Haruskah selesai?

1204 Kata
Tepat pukul setengah enam pagi. Seorang Kenzie sudah bangun dari tidurnya. Rupanya ucapan Johan malam itu berhasil mempengaruhi Kenzie. Jujur saja seminggu ini dia tidak pernah melihat batang hidung Aurel. Entah ke mana gadis itu. Setelah putus dengan Reyhan, hampir di mana pun Kenzie tak pernah melihatnya. Baik di kantin, lapangan, taman, rooftops, nggak tau lagi kalau kelas. Setelah meregangkan ototnya Kenzie segera bangkit menuju kamar mandi. Tak lupa dia juga memencet saklar lampu. Ketika berbalik cowok itu langsung dikejutkan dengan penampakan teman-temannya yang sungguh di luar dugaan. Arfen yang tidur di atas sofa dengan mulut menganga lebar, sepertinya seru kalau diisi garam. Johan dan Alan yang tidur berpelukan jadi ngeri Kenzie lihatnya. Roni yang tidur dengan kepala menggelantung ke bawah, oh Tuhan pantas saja tadi malam Kenzie merasakan ada seperti asin-asin dalam mulutnya. Oke rupanya hanya Gavin yang tidur normal yaa meski terihat seperti gembel di depan pintu balkon. Oke sudahlah biar mereka senang. Cowok itu segera masuk kamar mandi, merendam badannya dengan air hangat agar merasa rileks dan benar saja cowok itu tenang tapi masih terlintas di pikirannya apakah harus dia mengajak Aurel jogging? Yang ada cewek itu bakal geer. Lalu kalau pacar posesifnya itu tau? Ah ralat mantan! ••• Kini Kenzie sudah siap, dengan celana training abu-abu dan kaos hitam dilapisi hodie pinknya. Dirasa cukup cowok itu segera menuju rumah Aurel menjemput gadis itu dan mengajaknya jogging. Oke itu planning Kenzie hari ini, kalau berubah? Biarlah itu memang takdir pikirnya. "Jadi?" tanya Johan yang hendak pulang dari rumah Kenzie. Cowok itu mengangguk. "Udah gue duga. Semoga sukses." "Yoi." Dan itu adalah spesies terakhir yang pergi. Oke sekarang gilirannya. Kenzie segera mengeluarkan motornya dari dalam Garasi dan bergegas pergi mumpung nyonya Cinta belum terbangun dari tidurnya. ••• "AUREEEEL CEPET BANGUN!!!" teriak Ayunda sambil mengaduk adonan tepung di dapur. Itu adalah ritual wajib Ayunda untuk membangunkan Aurel pada hari minggu. Berteriak. "AUREL KALAU KAMU NGGAK BANGUN MAMA SIRAM AIR GARAM NIH!!" ancam Ayunda sambil menengok ke arah kamar Aurel yang masih tetutup. Wanita itu menggeram kesal dengan anaknya satu itu. Sangat berbeda dengan Abangnya dulu yang selalu mau bangun pagi untuk membantunya. Kalau Aurel boro-boro bantu nyentuh dapur saja tidak. "AUREEEEL KAMU DENGER MAMA NGGAK. MAMA HITUNG SAMPAI TIGA AWAS YA!!!" Di dalam kamar Aurel sudah menutup telinganya rapat-rapat dengan bantal. Teriakan Ayunda sungguh memekakan telinga, lagian ini masih pagi dan ini hari minggu. Setidaknya biarkan Aurel menghabiskan waktu liburnya dengan membangun pulau. Melihat tidak ada respon, Ayunda menjadi kesal sendiri, baru saja dia akan memasuki kamar Aurel tiba-tiba bel rumah berbunyi. Ting! Ayunda mengumpat dalam hatinya siapa yang bertamu pagi-pagi. Ting! "Sebentar!" Ayunda memutar handle dan membuka pintu, matanya membulat saat melihat siapa yang datang. Langsung saja Ayunda tersenyum ketika tamu itu memberi senyum dan menyalami tangannya. Anak yang sopan. "Temannya Aurel?" tanya Ayunda karena wajahnya sangat tak asing. "Iya, Aurel ada?" tanya Kenzie balik, Ayunda mengangguk lalu mempersilahkan Kenzie masuk dan duduk terlebih dahulu. "Aurel masih tidur, biar Tante panggilkan sebentar ya?" "Iya Tante, maaf merepotkan," ujar Kenzie merasa tak enak sendiri, lagian jam segini anak perawan belum bangun mau jadi apa dia nanti. Sungguh bukan istri idaman, eh? ••• Puluhan menit kemudian Aurel keluar dari kamar dengan celana leging selutut dan kaos lengan panjang abu-abu pink gitu. Dia juga sudah memakai sepatu dan rambutnya dicepol asal. Sejak mendengar decitan dari arah kamar Aurel cowok itu sudah memperhatikan Aurel mulai dari bawah hingga atas. Perfect, body goals banget tapi sayangnya kebo. "Kok pake baju gitu? Emang mau ke mana?" tanya Kenzie sengaja, pasalnyakan Kenzie belum memberi tau Aurel bila dia akan megajak jogging tapi cewek itu sudah kepedean dan untungnya itu benar. "Lah? Kata Mama lo mau ngajak gue jogging," jelasnya dengan wajah cengo tapi Kenzie malah terkekeh. "Mama lo pasti cenayang," ujar Kenzie menebak asal. "Mana ada enggaklah enak aja. Mama gue normal tahu!" "Iyain, yaudah yuk pergi keburu siang." Kenzie bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar dan saat menengok lagi kebelakang ternyata Aurel masih diam di tempatnya dengan bibir mengerucut. "Ngapain lo masih diam di situ? Ayo!" Ajak Kenzie lagi. "Ih, sebenarnya kita mau ke mana sih? Ini baju gue bener kan?" tanyanya. Kenzie berusaha menahan tawanya meski wajah Aurel sekarang sangat lucu, ternyata gadis itu takut salah kostum. "Iya, udah benar kok, ayo." Aurel berjalan lambat menuju arahnya, karena kesal Kenzie langsung menarik Aurel hingga sampai di motornya. Dia memberikan Aurel helm berwarna pink yang hanya ditatap cengo oleh Aurel. "Malah didiemin, pake!" suruh Kenzie. "Kenapa warna pink sih? Gue nggak suka tau! Itu juga jaket lo pink, sok imut banget." cibirnya membuat Kenzie mengangkat sebelah alisnya, Aurel kalau ngomong gak disaring dulu gak lihat apa dia pakai baju juga ada pinknya. "Emang gue imut. Udah pake buruan kita berangkat." Aurel mengalah lalu memakai helmya dan langsung naik ke atas motor Kenzie sebelum cowok itu naik. "Cepet amat." "Buruan Ken! Entar keburu siang!!" "Iya, iya bawel." Motor itu melesat pergi dari rumah Aurel dengan kecepatan rata-rata membela jalanan. Lima belas menit kemuadian mereka berdua sampai di sebuah taman yang lumayan ramai langsung saja Aurel turun disusul Kenzie di belakangnya. "Suka?" tanya Kenzie sambil membernarkan rambutnya. Aurel mengangguk. "Udah lama gue nggak jogging. Rey nggak pernah ngajak gue jogging sebelumnya," ujar Aurel tanpa sadar membuat satu sudut bibir Kenzie terangkat. "Serius? Beruntung dong gue?" tanyanya. "Kok bisa?" "Iya secarakan Rey cinta pertama lo, terus dia nggak pernah ngajak lo jogging kan. And see gue orang pertama yang ngajak lo? Right?" "No!" Aurel menampik itu. Ternyata tingkat kepedean Kenzie terlalu tinggi. "Lo pikir Abang gue nggak pernah ngajak gue jogging?" "Kan itu Abang lo bukan pacar?" "Terus, emang lo pikir lo siapa? Pacara gue? Bukan kan? Lalu apa bedanya Ken!" Gadis itu membenarkan teori Kenzie lalu setelahnya dia berlari kecil disusul Kenzie di belakangnya. "Nggak ada sih," balas Kenzie setelah sejajar dengan Aurel. "Serah lo!" Aurel mempercepat larinya sedikit meninggalkan Kenzie. Sesekali dia menengok ke belakang sengaja mengejek cowok itu karena larinya lebih pelan. Hingga Aurel tak fokus jalan, membuat tubuhnya sukses menabrak badan seseorang yang sepertinya lebih besar hingga membuatnya terpental ke belakang. Untungnya Kenzie adalah teman yang siap siaga tak mau membiarkan tubuh Aurel menyentuh tanah. "Becarfull!" ujar Kenzie untuk sesaat dia bisa mengunci pandaangan gadis itu hingga setelahnya Aurel bangkit karena degub jangtungnya juga ikut maraton. "Rey?" Baiklah, musibah apalagi ini? Aurel membatin sekaligus mengumpat. Kenapa di Indonesia yang luas ini dia harus dipertemukan dengn Rey? Aurel menatap Rey dengan penuh harap begitu pula sebaliknya. Namun hal yang menyakitkan datang, seorang gadis tiba-tiba muncul dari belakang sambil membawa dua gelas es kopi. Satu dia pegang dan satu lagi dia berikan kepada Rey. Cowok itu menerimanya dengan senyum membuat jantung Aurel berhenti berdetak sementara. Rasanya ingin dia hilang saja dari muka bumi. "Lo baik Rel?" bisik Kenzie yang langsung merangkul Aurel tak lupa dia melempar tatapan tajam pada Rey. "Baik, bawa aku pergi Ken," ujar Aurel dan Kenzie paham. Dia segera membawa gadis itu pergi. Masih diam di tempat, Rey baru saja terkejut saat Aurel memanggil Kenzie dengan 'aku' dan tadi juga dia tak meronta ketika Kenzie merangkulnya. Rey tersenyum miris sepertinya hubungan mereka harus benar-benar selesai. "Dek lo kenal mereka?" "Enggak," jawab Rey seperlunya lalu menggandeng tangan Tania kakaknya untuk pulang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN