mau mengakui kebenaran itu. “Pasti itu hanya pembelaanmu saja kan Zel, tidak menutup kemungkinan jika kamu benar-benar ada main dengan Bosmu. Karena tidak ada maling yang mengaku di dunia ini, kamu ingat istilah itu kan?” sangkal Raka. Zeelia memejamkan matanya dengan tangan terkepal kuat, dia ingin marah dan hendak membalas Raka. Tapi dia sadar jika itu tidak mungkin dia lakukan, yqng ada Raka semakin menuduhnya yang tidak-tidak. “Dasar wanita iblis!” umpat Zeelia. “Sabar Zel, ini belum saatnya kamu membongkar semuanya. Tidak lama lagi kamu akan melakukannya jadi bersabarlah sebentar lagi. Oke!” Katanya menguatkan diri sendiri. “Aku tetap dengan keputusanku, mulai besok kamu harus resign dari pekerjaanmu.” Kata Raka yang masih tetap dengan ke inginannya. “Aku tidak mau.” Zeelia pun tak mau kalah dia juga tetap dengan pendiriannya. “Kelihatannya kamu sangat berat meninggalkan pekerjaanmu itu. Apa kamu sebenarnya ada main dengan Bosmu itu dan akan susah untuk kalian saling bertemu jika kamu keluar. Benar begitu kan?” Tuduh Raka. PLAK! Zeelia menampar Raka yang semakin ngawur bicaranya. “Jika memang benar aku ada hubungan dengan Bosku kenapa aku masih mau hidup menderita bersamamu mas? Kamu pikir aku bahagia hidup denganmu? Tidak mas! Aku di sini hanya bertahan karena aku pikir cintaku bisa merubahmu menjadi orang yang lebih baik mas. Tapi aku salah bukannya lebih baik kamu justru jauh lebih buruk dari sebelumnya. Dan ingat mas, aku kerja untuk menghidupi diriku sendiri selama ini karena dari awal aku kerja lagi kamu tidak pernah memberikan aku nafkah. Aku ingatkan lagi mas jika rumah dan mobil kita membelinya dengan patungan. Sedangkan kamu membelikan Hanin rumah dengan uangmu sendiri dan aku masih diam. Kamu tidak pernah menghargaiku setelah kamu menikah lagi mas.” Marah Zeelia. Dia mengatakan itu semua dengan nafas yang memburu dan dadanya naik turun karena menahan emosi. “Aku tekankan sekali lagi mas Raka, selama aku masih sanggup bekerja aku tidak akan resign dari pekerjaanku. Karena tidak ada yang bisa menjamin kehidupanku selain diriku sendiri.” Kata Zeelia penuh penekanan. Mata Zeelia benar-benar merah karena menahan amarahnya saat ini. Setelah mengatakan itu semua dia pergi begitu saja meninggalkan Raka yang masih berdiri mematung di ruang keluarga. Dia sudah tidak peduli lagi dengan Raka sekarang, yang ada di pikirannya sekarang dia harus menyiapkan segala keperluan untuk menggugat cerai Raka tanpa sepengetahuannya. Di samping itu dia juga ingin mengumpulkan bukti kedekatan Hanin dengan pria yang tadi bersamanya biar dia bisa membalas rasa sakitnya pada Raka dan keluarganya juga Hanin. Sedangkan Raka yang masih di tempatnya menatap pintu kamar mereka berdua yang sudah tertutup rapat. Dia memegangi pipinya yang masih terasa panas karena tamparan Zeelia yang cukup keras. “Kamu sudah berani menamparku Zel, kamu marah padaku karena aku menuduhmu selingkuh. Bukannya dengan begitu kamu menunjukkan jika itu semua benar terjadi?” Batin Raka yang masih menyalahkan Zeelia. “Apa kamu tidak ingat cinta kita Zel, kenapa kamu tega menduakan aku seperti ini? Apa karena aku cuma karyawan biasa dan dia pemilik perusahaan?” Gumamnya lirih menahan sakit di hatinya karena dia menganggap Zeelia berselingkuh dengan Bosnya. Raka tidak sadar sebenarnya siapa yang menyakiti siapa di sini. Dia benar-benar menjadi bodoh karena di butakan oleh cintanya pada Hanin dan dia selalu percaya apa yang di katakan Hanin. Raka kembali menatap pintu kamar itu dan kemudian dia melangkah ke arah sofa untuk merebahkan tubuhnya di sana. Raka memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dan pikirannya yang kacau membuat dirinya mudah terlelap. Di kamar Zeelia. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00, Zeelia baru selesai mengumpulkan berkas yang di butuhkah untuk mengajukan permohonan cerai di pengadilan. Zeelia menyimpan berkasnya di dalam tasnya agar tidak ketahuan Raka jika dia masuk ke dalam kamar. Zeelia memutuskan untuk turun ke dapur karena dia kelaparan. Dia ingin memasak makan malam untuk dirinya sendiri. Tanpa di sadari Raka masih berada di rumahnya. Saat sedang asyik memasak dia di kejutkan oleh Raka yang berdiri di depan meja dapur. “Astaga mas Raka! Kamu mengejutkanku.” Pekik Zeelia terkejut sambil memegangi dadanya yang berdebar. Raka menatap Zeelia dengan sendu dan itu membuat dia tak tega sama Raka. Mau bagaimana pun Raka masih suaminya dan masih kewajibannya untuk Raka. “Mas sudah makan belum?” Tanya Zeelia dan di jawab gelengan sama Raka. “Tunggu sebentar ya mas, masakkannya sebentar lagi matang.” Kata Zeelia. Raka tersenyum mendengarnya, dia sungguh merindukan saat-saat seperti ini dengan istri pertamanya ini. Apa lagi dia merindukan masakan, senyuman, kesabaran dan tentu pelayanan di atas ranjang. Raka sungguh sangat merindukan istrinya itu, tapi ada rasa canggung untuk memintanya mengingat sudah lama sekali dirinya tidak menyentuh istrinya itu. Tak lama masakkannya sudah matang, dengan lincah Zeelia menghidangkan dan menyiapkan makanan untuk Raka. “Aku juga merindukan makan malam berdua seperti ini Zel.” Gumam Raka dalam hati saat melihat Zeelia dengan cekatan menyiapkan makanan. “Mari makan mas!” Ajak Zeelia sambil menyodorkan piring yang sudah berisi nasi dan lauk pada Raka. Dengan senang hati Raka menerimanya, dia juga makan dengan lahap dan sesekali melihat Zeelia yang juga makan dalam diam. Inilah yang Raka suka dari Zeelia, semarah apa pun Zeelia, dia tetap melayani suaminya dengan baik. Selesai makan malam Zeelia langsung kembali ke kamarnya. “Aaarrrggghhh..”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN