Kania Febrika, menatap nanar kepada Kenzo Wijaya, seorang duda tampan yang memiliki anak seumuran dengannya. Tapi, pria itu tidak akan pernah tahu jika kini hati Kania tengah teriris, sakit, dan pilu. Karena senyuman di bibirnya tetap terjaga dengan baik.
Seraya melangkah mendekat kepada Kenzo, Kania mulai melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya. Hingga habis tak bersisa, dan Kenzo bisa melihat dengan jelas setiap inci tubuh Kania.
Rahang Kenzo mengeras. Saat ia melihat tubuh polos dan mulus tanpa cela itu mendekat. Sesekali ia meneguk ludahnya, membasahi tenggorokan yang tiba-tiba saja kering kerontang, padahal beberapa menit yang lalu Kenzo menandakan satu gelas air dingin.
"Seperti yang aku katakan. Aku akan menjadi sugar baby untukmu, Om," bisik Kania sebelum duduk di pangkuan Kenzo. Ia menengadahkan kepalanya, menahan air mata yang siap turun kapan saja.
Kania menjerit dalam hati. Mencaci maki dirinya sendiri yang tidak memiliki pilihan lain untuk menyelamatkan rumah tangga kedua orang tuanya yang kini diambang perceraian.
"Kamu tidak akan pernah bisa mundur jika kita sudah selesai," ucap Kenzo lirih. Terbakar hasrat yang sepuluh tahun ini sudah tertidur. Meskipun ia memiliki kekasih dan akan segera menikah, Kenzo tak sampai seperti ini.
Dirinya yang sudah lama tak merasakan lorong kenikmatan, kini mulai menggeliat ketika melihat dua ujung berwarna merah muda, tepat di depan matanya. Cukup dengan membuka mulut, Kenzo sudah bisa menyesap dan merasakan hal yang sudah lama tak dirasakan.
"Aku tahu, maka dari itu cepat lakukan agar aku utuh untukmu," bisik Kania tepat di telinga Kenzo.
Kedua tangannya bergerak, meraih dua tangan besar Kenzo yang masih enggan memeluknya. Dengan sangat perlahan Kania membawanya untuk menangkup kedua dadanya yang begitu bulat dan kenyal.
Mata Kania terpejam. "Ayah, maafkan aku. Aku tidak ingin ayah patah hati ketika ibu menikah dengan pria ini. Biar aku yang menjadi istrinya, agar ayah dan ibu bisa selalu bersama," gumamnya dalam hati.