POCONG TOKAI

941 Kata
Cerita ke delapan Author dapatkan dari Erick Hendriasah, teman Author yang tak kalah tampan asal negeri jiran ini mengirimkan kisah misteri lucunya pada Author kemaren. Salam negeri Jiran?. Pemuda tampan yang bernama Erick ini berusia 26 tahun. Alhamdulilah beliau sudah mempunyai istri dan di karuniai satu putra yang lucu berusia 3 tahun. Oke, gak usah lama lama lagi. Author langsung saja sampai pada para pembaca yang selalu setia mantengin n****+ hantu kocak ini. Di sebuah perumahan yang kerap kali kita temukan di dunia nyata, pastinya selalu saja di adakan ronda malam. Semua dilakukan atas kesadaran warga yang ingin desa atau tempatnya terhindar dari pencuri atau maling yang kerap kali melakukan aksinya di malam hari. Begitu juga dengan Erick, malam ini Erick bersama bersama Alex kebagian jatah ronda malam. "Rick, ngomong ngomong ... tumben malam ini sepi bener." ucap Alex menggosok kedua telapak tanganya. "Iya, Lex. Gue juga heran nih." jawab Erick dengan pandangan yang ia tolehkan ke kiri dan ke kanan. Alex bersama Erick memutuskan istirahat dan duduk di pos kamling, guna menyeduh kopi dan merokok, yang mereka berdua harap bisa mengusir rasa kantuk mereka. KLEPAS ... KLEPUS ... Kepulan asap putih keluar dari mulut Erick dan Alex. "Mantap jiwa! ya ngopi ya merokok." ucap Erick yang menikmati rokok dan berikut kopinya. Untuk segelintir orang. Terkadang minum kopi hitam di malam hari bisa membuat perutnya menjadi mules, hal ini pun sama terjadi pada Erick. "Lex, sorry. Tiba tiba aja perut Gue sakit nih. Pengen b**l gak kuat." Erick beringsut turun dari pos kamling dan berlari menuju jembatan yang tak jauh dari pos kamlingnya. Tanpa pikir panjang lagi Erick nongkrong di jembatan itu dengan berpegangan tangan pada besi dan berniat membuang kotoranya ke kali yang berada di bawah jembatan. Erick tidak menyadari. Bahwasanya di kali yang kering bawah jembatan tempat ia boker. Terlihat seorang pocong yang sedang duduk merenung meratapi nasibnya yang selalu galau karena di kucilkan sesama pocongnya. Pluk ... pluk ... Tokai Erick mendarat tepat di pundak si pocong. "Haissss ... apaan nih." Si pocong memegang tokai Erick yang kini menempel di pundaknya. Di pegangnya tokai Erick, dan untuk memastikanya, si pocong mencium tanganya yang sudah belepotan tokai Erick. "Sialan! ini mah Tai." seru si pocong yang baru mengetahuinya. Si pocong bangkit dari duduk. Dirinya marah dan tak terima. Dirinya menoleh ke atas dan ingin mengetahui siapa gerangan yang telah berani melakukan hal kotor dan keji padanya. GEPLUK ... Namun nahas, Erick yang mules kini mengeluarkan kembali tokainya dan tepat mengenai wajah si pocong. "Wah ... b******n!" seru si pocong sambil mengusap wajahnya yang sudah penuh dengan kotoran Erick. Erick yang baru saja menyelesaikan buang hajatnya. Dirinya segera melangkah menuju kran air yang letaknya di sebelah pos kamling. "Buset ... bau banget loh Rick." Alex menutup hidungnya. "Iya, Sorry. Tadi Gue habis b**l, berhubung kali sedang kering. Jadi Gue ceboknya disini aja." jawabnya dengan santai. Erick kini sudah kembali duduk manis menemani Alex yang sudah lama menunggunya. Sedangkan si Pocong. Kini dirinya terlihat murka semurka murkanya. Cara berjalan melompat tidak lagi ia terapkan. Dia kini berlari kecil dan mencari keberadaan Erick yang telah tega berbuat keji pada dirinya yang sedang galau. Di jembatan. Si pocong menolehkan pandanganya ke segala arah mencari kemana hilangnya sosok Erick. Hingga tak sengaja pandanganya tertuju pada Erick yang sedang duduk manis menghisap rokok bersama Alex, dengan wajah polos tak berdosanya. "Itu dia orangnya. Tidak salah lagi." si pocong kini melangkah menuju poskamling tempat dimana Erick dan Alex berada. "Hei ... anak muda! sungguh kejam sekali kau memperlakukan diriku seperti ini." seru si pocong yang tak terima dengan perlakuan Erick. Si pocong terus mencak mencak pada Erick sambil memperlihatkan sekujur kain kafanya yang sudah belepotan kotoran Erick. "Uhhhh ... bau!" ucap Erick dan Alex bersamaan sambil menutup hidungnya merasa tidak tahan. "Ini semua gara gara kamu anak muda!" bentak si pocong sambil menunjuk ke arah muka Erick. Erick dan Alex bangun dari duduk dengan tangan yang sudah memegang kayu pentungan. "Jaga mulutmu! menuduh seseorang tanpa bukti yang nyata. Itu Hoax namanya." tegas Erick. "Iya, benar! sebagai warga negara yang baik. Kita harus menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah! Bukan begitu, Rick?" timpal Alex sambil menggedikan kepalanya pada Erick. Erick mengangguk dan membenarkan apa yang telah di ucapkan Alex sahabatnya. "Halahhh ... lagu loh pada tengil. Ngomong kaya pengacara kondang saja pake bawa bawa asa praduga tak bersalah." Si pocong berkecak pinggang menatap Erick dan Alex. Erick dan Alex beradu pandang sesaat dan kemudian menganggukan kepalanya. Perlahan si pocong mulai melangkah mundur ketakutan melihat Erick dan Alex sudah mengangkat kayu pentunganya. "Hei ... apa yang akan kalian lakukan padaku?" si pocong jatuh duduk karena kakinya tak sengaja tersandung batu ketika mundur. Tanpa aba aba lagi. Erick dan Alex langsung menghujani si pocong dengan kayu pentunganya. "Auwwww ... sakit . Ini main hakim sendiri namanya." ucap si pocong sambil menahan pukulan Erick dan Alex dengan tanganya. "Hajar terus, Lex. Dedemit seperti tak perlu dikasih ampun lagi!" seru Erick dengan tangan terus memukuli wajah dan kepala si pocong. "Benar, Rick. Jangan kasih kendor!" Alex terus menghajar tangan dan perutnya si pocong. Setelah puas menghakimi dan menghajar si pocong habis habisan. Erick mengambil karung goni yang ada di kolong pos kamlingnya. "Bagus, Rick. kita karungin aja ini dedemit tokai." ucap Alex sambil menarik kain kafan bagian kepala si pocong dan memasukanya ke dalam karung. Di atas jembatan. Erick dan Alex kini terlihat mengangkat dan mengayun karung goni yang berisi si pocong tokai. "1 ... 2 ... 3 ..." mereka melempar si pocong yang sudah di karungin dari atas jembatan hingga terlempar ke bawah kali yang sudah kering. Erick tidak menyadari. Bahwasanya si pocong kini benar benar terluka lahir maupun batinya.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN