Gadis itu masih terus memalingkan wajahnya ke arah luar, atau lebih tepatnya ke arah kirinya. Kepalanya sama sekali tidak mau menatap pria yang kini sedang duduk di samping kanannya. Fokus menyetir untuk mengantarkannya ke rumah, secara paksa. "Kamu mau diam terus?" Tanya Fawaz akhirnya. Setelah sekian lama bergelut dengan pikirannya, perihal panggilan yang tepat untuk Inez. Ingin memanggil dengan embel-embel ibu di depan nama Inez, rasanya kurang pas di situasi yang sedang ribut kecil ini. Menggunakan 'kamu' sebagai sapaan pun rasanya ia belum sedekat itu dengan Inez, seolah masih ada tembok pembatas antara mereka. Namun, akhirnya, setelah pergelutan itu, Fawaz pun memutuskan untuk mulai menyapa Inez layaknya terhadap teman. Ya, kali ini teman saja dulu. Nanti-nanti baru sebagai istri,