Mencari Aleksa

1396 Kata
“ Kenapa sih pa, kamu selalu tidak percaya sama mama? tentu saja mama tidak tahu menau soal itu. Rekaman itu di dapat dari temannya Silla. Karena kasihan melihat Arman dikhianati Aleksa pun Silla memberitahukannya sama Arman. Apakah salah jika Silla merasa perduli dengan Arman?” Marisa kembali membela dirinya dan menyembunyikan kebenaran kalau dirinya dan Silla memang dalang di balik semua itu. “ Sudah – sudah, gak usah kita rebut lagi. Apa pun yang sudah terjadi tidak bisa di kembali lagi. Sebaiknya semua istirahan, dan kamu Arman, nenek dukung semua keputusan kamu, Cari Aleksa dan bawa dia kembali kemari beserta calon cicit oma.” lerai oma sambil berdiri dan masuk kedalam kamarnya. “ Papa juga mendukung kamu nak, tapi ingat kamu harus tetap focus sama pekerjaan. Jangan sampai ada masalah terhadap perusahaan karena kamu tidak terlalu focus kerja,” ucap Hamran pun sama mendukung semua keputusan Arman. “ Baik Pa, mulai besok Arman akan menyebar foto Aleksa kesetiap majalah dan surat kabar, juga akan di tayangkan di seluruh televisi yang ada di tanah air. Kalau begitu Arman pamit pa mau istirahat,” Tanpa menoleh kearah Marisa dan Silla, Arman pun berlalu meninggalkan ruang keluarga, menuju kamarnya yang ada di lantai dua. “ Arman, kamu tidak bisa membiarkan Silla terus seperti ini. Pokonya mama gak setuju kalau sampai kamu membawa lagi w************n itu kembali kerumah ini,” teriak Marisa . namun Arman sama sekali tidak meperdulikannya. Arman memilih masuk dan mengunci kamarnya, malas untuk berdebat dengan mamanya yang super egois itu. Tujuh bulan sudah Arman mencari Aleksa, namun selama itu pula tak ada tanda – tanda keberadaan Aleksa. Bahkan Foto – foto yang disebar Arman pun belum membuahkan hasil. Sementara Marisa masih tetap bersikeras untuk memaksa Arman menikah dengan Silla secepatnya. Namun lagi – lagi Arman menolak. Arman akan menikah dengan Silla apabila Aleksa memang sudah tidak bisa lagi diajak rujuk. Hari ini sehabis kerja Arman pun kembali mencari Aleksa. Arman bahkan memutuskan untuk menemui Risty sahabatnya Aleksa yang sama – sama mengajar di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin dulu sebelum menikah dengan Arman. “ Eh mas Arman, tumben main kesini, kok Aleksanya gak di ajak sih mas? padahal aku kangen banget dengan Aleksa,” sapa Risty yang kebetulan baru selesai mengajar. “ Oh iya, anu, Aleksa lagi hamil jadi gak boleh banyak keluar rumah oleh oma.” Mendengar pertanyaan Risty seperti itu, Arman pun kebingungan. Setadinya ingin menanyakan tentang Aleksa, namu setelah melihat tingkah Risty, maka Arman pun mengurungkannya. Karena Arman tahu Aleksa belum pernah datang ke Pondok Pesantren tersebut. “ Yang bener mas?” Arman hanya mengangguk, “ Alhamdulillah Aku seneng banget, Akhirnya Aleksa akan menjadi seorang ibu. Tapi kapan – kapan ajak main dong kemari. Semua orang disini merasa kangen tau sama Aleksa,” rengek Risty sambil tersenyum manja. “ Iya, aku janji kapan – kapan kami kesini Bersama Aleksa,” jawab Arman singkat,” oh iya Ris, pak kiyai ada?” tanyanya sambil memandang Risty. “ Ada, mau ketemu pak kiyai? Mari aku antar,” jawab Risty sambil melangkah menuju tempat kediaman Kiyai Muhtar orang yang membesarkan Aleksa sejak kecil. Jarak antara asrama putri dengan rumah kediaman Kiyai Muhtar tidaklah jauh, karena masih satu komplek dilingkungan Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin. Hingga tidak memerlukan waktu lama untuk sampai ke rumah pak Kiyai. Kedatangan Arman langsung disambut oleh Kiyai Muhtar. Bagaimana pun juga, Arman adalah putra donatur tetap Yayasan Sabilul Muttaqin. “ Assalammualaikum,” sapa Arman mengucap Salam bersaam dengan Risty. “ Waalaikum Salam, nak Arman apa kabar?” jawab Kiyai Muhtar sambil memeluk Arman dan mengjaknya masuk. “ Alhamdulillah baik pak Kiyai. Bapak sendiri gimana kabarnya?” jawab Arman sambil balik bertanya. “ Alhamdulillah nak Arman, bapak pun baik – baik saja saat ini…ngomong – ngomong kok Aleksa tidak dibawa kemari? Bapak kangen banget sama Aleksa. Gimana keadaannya? Apa kalian sudah mulai mendapatkan hasil?” tanya kiyai Muhtar sambil tersenyum. “ Justru sekarnga Aleksa sedang hamil pak kiyai.” Risty dengan cepat menyambar perkataan yang sudah ada di bibir Arman. “ Syukur Alhamdulillah, ternyata tajam juga nak Arman ini. tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan Anugrah dari Allah.” Kiyai Muhtar pun berucap syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah pada Arman dan Aleksa. Arman hanya bisa tersenyum pahit melihat kebahagian di wajah Kiyai Muhtar. Kini hatinya semakin teriris sakit rasanya Ketika harus menerima kenyatan kalau Aleksa ternyata memang tidak kembali ke Pondok Pesantren tempatnya dulu mengajar dan mencari ilmu agama dibawah bimbingan langsung dari Kiyai Muhtar. Setealah cukup lama berbasa – basi, Arman pun pamit pulang. Tak lupa sebelumya menyerahkan sumbangan untuk para anak Yatim Piatu yang di rawat di Yayasan Panti Asuhan Sabilul Muttaqin. Disanalah Aleksa dulu menimba ilmu agama setelah kedua orang tuanya meninggal dunia kitika Aleksa berumur sepuluh tahun. Setelah menempuh perjalan lebih dari satu jam, Arman pun akhirnya sampai kembali kerumahnya. Suasa sepi dirasakan oleh Arman sesampainya didalam rumah. Arman pun berjalan menuju kamar oma Rahma. Namun langkahnya terhenti saat mendengar sebuah percakapan didalam kamar oma Rahma. “ Aku gak habis pikir dengan sikap dan kelakuan Marisa, ma. Bisa – bisanya dia membuat Fitnah yang begitu keji terhadap Aleksa. Aku menyesal karena tidak mendengar perkataan mama dulu Ketika aku memilih pisah denga Raisya dan memilih menikahi Marisa,” Ucapan itu terdengar jelas suara Hamran ayahnya. Tapi siapa Raisya? Arman pun bertanya dalam hatinya tentang Wanita yang Bernama Raisya yang merupakan istri pertama papanya itu. “ Sudalah Hamran gak perlu diingat lagi. Kejadian itu sudah berlalu, apa pun yang terjadi tidak mungkin bisa kembali lagi. Ingat pesan Raisya sama kamu agar kamu bisa menjaga Arman,” jawab oma Rahma “ Aku juga tahu itu ma, aku akan selalu membuat Arman Bahagia seperti keinginan ibunya Raisya,” Seketika Arman seperti mendapat pukulan keras ditubuhnya. Arman baru tahu, ternyata Marisa bukanlah ibu kadungnya melainkan perempuan yang Bernama Raisyalah ibunya yang sebenarnya. Arman pun secara perlahan mendorong pintu kamar oma Rahma yang sedikit terbuka, “ Arman! Sini nak,” ucap oma Rahma sambil memanggil Arman untuk masuk dan duduk disampingya. “ Maaf oma, Arman sudah lancang menguping pembicaraan oma sama papa barusan. Arman hara poma mau menjelaskannya lagi, apa benar kalau mama Marisa itu bukan mama kandung aku? Karena tadi Arman dengar kalau papa menyebut satu nama yaitu Raisya,” ucap Arman tidak ingin menunggu untuk mengetahui cerita yang sebenarnya. Oma Rahma hanya tersenyum, kemudian berdiri dan mengambil album foto yang selama ini disimpannya di dalam lemari. Setelah itu, oma kembali duduk disamping Arman dan menyerahkan album foto tersebut. “ Ini apa oma?” tanya Arman sambil menerima album tersebun dan membukanya. “ Ini adalah foto kenangan mama kamu nak. Memang benar, kalau Marisa bukanlah mama kandung kamu. Karena Ketika itu mama kamu dan papa bercerai,” ucap oma sambil menemani Arman melihat foto – foto pernikahan Hamran dengan Raisya. “ Tapi kenapa mama sama papa bercerai?” tanya Arman semakin penasaran. “ Kejadiannya persisi seperti yag dialami oleh kamu, nak. Pada waktu itu mama kamu pun menjadi korban fitnah Marisa. Mama kamu di tuduh selingkuh oleh Marisa dengan bukti foto m***m mama kamu dengan seorang laki – laki. Hal itu membuat papa kamu marah dan akhirnya menjatuhkan talak sama mama kamu, dan mengusirnya. Mama kamu pun pergi dan meminta sama oma untuk menjaga dan membesarkanmu. Satu tahun setelah itu, Marisa pun hamil dan meminta pertanggung jawaban papa kamu, hingga akhirnya mereka pun menikah.” Arman menggeleng kepala, dia pun tidak menyangka kalau nasib Aleksa akan sama persis seperti mamanya saat itu, “ Tiga bulan setelah papa menikah dengan mama Marisa, kebohongan tentang foto itu pun terungkap. Tanpa disengaja papa melihat mama Marisa tengah berbicara dengan seseorang, dengan rasa penasaran, papa pun mendekatinya. Dan hasilnya, papa mendengar pengakuan mereka berdua tentang foto tersebut. Ternya Wanita yang ada di foto itu bukanlah mama kamu, melainkan Wanita lain yang wajahnya di ganti dengan wajah mama kamu. Seketika papa marah dan hampir khilaf. Untung saja oma datang dan menyadarkan papa. Ingin rasanya hari itu juga papa menceraikan mama Marisa, namun karena kondisinya sedang hamil, papa pun membatalkannya,” jelas Hamran meneruskan cerita oma Rahma yang terheti tadi. “ Lantas kenapa papa tidak mencari mama? papa kan sudah tahu kalau mama itu tidak bersalah,” ucap Arman dengan nada kesal. Karena menganggap kalau Hamran hanya berdiam diri saja setelah mengetahui kalau mamanya itu tidak bersalah. keberadaan mama kamu beserta adikmu,” jawab Hamran dengan raut wajah begitu sedih karena di penuhi dengan rasa penyesalan yang amat dalam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN