Reasons

1202 Kata
“Hi, babe, how was your day?” “Tanpa kehadiranmu, hariku benar-benar buruk. Selalu seperti itu. I miss you, honey.” Zayn terdiam sebentar, menatap pemandangan kota yang membentang luas di depan. “Yeah, I miss you too,” jawabnya. Pertengkarannya dengan Zara tidak pernah meninggalkan pikiran Zayn barang sedikit pun. Sehingga dia memilih untuk menelepon Tiana, kekasihnya, berharap perempuan itu mampu membuatnya sedikit lupa. Namun, setelah pengucapan rasa rindu itu, walau mereka mengobrol banyak hal, Zayn masih tidak bisa menghapus sosok Zara di kepalanya. Tiana bercerita banyak hal tentang harinya yang biasanya selalu mampu menarik perhatian seorang Zayn. Dia suka mendengar Tiana bercerita akan penggalangan dana yang perempuan itu lakukan bersama teman-temannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan di luar sana atau cerita mengenai pekerjaannya dan tempat-tempat yang ia kunjungi hari itu. Bagi Zayn, Tiana adalah sosok perempuan berhati malaikat yang telah berhasil menarik perhatiannya. Zayn bahkan masih ingat, akan semua yang dilakukan Tiana untuk membantunya sampai pada titik ini. Zayn ingat bagaimana dulu ketika dia terlibat skandal yang mengancam karirnya merosot, Tiana membantunya kembali naik. Jika orang-orang berpikir Tiana menggunakan Zayn untuk popularitas, mereka sungguh salah. Bagi Zayn, dialah yang menggunakan Tiana untuk itu. Selama ini, Tiana-lah yang memperkenalkannya kepada sutradara-sutradara besar yang memproduksi beberapa film yang terkenal sampai ke seluruh dunia. Sehingga Zayn beberapa kali turut terlibat dalam film mereka sebagai pemain figuran sampai menjadi bintang filmnya. Zayn bertemu dengan Tiana dalam sebuah projek iklan di televisi ketika Zayn masih menjadi artis yang tidak terlalu terkenal, sedangkan Tiana adalah seorang model sekaligus penyanyi terkenal. Mereka adalah pemeran utama dalam iklan itu. Lalu hal yang klise terjadi, hubungan mereka semakin dekat dan dekat. Tiana selalu ada ketika Zayn terpuruk dengan karirnya yang turun naik dan tekanan dari kehidupan seorang bintang. Tiana kemudian mengenalkannya akan kehidupan dunia yang tidak pernah Zayn rasakan sebelumnya. Bersama Tiana, Zayn selalu diliputi akan kebahagiaan. Oleh karena itu, Zayn tidak bisa meninggalkannya begitu saja, bahkan ketika dia ingin sekalipun. Zayn mencintai Tiana. Dan Tiana pun juga sangat mencintainya. Fakta itu membuat Zayn tertawa setelah sambungan telepon terputus. “Kehadiranmu tidak akan merubah apapun yang telah ada pada hidupku sekarang, Zara.” Zayn berkata dingin. Dia mendongak, menatap pintu kamarnya seolah Zara memang ada di sana. Seperti yang sebelumnya Zayn harapkan, Tiana memang selalu bisa membantunya merasa lebih baik. Pada akhirnya, Zayn tidak lagi menghiraukan pertikaian kecilnya tadi dengan istri sahnya sendiri. Tidak akan ada yang bisa merubahnya. Zayn akan yakinkan itu dan sangat percaya pada dirinya sendiri. Namun, dia melupakan satu hal yang penting. Bahwa Tuhannya, Allah SWT, adalah Sang Pemilik Hati, yang Maha Mampu membolak-balikkan Hati hamba-hambanya. *** Dulu mereka memang masih sangat muda ketika dinikahkan. Saat itu Zara berusia sembilan tahun, sedangkan Zayn berusia lima belas tahun. Kedua ibu mereka adalah sahabat, jadi bisa dibilang ini adalah rencana mereka. Zara dan Zayn tidak pernah terlalu dekat. Sejak dulu, Zara memang selalu menyimpan perasaan pada lelaki itu. Namun Zayn kecil selalu membuatnya menangis. Selalu mencari gara-gara hanya untuk membuat Zara kesal. Terakhir, adalah ketika Zayn mengganggu Zara dengan mengatainya cengeng dan perempuan lemah. Rasyid yang selalu menjadi pembela Zara, memukul Zayn tanpa pikir panjang. Mereka terlibat perkelahian. Lalu keesokan harinya, keluarga Zara diundang untuk makan malam oleh keluarga Zayn. Sarah dan Aliya, ibu kandung Zayn dan Zara, mencetuskan ide untuk menjodohkan kedua anak mereka. Hal itu langsung saja disetujui oleh Hazar, ayah Zahra, dan Ahmad ayahnya Zayn. Sehingga mereka pun harus menikah dini. Walau hal itu dijadikan semacam gurauan untuk mempererat hubungan dua keluarga, tapi pernikahan mereka tetap sah di mata agama. Saat ini, Zara tengah mengatur kotak-kotak makanan di atas meja makan yang telah ia isi makanan yang dimasaknya dini hari tadi. Zara melakukannya dengan pelan karena dirinya tengah kehilangan konsentrasinya. Zara sibuk memikirkan cikal bakal masalah rumit ini dimulai. Yaitu semenjak kematian Sarah. Sebelum itu, ibu Zara yang pertama kali meninggalkannya, Aliya meninggal dunia karena sakit. Dan tidak lama setelah itu, Sarah juga meninggal dunia karena sakit. Di dalam keterpurukan Zara, Zayn selalu hadir di sampingnya. Mereka tidak pernah lagi betengkar karena Zayn sudah cukup dewasa dan mengerti. Dia tahu mana yang benar dan tidak. Selama ini, rasa sayangnya pada Zara sangat besar. Namun caranya memang selalu salah sehingga memberi kesan bahwa dia membenci gadis itu. Semenjak kematian Aliya, Zara kecil menjadi terpuruk. Namun kehadiran Zayn perlahan membuatnya bangkit. Zayn yang dulu selalu mengajaknya melakukan hal-hal yang tidak pernah Zara lakukan sebelumnya. Dulu, Zayn-lah yang selalu mengajaknya sholat lima waktu dan mengajaknya untuk berkeluh kesah di atas sajadah. Hal itu selalu berhasil dan membuat Zara lega. Zayn mengajarkannya banyak hal-hal kebaikan. Dia membuat Zara kecil sadar, bahwa kematian seseorang bukan berarti sebuah perpisahan untuk keluarganya. Mereka meninggalkan dunia yang fana, untuk kehidupan akhirat yang kekal. Zayn bilang, ibunya hanya pulang ke sisi yang jauh lebih baik. Segera ketika waktunya telah tiba, mereka akan menyusul dan hidup bahagia selama-lamanya. Karena hidup di dunia hanyalah sementara, kata Zayn dulu. Semenjak itu, Zara selalu bergantung pada Zayn. Dia mengaku menyayangi Zayn dan lambat laun menyadari bahwa perasaannya telah berubah menjadi cinta, cinta seorang perempuan kepada laki-laki. Namun, ketika Sarah, ibu Zayn meninggal dunia, Zara tidak bisa menjadi penghibur atau pelipur lara untuk lelaki itu. Zayn berubah sepenuhnya dan seolah kembali benci pada Zara. Dia menghindarinya selama berhari-hari. Zara yang masih tidak mengerti banyak hal, sama sekali tidak mengerti akan masalah yang tengah melanda Zayn. Dan puncaknya, adalah ketika lelaki itu tiba-tiba saja bilang hendak pergi jauh. Zara tentu saja mencegahnya, dia bahkan membuntuti Zayn sampai bandara. Tapi hal itu tidak berhasil. “Aku membencimu.” Kalimat itu keluar dengan begitu saja dari bibir Zara. Tangannya terhenti menata makanan di kotak, tatapannya berubah kosong menatap dinding dapur yang berwarna pastel. Tepat setelah Zara mengucapkan kalimat itu, seorang pria tiba-tiba saja muncul dari pintu dapur dan berjalan dengan langkah santai menuju lemari pendingin, mengambil botol air minum dan meneguk isinya langsung. Peluh tampak membanjiri pelipisnya, napasnya pun tersengal-sengal. Zara menatap gerak-gerik pria itu, sambil membatin, benarkah pria ini suamiku? Karena rasanya benar-benar mustahil. Ketika Zayn mengalihkan tatapan tajamnya pada Zara, perempuan itu refleks menunduk. Kenapa? Padahal dia tidak salah apa-apa. Zara berpikir keras, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. Dan detik-detik berlalu dalam keheningan. Zara bepura-pura sibuk dengan kotak-kotak makanan yang belum dia isi. Ada perasaan salah di hatinya ketika dia harus membelakangi sang suami dan mengabaikannya seolah dia bukan siapa-siapa. Zara tahu… dia telah belajar selama bertahun-tahun dan membaca banyak buku yang membahas tentang hubungan pernikahan, akhlak istri kepada suami, hukum-hukum yang berlaku dalam hubungan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Zara terus melakukannya sampai dia sadar bahwa Zayn tidak akan pernah kembali padanya “Siang ini aku ada janji dengan seseorang, katakan itu pada Papa.” Zara terdiam sebentar lalu mengangguk dan tidak bertanya lebih. Dia membiarkan pria itu berjalan keluar dari dapur dan sedikitpun tidak melirik ke arahnya lagi. Ada perasaan sakit yang seolah mencubit ulu hati Zara ketika dia menatap punggung Zayn yang semakin menjauh.                                                        Yang dikatakan oleh Zayn barusan, adalah mengenai undangan makan siang yang dikatakan Ahmad kemarin malam. Zayn tidak akan datang. Zara jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa tujuan Zayn datang ke sini? Apakah benar hanya tentang karirnya saja? Zara menggeleng, apapun alasannya, Zara tidak peduli, yang terpenting adalah Zayn pulang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN