ASAL MULA SUSTER NGESOT

1308 Kata
Di episode ke enam ini. Author dapet kiriman kisah misteri lucu tentunya dari seorang kawan yang jauh disana. Kisah lumayan menarik dan saya yakin para pembaca setia juga pasti menyukai. Ok, Chek it out. Let's start aja ceritanya. Kata sebagian orang mengatakan, Bahwa Malam minggu adalah malam yang panjang, malam yang asyik buat pacaran tentunya. Begitu juga dengan teman Author yang tampan ini yang bernama Gilang gantika. Dirinya kini terlihat keren tampil bergaya. Kemana lagi kalau bukan untuk mengapel ke rumah pacarnya. "Berangkatttt." ucap Gilang sambil menarik gas motornya. Seling beberapa menit kemudian. Motor ninja Double R Gilang kini telah sampai dan terparkir rapih di sebelah motor Tiger yang Gilang sendiri tidak tahu motor siapa itu. Gilang berdiri sejenak memperhatikan motor yang yang terparkir di sebelah motornya. "Motor siapa ini?" gumam Gilang. Gilang tak ingin berpikir panjang. Dirinya mengambil buket bunga yang tadi ia simpan di atas tangki motor dan kemudian melangkah menuju rumah Myafa kekasihnya. Pintu rumah yang sudah terbuka setengah memudahkan gilang untuk langsung melihat seseorang, yang kini sedang duduk berhadap hadapan bersama kekasihnya. "Siapa dia?" tanya Gilang pada dirinya sendiri. Gilang memutuskan untuk langsung masuk dan memberikan buket bunga pada Myafa. Dirinya lebih memilih untuk berdiri memperhatikan dan menyimak apa yang sedang di bicarakan kekasihnya. Lama semakin lama. Obrolan antara Myafa dengan lelaki yang belum di ketahui Gilang, kini lebih menjurus ke arah serius. "Apa! berani sekali dia!" gumam Gilang yang masih berdiri terpaku melihat lelaki itu, kini dengan berani duduk disebelah Myafa dan merangkul pinggangnya. Betapa remuknya hati Gilang, ketika ia harus menjadi saksi bisu menyaksikan lelaki yang ternyata tiada lain dan tiada bukan adalah mantan kekasihnya yang dulu dari Myafa. Kini sedang asyik bertukar saliva menyesap manisnya bibir Myafa. Brukkk Buket bunga yang ia pegang kini telah terjatuh ke lantai dan sukses membuat Myafa dan mantanya menoleh ke arah Gilang yang masih berdiri di luar pintu rumahnya. "Gilang!" seru Myafa yang langsung bangkit dan berlari mengejar Gilang yang kini sedang melangkah kembali menuju motornya. "Gilang tunggu! aku bisa jelaskan semuanya." teriak Myafa sambil menangis dan menahan lengan Gilang agar tidak segera pergi meninggalkanya. Gilang menatap tajam memandang Myafa yang telah sukses menyakiti dan meluluh lantahkan hati dan perasaanya. "Hentikan Myafa! untuk apa kau memilih lelaki yang tak bernyali seperti itu." ejek mantan Myafa. Gilang turun dari motor dan membatalkan niatnya untuk segera pergi meninggalkan Myafa. "Apa kau bilang!" tanya Gilang dengan nada dingin. "Apa kau tuli, hah? kau pecundang dan kau pengecut!" Hina sang mantan Myafa pada Gilang. Gilang murka dan langsung menghajar mantan Myafa tepat mengenai wajahnya hingga menyebabkan mulutnya berdarah. Bukanya kapok. Mantan Myafa malah tersenyum sambil meludahi wajah Gilang dengan air liurnya yang sudah bercampur darah. "Hei ... pengecut, apa hanya segitu kemampuanmu? apa kau tahu bibir Myafa itu nikmat, dan ciuman tadi yang kau saksikan, masih saja terasa di bibirku." Mantan Myafa terus memancing emosi Gilang. Myafa mencoba melerai namun mantanya malah mendorongnya hingga terjatuh. Dan seketika darah Gilang mendidih sampai ke ubun ubun. "Sepertinya aku harus menghabisimu malam ini juga." Gilang mengangkat dagu manta Myafa dan langsung kembali melepaskan sebuah jotosan yang sangat kuat hingga membuat tulang hidung mantan Myafa remuk seketika. Mantan Myafa kini terbaring tak berdaya dengan luka di wajahnya yang serius. Gilang pergi menancap motornya meninggalkan Myafa yang masih menangis melihat kepergianya. Sepanjang perjalanan. Otak gilang mendadak olenk, dia melakukan atraksi jumping yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain. Gilang terus menggeber geber motornya tanpa arah dan tujuan pasti. Hingga tak di sadarinya kini dia malah masuk ke area pembangunan Tol yang belum selesai dalam proyek pembangunannya. Minimnya penerangan jalan. Membuat gilang tidak bisa secara fokus dan jelas melihat jalanan yang akan di lewatinya. Hingga .... Bugh .... jebredddd ... Gilang tak sengaja menabrak seseorang yang sedang melintas malam malam di tol tersebut. Motor yang di tunggangi Gilang kini terpelanting jatuh dan menyeret gilang beberapa meter dari lokasi penabraknya. "Oh ... tidak. Sepertinya aku tadi menabrak seseorang." ucap Gilang yang mencoba bangkit dari jatuhnya. Dengan kaki yang masih terasa sakit. Gilang menyeret kakinya untuk melangkah menghampiri si korban yang telah di tabraknya. Dengan hanya menggunakan penerangan senter handphonenya. Gilang mendapati seorang wanita berbaju perawat sedang menangis sambil merunduk dengan kaki yang berlumuran darah. "Neng, maaf. Akang gak sengaja, Tadi akang olenk dan ..." Gilang terhenyak kaget setelah mengetahui siapa yang telah di tabraknya. "Ha ... ha ... hantu!" teriak gilang namun ia tidak berlari. "Kang ... akang harus tanggung jawab. Walau saya hantu, saya juga punya hak." ucap si suster ngesot. "Ha ... ha .. ha. Kenapa Gue harus tanggung jawab?" tanya Gilang yang masih tertawa. "Ya elah Kang. Gara gara akang saya jadi ngesot begini. Padahal tadinya saya kan gak ngesot." ketus suster ngesot. Gilang mentoyor kepala suster ngesot itu dengan santainya. "Ih akang gak sopan." seru si suster yang tidak terima kepalanya sudah di toyor Gilang. "Lagian yang nyuruh kamu keluyuran malam malam di proyek tol yang belum kelar ini siapa, hayo?" tanya Gilang yang sukses membuat si suster ngesot bingung harus berkata apa. "Iya juga ya. Kenapa juga aku harus kelayapan malam malam disini." ucap suster ngesot sambil menggaruk kepalanya. Gilang mentoyor kembali kepala si suster ngesot itu dan kemudian menjewer telinganya sekuat tenaga. "Auwwww akang sakittt." pekik si suster ngesot. "Makanya! kamu ngeluyur di area rumah sakit aja, paham!" bentak Gilang dan suster ngesot itu pun mengangguk paham. "Terus ... nasib saya gimana nih kang?" tanya lagi si suster ngesot sambil memandang kakinya yang tak bisa di gerakan lagi. Gilang tertawa lagi dan kembali mentoyor kepala si suster dan menjewer telinga sekuat tenaganya hingga mengaduh kesakitan "Gak usah ngomongin nasib! Kamu itu hantu, kamu gak bakalan mati, paham!" tegas Gilang yang kembali di angguki suster ngesot. Gilang kini duduk di hadapan suster ngesot dan menyibak rambut yang menutupi wajahnya. "Kamu tahu kalau malam ini hatiku sedang kecewa dan marah pada kekasihku yang telah berani menghianatiku dengan mantanya?" tanya gilang dengan wajah yang kini terlihat memelas. "Gak taulah, cerita aja belum!" balas suster ngesot dengan ketusnya. "Ngomong gak usah ngegas gitu!" ucap Gilang dengan nada yang kini serius. "Terus aku harus gimana?" tanya suster ngesot itu. Gilang bangkit dari duduk dan berkecak pinggang sambil menatap si suster ngesot. "Itu motor Gue gimana urusannya?" tanya Gilang sambil menunjuk ke arah motornya yang tak jauh berada dari dirinya berdiri. "Yehhhh .... Kok gue sih. Bawa aja ke bengkel, dudul!" ucap si suster yang tak mau berurusan dengan masalah motor Gilang. Gilang menangkup pipi suster ngesot itu dan memandangnya dengan tajam. "Iya, Gue tahu itu motor kudu di bawa ke bengkel. Tapi duitnya mana?" pinta gilang sambil menadahkan tanganya. "Aku ini hantu, mana punya uang." ketusnya. Merasa tidak menemui titik terang. Akhirnya Gilang memutuskan untuk menghukum suster ngesot itu. "Baiklah, jika kau tak mau tanggung jawab. Malam ini aku harus menghukummu." Gilang tersenyum licik. "Tidak, apa yang akan kau lakukan padaku?" suster ngesot itu menunduk takut. Gilang membuka resleting celana jeannya. Dan makin membuat suster ngesot itu ketakutan di buatnya. "Buka mulutmu!" titah Gilang namun suster ngesot itu malah mengunci rapat mulutnya. Gilang merasa geram dan langsung menggunakan bonteng Jumbo sebagai senjata pemukulnya. "Ampun ... ampun kang, Sakit." suster itu menutupi kepala dengan kedua tanganya. geblusss Gilang berhasil memasukan paksa bonteng jumbonya ke dalam mulut si suster ngesot, Hingga mulutnya menganga penuh. "Kau harus dan patut untuk di hukum!" ucap Gilang sambil memaju mundurkan pinggulnya ke depan dan belakang. Linu linu gimana gitu menurut Gilang. Hingga hanya dalam waktu 20 menit, Gilang berhasil melakukan pelepasan di dalam mulut si suster ngesot. Gilang bergidik gurih gurih nyoy bla'em bla'em sambil menarik secara perlahan bonteng dari dalam mulut si suster ngesot. "Makasih, SOT." ucap Gilang sambil memasukan kembali bonteng dan kemudian menutup resletingnya. "Kok SOT kang manggilnya?" tanya si suster itu. "Kan kamu suster ngesot!" ucap Gilang sambil melangkah pergi menuntun motornya meninggalkan si suster ngesot yang kini menangis benar benar terhina dengan perlakuan nista Gilang padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN